PERKEMBANGAN
DAN PEMANFAATAN TEKHNOLOGI PAI
DARI ERA
KENABIAN HINGGA ERA MODERN
Suatu Tinjauan
Historis, Masa Kini dan Perspektif Masa Depan
Oleh: Achmad Darwiz
Pendahuluan
Sebagaimana
dipahami bahwa tujuan pendidikan Islam ialah upaya yang dilakukan untuk
memanusiakan manusia melalui kegiatan pengajaran yang berlandaskan nilai-nilai
agama Islam. yakni manusia yang utuh dengan segala fungsinya, baik fisik maupun
psikis. Dengan demikian kualitas (mutu) yang perlu
dihasilkan dalam suatu lembaga pendidikan sangat penting dan menjadi prioritas
utama. Upaya yang dilakukan dengan memaksimalkan media dan pola pembelajaran
ditiap lembaga pendidikan.
Pendidikan
Agama Islam (PAI) dapat diartikan sebagai usaha sadar, systematis,
berkelanjutan untuk mengembangkan potensi ras, agama, menanamkan sifat, dan
memberikan kecakapan sesuai dengan tujuan pendidikan Islam. Fungsi pendidikan
ditinjau dari sudut pandang sosiologis dan antropologis adalah untuk
mengembangkan kreatifitas peserta didik. Karena itu tujuan akhir pendidikan
Islam adalah untuk mengembangkan potensi kreatif peserta didik untuk menjadi
manusia yang baik menurut pandangan manusia dan menurut pandangan agama Islam.[1]
Menurut Jalaluddin, hakikatnya pendidikan merupakan proses dan kreatifitas
pembentukan system nilai yang menitikberatkan pada pembentukan akhlak
al-karimah pada diri individu. Dengan demikian, pengembangan potensi individu
dalam segala aspeknya harus mengacu pada nilai-nilai akhlak mulia ini.
Selanjutnya, system nilai ini melalui aktivitas pendidikan diwariskan kepada
generasi muda agar terpelihara secara lestari. Kedua sudut pandang pendidikan
dimaksud menyatu dalam kepentingan yang sama, yakni pembentukan dan pewarisan
nilai-nilai budaya yang bersumber dari ajaran Islam, yang misi utamanya adalah
pencapaian terbentuknya akhlak yang mulia.[2]
Sebagai salah
satu yang melandasi pemikiran pentingnya transformasi pendidikan dalam konteks
nilai-nilai moralitas keagamaan, maka menurut Hasan Langgulung, pendidikan
Islam dapat dilihat dari tiga sudut pandang yakni [3],
yang pertama, pengembangan potensi, potensi manusia sebagai karunia
Tuhan itu harus dikembangkan. Kedua, pendidikan adalah pewarisan budaya,
memindahkan (transmission) nilai-nilai budaya dari satu generasi kepada
generasi berikutnya. ketiga, interaksi antar potensi dan budaya.
Melalui
cita-cita pendidikan Islam tersebut tentunya harus didukung oleh beberpa factor
salah satunya adalah dengan melalui media atau tekhnologi yang digunakan dalam
pengajaran atau pada pendidikan Islam. Tekhnologi atau media pengajaran dinilai
sangat mendukung pelaksanaan dan proses pengajaran pada lembaga-lembaga
pendidikan Islam baik sejak era penyebaran agama Islam hingga masa kini.
Tekhnologi dalam pembelajaran PAI dapat diartikan sebagai alat, metode atau
tatacara yang dipergunakan dalam proses pembelajaran PAI yang secara sistematis
oleh guru atau pendidik agama Islam yang diharapkan kepada peserta didik agar
dapat dengan mudah menerima dan mempelajari materi-materi pendidikan agama
Islam dalam aktivitas pembelajaran yang dilakukan.
Jika ditinjau dari aspek sejarahnya tekhnologi (media) pendidikan
dinilai telah ada sejak era Nabi SAW dalam melakukan pendidikan Islam dalam hal
mendakwakan agam Islam di Mekkah dan Madinah. Dalam data sejarah pendidikan
Islam yang, baik awal permulaan penyebaran agama Islam yang dilakukan Nabi
Muhammad SAW di Mekah hingga periode Madinah telah tampak media pengajaran yang
telah digunakan oleh Nabi ketika itu. Pendidikan Islam pada era kenabian
merupakan prototype yang secara kontinyu dikembangkan oleh umat Islam terutama
pada kepentingan pada zamannya masing-masing. Nabi menyebarkan agama Islam
dengan pola pendidikan Islam sesuai perintah Allah SWT dalam Al-Qur’an pada
Surat Al-Mudatsir ayat 1-7 yang diperintahkan untuk menyeru, mengajak dan
dengan demikian itu memiliki arti yaitu mendidik ummatnya ke jalan Allah.
Pendidikan formal tentunya belum didapatkan ketika itu, namun baru muncul
belakangan istilah lembaga pendidikan formal madrasah yang terselenggara dan
sistematis. Seiring dengan perjalanan waktu dan perkembangan agama Islam
diberbagai wilayah pendidikan Islam juga mengalami dinamika yang pesat baik
dalam bentuk kelembagaan, metodologi pengajaran Islam hingga pada media atau
tekhnologi pendidikan yang digunakan.
Media pendidikan
seiring dengan kemajuan zaman dari era pendidikan Islam yang dicetuskan Nabi
menjadi modal pengembangan dan pemanfaatan yang kian memudahkan proses
pendidikan yang berlangsung, media yang digunakan sejak zaman klasik itu hingga
era sekarang mengalami perubahan seiring dengan kebutuhan pendidikan pada era
yang berbeda itu. Ini menggambarkan kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi
sebagai basis arah pendidikan telah menawarkan berbagai pilihan yang siap
digunakan sebagai media pendidikan kearah yang lebih praktis.
Pada abad
modern−kontemporer ini merupakan era yang multi praktis, media pembelajaran
dalam pendidikan pun kian bervariasi, hal ini dianggap sebagai suatu kemajuan
yang luar biasa dalam pengembangan dan pemanfaatan tekhnologi pendidikan dari
masa klasik, pertengahan, modern hingga masa kini. Dari ketiga masa tersebut
pengembangan media pendidikan penting menjadi tolak ukur sekaligus memunculkan
inspirasi dan pengembangan serta pemanfaatan media pendidikan yang lebih
berdaya guna pada masa-masa yang akan datang.
Berangkat dari
uraian diatas, pada tulisan ini akan mengeksplorasi pengembangan dan
pemanfaatan tekhnologi−media pendidikan yang digunakan sejak era kenabian[4]
hingga era modern dengan menguraikan pandangan yang bersifat umum berdasarkan data data sejarah.
Oleh karena itu perlu dikemukakan batas dan rumusan permasalahan, yaitu; (1)
Bagaimana definisi tekhnologi PAI?, (2) Bagaimana Pemanfaatan Tekhnologi PAI
pada Masa Nabi Muhammad SAW?, (3) Bagaimana perkembangan dan pemanfaatan
tekhnologi PAI pasca Nabi sampai abad pertengahan)?, (4) Bagaimana perkembangan
dan pemanfaatan tekhnologi PAI dari abad pertengahan?, (5) Seperti apa
pemanfaatan tekhnologi pendidikan (Tekhnologi informasi dan komunikasi) pada
masa kini?, (6) Bagaimana perspektif analisis untuk perkembangan dan
pemanfaatan tekhnologi PAI pada masa yang akan datang?. Tentunya hal ini
diharapkan dapat memberikan informasi dan pemahaman bagi semua pihak terkait sejarah
media−tekhnologi pendidikan Islam baik pemanfaatan dan perkembangannya dari
masa-kemasa bagi khazanah pendidikan agama Islam.
Pembahasan
1.
Memahami
Tekhnologi Pendidikan Agama Islam
Pada abad ke 21
ini sebagai era globalisasi ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi pada bidang transportasi dan komunikasi. Kemajuan keilmuan dan
tekhnologi yang begitu pesat menopang terciptanya kenyamanan dan kemudahan
hidup manusia. Demikian pula pada pelaksanaan kegiatan-kegiatan pendidikan
beberapa tahun terakhir ini ditopang oleh kecanggihan alat-alat tekhnologi
ciptaan manusia. Tekhnologi merupakan hasil olahan dari ilmu pengetahuan yang
diterapkan sebagai hasil yang nyata meliputi kemampuan tekhnik baik dari
gabungan piranti software (perangkat lunak) dan hardware
(perangkat keras), atau dengan kata lain hasil kreatifitas dan keahlian manusia
dalam kehidupannya untuk menunjang keinginan dan kebutuhan manusia.
Prof. Dr. H. Ki
Supriyoko mengutip Cyril
Stanley Smith memberikan pengertian, teknologi adalah penerapan
pengetahuan/ilmu yang menghasilkan barang/jasa tertentu.[5] Tekhnologi
adalah kemampuan tekhnik yang berlandaskan pengetahuan ilmu eksakta yang
berdasarkan proses tekhnis, ilmu tekhnik.[6]
Menurut Paul W.Devore yang dikutip oleh Fuad Ihsan, tekhnologi adalah ilmu
terapan yang dikembangkan lebih lanjut, dan meliputi perangkat keras dan
perangkat lunak yang merupakan manifestasi atas kekuasaan alam, manusia dan
kebudayaannya.[7]
Sindung Tjahyadi merangkum berbagai definisi atas teknologi bahwa, pertama teknologi
adalah penerapan ilmu, kedua, teknologi
adalah ilmu yang dirumuskan dalam kaitan dengan aspek eksternal, yaitu
industri, dan aspek internal yang dikaitkan dengan objek material ilmu maupun
aspek ‘murni-terapan’, dan ketiga,teknologi
merupakan keahlian yang terkait dengan realitas kehidupan sehari-hari.[8]
Dari beberapa
definisi tersebut di atas dapat simpulkan bahwa tekhnologi adalah hasil olahan
dari ilmu pengetahuan yang diterapkan sebagai hasil yang nyata meliputi
kemampuan tekhnik baik dari gabungan piranti software (perangkat lunak)
dan hardware (perangkat keras), atau dengan kata lain hasil kreatifitas
dan keahlian manusia dalam kehidupannya untuk menunjang keinginan dan kebutuhan
manusia tersebut. Jika dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran yang menggunakan
media sebagai pendukung pelaksanaan pembelajaran dikelas maka maka dapat
dikatakan sebagai tekhnologi pembelajaran. Sedangkan media yang dipergunakan
untuk menunjang pelaksanaan kegiatan pendidikan dapat disebut sebagai
tekhnologi pendidikan.
Menurut Dr. Ing.
Fahmi Amhar[9],
Teknologi pendidikan adalah teknologi yang didesain untuk mendukung aktivitas
pendidikan secara komprehensif. Aktivitas pendidikan adalah aktivitas untuk
membentuk manusia seutuhnya, yakni yang memiliki kedalaman iman, kecerdasan
akal, kepekaan nurani, keluasan wawasan, kebijakan sikap, kreativitas karya,
kehalusan estetika, keberanian berjuang dan seluruh nilai-nilai positif
lainnya. Dengan memahami pokok masalah di atas, maka jelas bahwa posisi Islam
di sini adalah untuk memberi arah dan nilai dari pendidikan, dan demikian pula
teknologi pendidikan. Karena itu teknologi pendidikan Islam bukanlah sekedar
teknologi untuk membantu siswa belajar shalat atau belajar membaca Qur’an,
namun teknologi yang seluas pendidikan itu sendiri.
Teknologi
pendidikan Islam seharusnya juga dibuat dengan memperhatikan prinsip-prinsip
Islam, seperti kesederhanaan dan kemudahan. Jadi akan kontradiktif ketika
teknologi pendidikan islam ini justru jadi tidak terjangkau oleh mayoritas umat
karena dia terlalu canggih dan mahal. Karena itu pertimbangan dasar teknologi
pendidikan yang tepat harus juga melihat calon penggunanya. Di pedesaan yang
sederhana, teknologi berbasis bahan lokal tentu lebih disukai. Namun di
perkotaan di mana tersedia listrik, komputer dan akses internet, teknologi
interaktif berbasis komputer atau web mungkin menjadi alternatif yang lebih
baik dan termurah.[10]
Penyelenggaraan
pendidikan umum maupun pada pendidikan agama Islam khususnya. Salah satu
langkah untuk memudahkan tercapai tujuan pendidikan di sekolah atau
satuan-satuan pendidikan, maka penting didukung komponen dan proses. Proses
dalam hal ini adalah pembelajaran, baik dalam bentuk pembelajaran materi yang
bersifat praktis maupun dalam materi pendidikan agama Islam. Dalam pembelajaran
PAI dituntut pula memiliki muatan-muatan yang dapat menunjang proses
pembelajaran di kelas baik dari segi metode, kurikulum hingga media
pembelajaran. Salah satu adalah dengan penggunaan tekhnologi pendidikan, media
pembelajaran dalam konteks ini dapat dimanfaatkan tekhnologi informasi yang
menunjang proses pembelajaran PAI baik guru maupun siswa.
Tekhnologi
pendidikan atau dalam kaitan ini tekhnologi pembelajaran adalah pada hakikatnya
media yang digunakan dalam pembelajaran, dengan adanya serta pemanfaatan media
tersebut memberikan kemudahan dan keefektifan pelaksanaan pembelajaran
khususnya dalam pembelajaran PAI. Tekhnologi pembelajaran PAI dapat dipahami
sebagai media yang digunakan dalam aktivitas pembelajaran PAI yang menunjang
pembelajaran sehingga tujuan pendidikan yang dilakukan dapat optimal. Fahmi Amhar[11],
mendefinisikan bahwa terknologi pembelajaran PAI adalah suatu cara atau metode
yang sistematis yang diharapkan nantinya peserta didik dapat menerima materi
pendidikan agama islam dengan lebih baik, dengan rasa senang dan tanpa ada
paksaan.
Dengan adanya
tekhnologi pendidikan maka proses pendidikan untuk mencapai suatu kualitas
pendidikan didukung oleh adanya tekhnologi pendidikan. Dalam kaitan inilah yang
urgen dalam pengembangannya sehingga dalam proses pembelajaran masa masa kini
khususnya tekhnologi informasi banyak membantu pembelajaran bagi pendidik dan peserta
didik.
Menurut S.
Nasution, tekhnologi pendidikan dapat ditafsirkan sebagai media yang lahir dari
perkembangan alat komunikasi yang digunakan untuk tujuan pendidikan. Alat-alat
itu lazim disebut “hard ware”. Ada pula yang memandang tekhnologi pendidikan
sebagai suatu pendekatan yang ilmiah kritis, dan sistematis tentang pendidikan.
Pendirian itu mengutamakan “soft ware”-nya. Tanpa alat-alat, pendidikan tidak
dapat dijalankan.[12]
Konsep tekhnologi pendidikan telah membuka lebar dari perkembangan teoritis,
penelitian dan implementasinya dilapangan pendidikan. Makna tekhnologi
pengajaran dalam pengertian mutakhir meliputi pengelolaan gagasan, prosedur,
biaya, mesin dan manusia di dalam proses pengajaran yang melibatkan peralatan
fisik yang menyalurkan informasi.[13]
Dalam zaman
kemajuan ilmu pengetahuan ini para ahli berusaha untuk meningkatkan mengajar
menjadi suatu ilmu atau science. Dengan metode mengajar yang ilmiah
diharapkan, proses belajar mengajar itu lebih terjamin keberhasilannya. Inilah
yang sedang diusahakan oleh tekhnologi pendidikan. Secara ideal diharapkan,
bahwa pada suatu saat, mengajar atau mendidik itu menjadi suatu tekhnologi yang
dapat dikenal dan dikuasai langkah-langkahnya. Disamping itu perkembangan
tekhnologi pendidikan didukung oleh perkembangan yang pesat dalam media
komunikasi seperti radio, TV, video tape, computer dan lain-lain yang dapat
dimanfaatkan bagi tujuan instruksional.[14]
Tekhnologi pembelajaran secara konseptual mampu memberikan kontribusi dalam
Pengembangan organisasi belajar dalam bentuk: Pertama, Pengetahuan
tentang pemecahan masalah baik belajar pada perorangan. Maupun pada keseluruhan
organisasi. Kedua, Penyediaan tenaga profesi (praktis maupun akademis)
yang mampu mengintervensi organisasi agar dapat dan mau belajar. Ketiga,
Aneka sumber belajar yang sengaja dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
organisasi. Keempat, System informasi yang diperlukan agar organisasi
yang diperoleh akses atas informasi yang terbaru secara tepat.[15]
2.
Pendidikan
Agama Islam pada Masa Nabi Muhammad SAW (Potret Pemanfaatan
Media−Tekhnologi Pendidikan Agama Islam Era Kenabian)
Dalam
historisitas pada masa Nabi SAW terutama dalam hal pendidikan Islam dan
media−tekhnologi yang digunakan yang dapat dikaitkan dengan era masa kini maka
hal ini tentunya tidak dapat dipisahkan dari sejarah Islam yang memiliki
rangkaian era yang sangat panjang yang penuh dengan dinamika potret perjuangan
dan pendidikan Islam.
Harun Nasution membagi sejarah Islam kedalam tiga periode, yaitu
periode klasik, pertengahan dan modern.[16]
Perinciannya dapat dibagi menjadi lima masa yaitu; Masa hidupnya Nabi Muhammad
SAW (571-632 M), masa khalifah yang keempat (632-661 M), masa kekuasaan Umayyah
(661-750 M), masa kekuasaan Abbasyiah (750-1250 M), masa jatuhnya dinasti
Abbasyiah tahun 1250 M sampai sekarang. Perkembangan pendidikan Islam juga
dikenal dalam beberapa periode yaitu, masa pembinaan pendidikan Islam oleh
Rasulullah, masa pertumbuhan pendidikan Islam, masa puncak perkembangan (masa
kejayaan) pendidikan Islam, masa kemunduran pendidikan Islam dan masa
pembaharuan pendidikan Islam.
Nabi Muhammad
SAW[17]
membawa ajaran Islam kepada seluruh ummat manusia untuk menyembah Allah SAW
yang tunggal, ia menyebarkan agama Islam
melalui dua tahap yaitu tahap pertama berawal di kota Mekkah salah satu kota di
Jazirah Arab dan tahap kedua adalah periode Madinah. Pada periode Makkah
Rasulullah awalnya menyebarkan agama Islam secara sembunyi, dari kalangan
keluarga, sahabat, tetangga hingga masyarakat umum. Pada periode Madinah
penyebaran Islam telah mengalami dinamika yang pesat hingga berdirinya negara
Islam Madinah. Penyebaran Islam tersebut melalui pendidikan Islam. pendidikan
Islam dilakukan ketika Rasululllah menerima wahyu pertama di Gua Hira melalui
malaikat Jibril.
Pendidikan
Islam memiliki sejarah panjang, ini mengindikasikan bahwa pendidikan Islam
lahir seiring kemunculan agama Islam di tanah Arab. Islam lahir melalui usaha
pendidikan yang dapat dikatakan belum memiliki system pendidikan sebab
masyarakat Islam pada waktu belum memiliki system pendidikan yang formal.
Lembaga-lembaga yang dianggap sebagai lembaga pendidikan yang digunakan masih
sebatas rumah-rumah, tanah lapang, atau tempat berkumpul sementara, dan model
pendidikannya pun belum begitu jelas dan terstruktur seperti pada masa
sekarang, media yang digunakan dalam istilah pembelajaran belum menampakkan
yang dapat dianggap sebagai media atau dengan kata lain pendidikan pada masa
itu hanya sebatas dan dianggap sebagai proses interaksi komunikasi serta
sosialisasi antara individu atau pemerintah dengan masyarakatnya.
Menjelang
datangnya Islam, bangsa Arab pada dasarnya telah mengembangkan satu kegiatan
sastra, terutama dalam bentuk puisi. Meskipun sistem ekspresi dan transmisi
yang dominan adalah lisan, tulisan telah mulai dikenal secara terbatas. Paling
tidak untuk kalangan tertentu (Yahudi dan Kristen), pendidikan yang
terstruktur, meskipun sangat sederhana, sudah mulai berkembang.[18] Pada masa awal perkembangan Islam, tentu saja
pendidikan formal yang sistematis belum terselenggara. Pendidikan yang
berlangsung dapat dikatakan umumnya bersifat informal; dan inipun lebih
berkaitan dengan upaya-upaya dakwah Islamiyah – penyebaran, dan penamaan
dasar-dasar kepercayaan dan ibadah Islam. Dalam kaitan itulah bisa
dipahami kenapa proses pendidikan Islam pertama kali berlangsung di rumah
sahabat tertentu; yang paling terkenal adalah Dār al-Arqam[19].
Tetapi ketika masyarakat Islam sudah terbentuk, maka pendidikan diselenggarakan
di masjid. Proses pendidikan pada kedua tempat ini dilakukan dalam halaqah,
lingkaran belajar.[20] Dalam pandangan Hasan Langgulung, Islam
mengenal lembaga pendidikan semenjak detik-detik awal turunnya wahyu kepada
Nabi SAW. Rumah al-Arqam bin Abi Al-Arqam merupakan lembaga pendidikan pertama,
guru agung yang pertama yaitu Nabi SAW, mengumpulkan sekumpulan kecil
pengikut-pengikunya yang percaya kepadanya secara diam-diam. Di rumah inilah
beliau mengajar kumpulan kecil ini ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan melalui
malaikat Jibril, dan membentuk ideologinya sesuai dengan ajaran-ajaran Islam
yang mulia.[21]
Rumah al-Arqam merupakan salah satu tempat
pendidikan islam dan pertemuan para sahabat-sahabat Nabi dan pengikunya.
Ditempat ini kaum muslimin mendapatkan pengajaran Agama Islam, selain sebagai
tempat belajar Islam juga ditempati untuk membersihkan aqidah serta tempat
menemukan pencerahan dari Nabi itu sendiri. Sehingga tempat ini sangat
memberikan konstribusi dalam pendidikan agama Islam bagi umat Islam.
Pendidikan pada masa Rasulullah ketika di
Makkah, bertempat di rumah Rasul sendiri, rumah al-Arqam bim Abi Arqam, kuttab
(rumah guru, halaman/pekarangan mesjid), Inti materi yang diajarkan;
keimanan, ibadah dan akhlak, jug abaca tulis dan berhitung untuk tingkat dasar,
al-Qur’an, dasar-dasar agama untuk tingkat lanjut. Guru disebut mu’allim, atau muaddib.
Serta tidak dibayar, dan bagi tingkat dasar gurunya non muslim. Sedangkan
ketika di Madinah tempat belajar ditambah mesjid, materi yang diajarkan
ditambah pendidikan kesehatan dan kemasyarakatan. Sistem halaqah.
Metodenya; Tanya jawab, demonstrasi dan uswah hasanah, murid disebut
dengan ashhabush shuffah.[22]
Menurut Ahmad Syalaby, rencana pelajaran pada
sekolah rendah (Kuttab) dipusatkan pada Al-Qur’an. Al-Qur’an ini dipakai
sebagai buku bacaan untuk belajar membaca. Kemudian dipilihlah dari Al-Qur’an
itu ayat-ayat yang akan dituliskan untuk pelajaran. Disamping membaca dan
menulis itu murid-murid juga mempalajari tata bahasa Arab, ceritera Nabi-nabi
terutama pula hadis-hadis Rasul Muhammad.[23]
Dalam buku Ensiklopesi
Islam yang dikutip oleh Ahmad
Abrar Rangkuti mengemukakan bahwa, Kuttab merupakan sejenis tempat belajar yang mula-mula
lahir di dunia Islam. Pada awalnya, kuttab berfungsi sebagai
tempat memberikan pelajaran menulis dan membaca bagi anak-anak. Kuttab sebenarnya
telah ada di negeri Arab sebelum datangnya agama Islam, tetapi belum
begitu dikenal. Di antara penduduk Mekah yang mula-mula belajar menulis huruf
Arab di kuttab ini adalah Sufyan bin Umayyah bin Abdul Syams
dan Abu Qais bin Abdul Manaf bin Zuhrah bin Kilab. Keduanya belajar dari Bisyr
bin Abdul Malik yang mempelajarinya dari Hirah. Kuttab dalam
bentuk awalnya berupa ruangan di rumah seorang guru.Sejalan dengan meluasnya
wilayah kekuasaan kaum muslimin, bertambah pulalah jumlah penduduk yang memeluk
Islam. Ketika itu kuttab-kuttab yang hanya mengambil
tempat di ruangan rumah guru mulai dirasakan tidak memadai untuk menampung
anak-anak yang jumlahnya semakin besar. Kondisi yang demikian mendorong para
guru dan orang tua murid mencari tempat lain yang lebih lapang untuk
ketentraman belajar anak-anak. Tempat yang mereka pilih adalah sudut-sudut
masjid.[24]
Tempat (media) pendidikan Islam yang lain adalah masjid, pembangunan masjid
pertama lakukan Nabi pasca hijrahnya ke kota Madinah, masjid merupakan tempat
peribadatan ummat Islam disamping tempat berkumpul untuk bermusyawarah bagi
Nabi dan para sahabat. Masjid merupakan symbol persatuan umat Islam dalam melaksanakan
kegiatan agama Islam, tempat memecahkan persoalan ummat yang dihadapi dan media
dakwah Islam.
Masjid digunakan sebagai media pengajaran pengajaran agama Islam.
system pendidikan di masjid merupakan system pendidikan nonformal, media
pendidikan Islam ini bahkan masih dijadikan media pendidikan Islam yang
bertahan hingga sekarang bagi kalangan umat Islam. Menuruh Hasan Langgulung, walau bagaimanapun struktur pengajian yang
lebih sistemik dan formal dapat diadakan apabila sebuah surau didirikan
bersambungan dengan masjid tersebut lalu diberi nama al-Suffah. Oleh karena
struktur pengajian di sini lebih sistemik dan formal.[25]
Pembangunan masjid sebagai pusat pendidikan dan peribadatan pun berkembang
pasca wafatnya Rasulullah, hal ini dilanjutkan oleh khalifah Abu Bakar
As-Shiddiq.
Pada
masa pemerintahan khalifat selanjutnya negara (wilayah) yang ada disekitar Arab
pun ditaklukkan dalam upaya penyebaran dan dawkwah Islam. Ahmad Abrar Rangkuti
menugutip Muhammad Athiyah al-Abrasyi, bahwa khalifah Umar
bin Khattab telah memerintahkan para gubernurnya untuk mendirikan masjid-masjid
di semua negeri dan kota-kota yang telah dikuasai oleh pemerintah Islam. Pada
abad ketiga hijrah, kota Bagdad sudah penuh dengan masjid, demikian pula kota
Mesir. Atas perintah khalifah, masjid yang pertama kali dibangun adalah masjid
Amru bin Ash. Di masjid ini diberikan pelajaran-pelajaran agama dan akhlak dan
secara berangsur-angsur pula pelajaran-pelajaran di masjid ini semakin
meningkat.[26]
Selain media
pendidikan islam (Majid), media Majlis Taklim pun digunakan dalam rangka
pendidikan agama Islam. Ahmad Abrar Rangkuti
menugutip Hasbullah, menjelaskan, majelis taklim merupakan lembaga pendidikan tertua dalam
Islam, sebab sudah dilaksanakan sejak zaman Rasulullah saw. Meskipun tidak
disebut dengan majelis taklim, pengajian Nabi Muhammad saw. yang berlangsung
secara sembunyi-sembunyi di rumah Arqam bin Abil Arqam di zaman
Rasul saw. atau periode Mekah dapat dianggap sebagai majelis taklim dalam
konteks sekarang. Pada periode Madinah, ketika Islam telah menjadi kekuatan
nyata dalam masyarakat, penyelenggaraan pengajian itu lebih pesat. Rasulullah
saw. duduk di masjid Nabawi untuk memberikan pengajian kepada para sahabat dan
kaum muslimin ketika itu. Hingga saat ini di Masjidilharam terdapat pengajian
(majelis taklim) yang diasuh ulama-ulama terkenal dan terkemuka serta
dikunjungi para jamaah.[27]
Pada masa berlangsungnya gerakan tajdid, pembelajaran pada
bidang pendidikan umum tidak begitu dianggap. Sesuatu yang ada pada masa itu
adalah pengkajian pada bidang spiritual, sehingga kajian spiritual mengalami
agredasi. Idealnya adalah pembelajaran dilakukan dengan tidak memisahkan antara
ilmu-ilmu umum (ulum al-gharbiyah) dengan ilmu-ilmu agama (ulum
ad-diniyah). Dari kedua model keilmuan ini seharusnya dapat diintegrasikan.
Praktik pengintegrasian keilmuan ini telah dijalankan oleh masjid dan madrasah
pada masa awal berdirinya.[28]
Pelaksanaan pendidikan
Islam ini tentunya telah menggunakan pula metode pembelajaran yang dipraktekkan
Nabi, rasulullah SAW menggunakan bermacam-macam metode. Hal itu dilakukan untuk
menghindari kebosanan dan kejenuhan siswa. Di antara metode yang diterapkan
rasulullah SAW adalah[29]; Metode
ceramah, metode dialog, misalnya dialog anatara rasulullah SAW dengan Mu’adz
ibnu Jabal ketika Mu’adz akan diutus sebagai kadi di negeri Yaman, metode
diskusi atau tanya jawab, sering sahabat bertanya kepada rasulullah tentang
suatu hukum, dan Rosulullah menjawabnya. metode diskusi, misaalnya antara
Rosulullah dan para sahabatnya tentang hukuman yang akan diberikan kepada
tawanan perang Badar, metode demonstrasi, misalnya hadis rasulullah “Sembahyanglah
kamu sebagaimana kamu melihat aku sembahyang “, metode eksprimen,
metode sosiodrama, dan bermain peranan.
3.
Sekilas
Perkembangan dan Pemanfaatan Tekhnologi PAI pasca Nabi sampai Abad Pertengahan.
Perkembangan
dan pemanfaatan media pendidikan Islam pasca Nabi yaitu ketika pemerintahan
para khalifah al-rasyidun (Pemerintahan khalifah keempat yaitu antara tahun
632-661 M), mayoritasnya masih sama dengan pola dan media pendidikan yang
digunakan oleh Nabi. Penyebaran agama Islam yang menjadi prioritas para
khalifah disamping pendidikan Islam, pada umumnnya media yang digunakan untuk
pendidikan Islam adalah masjid, kuttab dan dan rumah-rumah para tokoh-tokoh
Islam. Yang bertindak sebagai pendidik adalah para sahabat Nabi. Melihat
luasnya wilayah ekspansi Islam yang dilakukan oleh para khalifah, maka
inisiatifnya dilakukan pembangunan tempat-tempat ibadah (masjid) sarana
pendidikan untuk mengajarkan al-Qur’an−Islam.
Pada tahap
selanjutnya lembaga pendidikan Islam mengalami perkembangan pada masa dinasti
Umayyah[30],
perkembangan lembaga pendidikan Islam seperti kuttab, halaqah, dan majlis baik
dari segi jumlah dan model pembelajarannya sangat signifikan. Pemerintahan
dinasti Umayah menaruh perhatian dalam bidang pendidikan. Memberikan dorongan
yang kuat terhadap dunia pendidikan dengan penyediaan sarana dan prasarana. Hal
ini dilakukan agar para ilmua, para seniman dan para ulam mau melakukan
pengembangan bidang ilmu yang dikuasainya serta mampu melakukan kaderisasi.
Pola pendidikan pada periode Bani Umayah telah berkembang jika dilihat dari
aspek pengajarannya, walaupun sistemnya masih sama sperti pada masa Nabi dan Khulafaur
Rasyidin. Pada masa ini peradaban Islam sudah bersifat internasional yang
meliputi tiga benua, yaitu sebagian Eropa, sebagian Afrika dan sebagia Asia,
yang kesemuanya itu dipersatukan dengan bahasa Arab sebagai bahasa resmi
negara.
Madrasah-madrasah yang ada pada masa Bani Umayyah adalah sebagai
berikut:
Pertama, Madrasah
Mekkah: Guru pertama yang mengajar di Makkah, sesudah penduduk Mekkah takluk, ialah
Mu’az bin Jabal. Ialah yang mengajarkan Al Qur’an dan mana yang halal dan haram dalam Islam. Pada masa khalifah Abdul
Malik bin Marwan Abdullah bin Abbas pergi ke Mekkah, lalu mengajar disana di
Masjidil Haram. Ia mengajarkan tafsir, fiqh dan sastra. Abdullah bin Abbaslah pembangunan madrasah
Mekkah, yang termasyur seluruh negeri Islam.
Kedua, Madrasah
Madinah: Madrasah Madinah lebih termasyur dan lebih dalam ilmunya, karena di
sanalah tempat tinggal sahabat-sahabat Nabi. Berarti disana banyak terdapat
ulama-ulama terkemuka.
Ketiga, Madrasah
Basrah: Ulama sahabat yang termasyur di Basrah ialah Abu Musa Al-asy’ari dan
Anas bin Malik. Abu Musa Al-Asy’ari adalah ahli fiqih dan ahli hadist, serta
ahli Al Qur’an. Sedangkan Abas bin Malik termasyhur dalam ilmu hadis. Al-Hasan
Basry sebagai ahli fiqh, juga ahli pidato dan kisah, ahli fikir dan ahli
tasawuf. Ia bukan saja mengajarkan ilmu-ilmu agama kepada pelajar-pelajar,
bahkan juga mengajar orang banyak dengan mengadakan kisah-kisah di masjid
Basrah.
Keempat, Madrasah
Kufah: Madrasah Ibnu Mas’ud di Kufah melahirkan enam orang ulama besar, yaitu: ‘Alqamah, Al-Aswad,
Masroq, ‘Ubaidah, Al-Haris bin Qais dan ‘Amr bin Syurahbil. Mereka itulah yang
menggantikan Abdullah bin Mas’ud menjadi guru di Kufah. Ulama Kufah, bukan saja belajar kepada
Abdullah bin Mas’ud menjadi guru di Kufah. Ulama Kufah, bukan saja belajar
kepada Abdullah bin Mas’ud.
Bahkan mereka pergi ke Madinah.
Kelima, Madrasah
Damsyik (Syam): Setelah negeri Syam (Syria) menjadi sebagian negara Islam dan
penduduknya banyak
memeluk agama Islam. Maka negeri Syam menjadi perhatian para Khilafah. Madrasah itu melahirkan
imam penduduk Syam, yaitu Abdurrahman Al-Auza’iy yang sederajat ilmunya dengan Imam
Malik dan Abu-Hanafiah. Mazhabnya tersebar di Syam sampai ke Magrib dan
Andalusia. Tetapi
kemudian mazhabnya itu lenyap, karena besar pengaruh mazhab Syafi’I dan Maliki.
Keenam, Madrasah
Fistat (Mesir): Setelah Mesir menjadi negara Islam ia menjadi pusat ilmu-ilmu
agama. Ulama yang
mula-mula madrasah madrasah di Mesir ialah Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘As, yaitu di Fisfat (Mesir
lama). Ia ahli hadis dengan arti kata yang sebenarnya. Karena ia bukan saja menghafal hadis-hadis
yang didengarnya dari Nabi S.A.W.,
melainkan juga dituliskannya dalam buku catatan, sehingga ia tidak lupa
atau khilaf meriwayatkan hadis-hadis itu kepada murid-muridnya. Oleh karena itu banyak sahabat dan
tabi’in meriwayatkan hadis-hadis dari padanya.[31]
Pada puncak
sejarah perkembangan pendidikan Islam (masa kejayaan) berada pada masa dinasti
Abbasyiah[32]
yang berpusat di Baghdad Irak. Pada kekhalifahan ini dikenal sebagai puncak
kejayaan umat Islam dalam bidang pendidikan Islam, lembaga-lembaga pendidikan
Islam ilmiah sangat banyak bermunculan di kota Baghdad, pendidikan agama Islam
yang diajarkan oleh para ulama menjadikan kota ini sangat pusat ilmu
pengetahuan dunia dan kebudayaan.
Pemerintahan
daulah Abbasiyah, pendidikan islam sudah menjadi perhatian yang tinggi bagi
pemimpin yakni dengan adanya lembaga pendidikan yang sudah mulai
berkembang dan proses pengalihan ilmu pengatahuan yang juga mulai berkembang. lembaga
pendidikan sudah mulai berkembang ketika itu, lembaga pendidikan terdiri dari
dua tingkat:
a. Maktab atau Kuttab dan masjid, yaitu lembaga
pendidikan terendah, tempat anak-anak mengenal dasar bacaan, hitungan dan
tulisan dan tempat para remaja belajar dasar –dasar ilmu seperti tafsir, hadis,
fiqhi dan bahasa.
b. Tingkat pendalaman. Para pelajar yang ingin
memperdalam ilmunya, meramu untuk memuntut ilmu kepada Seseorang atau beberapa
orang ahli dalam bidangnya masing-masing. Pada umumnya, ilmu yang dituntut
adalah ilmu-ilmu ibadah atau agama. Pengajarannya berlangsung di masjid-masjid
atau di rumah-rumah ulama bersangkutan. Bagi anak penguasa, pendidikan
berlangsung di istana atau dirumah penguasa terasebut dengan memanggil ulama
ahli kesana.[33]
Lembaga
pendidikan lain sebagai media pendidikan yang digunakan yaitu, Majlis
Muhadharah,yaitu tempat pertemuan para ulama, sarjana,ahli pikir dan
pujangga untuk membahas masalah-masalah ilmiah. Darul Hikmah, adalah
perpustakaan yang didirikan oleh Harun Ar-Rasyid. Ini merupakan perpustakaan
terbesar yang di dalamnya juga disediakan tempat ruangan belajar. Madrasah,[34] Perdana menteri Nidhomul Mulk adalah orang yang
mula-mula mendirikan sekolah dalam bentuk yang ada sampai sekarang ini, dengan
nama Madrasah. Masjid, Biasanya
dipakai untuk pendidikan tinggi dan tahassus. Pada masa Daulah Bani Abbassiyah,
peradaban di bidang fisik seperti kehidupan ekonomi: pertanian, perindustrian,
perdagangan berhasil dikembangkan oleh Khalifah Mansyur.[35]
Lembaga-lembaga
ini kemudian berkembang pada masa pemerintahan bani Abbas, dengan bedirinya
perpustakaan dan akademi. Perpustakaan pada masa itu lebih merupakan sebuah
universitas, karena disamping terdapat kitab-kitab, disana orang juga dapat
membaca menulis dan berdiskusi. Dengan adanya lembaga ini memberikan efek
positif yakni tempat itu dijadikan sebagi pusat pembelajaran, dan penerjemahan
buku karangan bangsa-bangsa terdahulu seperti buku-buku karya bangsa-bangsa
Yunani, Romawi, dan Persia serta berbagi naskah yang ada di kawasan timur
tengah dan Afrika, seperti Mesopotamia dan Mesir.[36]
Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa
lembaga-lembaga (media) pendidikan Islam yang digunakan dalam proses
pembelajaran pendidikan agama Islam pada masa pemerintahan Abbasyiah telah
mengalami perkembangan dari masa-masa sebelumnya, baik jumlah dan model media pendidikan
telah bervariasi seperti madrsah dan lain-lain. Media pembelajarannya pun
mengalami peningkatan baik kurikulum, metode, hingga materi pembelajaran. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan media tekhnologi pendidikan pada masa ini
telah berkembang yang hingga mengantarkan Islam pada puncak kejayaannya melalui
pendidikan Islam.
4.
Perkembangan
dan pemanfaatan tekhnologi PAI pada abad pertengahan.
Pada abad
pertengahan (1250-1800) Islam mengalami kemunduran hal berimplikasi pula pada
kemunduran pendidikan Islam. Islam pada abad pertengahan mengalami transisi dan
pergeseran lambat laun pendidikan Islam pun mulai terbelakang. Pasca runtuhnya
dinasti Abbasyiah dan kepemimpinan Islam beralih ke dinasti Fatimiyah kurang
menampakkan perkembangan dan kemajuan khususnya pendidikan Islam.
Kerajaan Islam
pada awalnya terpecah menjadi tiga kerajaan yaitu;kerajaan Turki Utsmani,
Kerajaan Safawi di Persia dan Kerajaan Mughal di India. Kemunduran Islam pada
abad pertengahan, pada umumnya yang menjadi
penyebab diantaranya adalah sebagai berikut: Tidak menjaga dengan
baik Wilayah kekuasaan yang luas,
Penduduknya sangat heteregin sehingga mengalami
kendala dalam penyatuan. Para penguasanya
lemah dalam kepemimpinannya, Krisis ekonomi, Dekadensi moral yang tak
terkendali, Apatis dan stagnasi dalam dunia iptek, konflik antar kerajaan
Islam.[37]
namun disisi lain banyak pula melahirkan ilmuan-ilmuan muslim dalam berbagai
bidang, berdirinya universitas-universitas terkenal.
Potret
pendidikan Islam di tiga kerajaan:
a.
Pendidikan Islam pada Masa Kerajaan Turki
Utsmani
Kerajaan Turki
Utsmani dikenal dengan kerajaan yang sangat luas, ini karena hasil ekspansi
yang gencar dilakukan. Dalam bidang pendidikan, Sultan Orkhan (1326-1329)
adalah Sultan pertama yang mendirikan madrasah di masa Kerajaan Turki Utsmani
lalu kemudia dilanjutkan oleh sultan-sulta penerusnya. Sehingga pada masa
Kerajaan Turki Usmani ini banyak berdiri madrasah dan masjid terutama di
Istambul dan Mesir. Pada masa ini pula banyak perpustakaan yang berisi
kitab-kitab yang tidak sedikit jumlahnya. Setiap orang bebas membaca dan
mempelajari isi kitab-kitab itu. Hal ini membuktikan betapa besar perhatian
para penguasa dalam mengembangkan pengetahuan waktu itu. Hampir semua penguasa
dinasti Usmaniyah memiliki intensitas yang cukup tinggi dalam mengembangkan
pendidikan dan juga seni arsitektur. System pengajaran yang dikembangkan pada
masa Turki Usmani adalah menghafal matan-matan meskipun tidak mengerti
maksudnya, seperti menghafal matan al-jurumiyah, matan Taqrib, matan alfiah dan
yang lainnya. Murid-murid setelah menghafal matan barulah mempelajari
syarahnya. Model pengajaran seperti ini masih sering digunakan sampai sekarang,
terutama pada pondok pesantren klasik.[38]
b.
Pendidikan
Islam pada masa kerajaan Safawi Persia
Kejayaan Dinasti Safawi pada sisi pengembangan ilmu pengetahuan di
masa pemerintahan Syah Abbas I juga terlihay dari segi fisik material,
keberhasilannya ditunjukkan dengan dibangunnya 162 masjid dan 48 pusat
pendidikan. Lembaga-lembaga pendidikan tersebut sebagian didirikan atas
inisiatif para kerabat kerajaan. Demikian pula lembaga pendidikan madrasah,
dibangunnya beberapa madrasah tersebut menunjukkan adanya perhatian yang serius
dari pemerintah Dinasti Safawi untuk mengembangkan gagasan ilmu pengetahuan.
Adapun system pendidikan dan praktek pendidikan pada masa Dinasti Safawi ini
semata-mata didominasi oleh tiga jenis pendidikan. Pertama, pendidikan
indokrinatif sebagai kurikulum inti dalam seluruh pusat pendidikan untuk
memantapkan paham Syi’ah demi terwujudnya patriotism masyarakat untuk mengabdi
kepada mahzah keagamaan. Kedua, pendidikan estetika dengan penekanannya
pada seni kriya yang diharapkan mampu mendukun sector industri dan perdagangan.
Ketiga, pendidikan militer dan manajemen pemerintahan yang ditujukan
untuk lebih memperkuat armada perang untuk keperluan pertahanan pemerintahan
dan profesionalisme pengelolaan administrasi pemerintahan.[39]
c.
Pendidikan
Islam pada masa kerajaan Mughal di India
Dinasti Mughal merupakan sebuah system kekuasaan yang diperintah
oleh raja-raja yang berasal dari Asia tengah dan keturunan Timur Lenk. Puncak
kejayaan kerajaan ini berada pada saat masa pemerintahan Sultan Akbar, dan Syeh
Jehan. Salah satu karya mengagumkan dan fenomenal pada masa kerajaan ini adalah
istana indah di Lahore dan Tajmahal di Agre yang tergolong salah satu dari
bangunan keajaiban dunia.
Di masjid telah tersedia ulama yang akan memberikan pengajaran
berbagai cabang ilmu agama, di mana tidak sedikit masyarakat yang mengikutinya.
Bahkan di masjid itu juga telah disediakan ruangan khusus bagi para pelajar
yang ingin tinggal di dalamnya selama mengikuti pendidikan. Oleh karena itu,
hampir setiap masjid merupakan pengembangan ilmu keagamaan tertentu dengan guru
spesialis, dalam perkembangan selajutnya Masjid raya telah berkembang menjadi
universitas. Tempat para ulama mengajarkan berbagai cabang ilmu agama dan
sejumlah pelajar atau mahasiswa memilih untuk mengikuti pelajaran-pelajaran
tertentu pada masa tertentu pula.[40]
Jika ditinjau
secara mendalam aspek sejarah ketiga kerajaan Islam tersebut di atas yang
berlangsung pada abad pertengahan, memiliki historis dalam bidang pendidikan
Islam dengan pembangunan dan pengembangan lembaga pendidikan yang cukup maju.
Kendati ketiga kerajaan ini dinilai berada pada abad kemundruan Islam yaitu
pada abad pertengahan, namun pemanfaatan dan pengembangan media pendidikan
Islam seperti masji, madrasah, perpustakaan dan universitas yang di dalamnya
mengajarkan agama Islam dan berbagai disiplin ilmu.
Tiga kerajaan
Islam yang mendominasi pendidikan Islam pada abad pertengahan di atas dapat
dijadikan tinjauan dalam menilai perkembangan pendidikan Islam dengan
memanfaatkan media−tekhnologi pendidikan Islam, beberapa ulama terkenal pada
abad pertengahan ini seperti Ibn Khaldun[41]
dengan pemikiran dan pendidikan Islamnya yang menggunakan media pendidikan
Islam yang kurang lebih sama dengan para tokoh pendidikan Islam dan ulama-ulama
sebelumnya.
5.
Tekhnologi
pendidikan agama Islam era modern, (Potret
perkembangan dan pemanfaatan Tekhnologi Informasi dan Komunikasi.
Pasca abad
pertengahan, era modern merupakan era kebangkitan bangsa eropa dalam hal ilmu
pengetahuan dan tekhnologi, kebangkitan ini mempengaruhi dunia pendidikan
sebagai akar utama terhadap tumbuh dan berkembangnya pemikir dan ilmuan-ilmuan
barat dalam bidang tekhnologi. Terciptanya desain-desain dan perangkat modern (audiovisual)
yang turut dikembangkan kedalam media pendidikan yang hingga pada masa kini tak
hanya tekhnologi audiovisual tetapi pengembangannya telah lebih pada tekhnologi
gerak.
Era modern identik
dengan kemajuan dan perkembangan sains dan tekhnologi. Kemajuan dalam berbagai
bidang yang menunjang kehidupan manusia mengantarkan manusia pada bentuk
kehidupan yang multi praktis. Hal ini dapat disaksikan dengan tekhnologi
ciptaan manusia. Salah satu wujud tekhnologi adalah tekhnologi informasi dan
komunikasi pada masa sekarang ini. Pada awal era modern tekhnologi informasi
belum mengalami perkembangan seperti sekarang ini, namun pada masa sekarang
lini kehidupan manusia dimudahkan dengan hadirnya tekhnologi yang serba canggih
semisal fasilitas internet dan lain-lain. Demikian pula halnya dunia pendidikan
khususnya pendidikan Islam tekhnologi informasi komunikasi digunakan sebagai
media pembelajaran yang memudahkan untuk mencapai pembelajaran yang diharapkan.
Melalui
kecanggihan tekhnologi informasi menjadikan pendidik dan peserta didik dapat
pula berkomunikasi dan melakukan pembelajaran jarak jauh (E-Learning)
tanpa bertatap muka, sehingga siswa dapat dengan mudah memberoleh infomasi yang
lebih luas. Oleh karena itu dengan kehadiran tekhnologi informasi masa kini
yang pemanfaatannya dalam pembelajaran PAI mengadung arti yang sangat
strategis. Alasan yang patut dipetik dengan penggunaan takhnologi informasi
dalam pembelajaran ini adalah guna memodernisasi proses pembelajaran sehingga
mutu atau kualitas pendidikan dapat lebih meningkat. Tekhnologi pembelajaran
bukan dianggap satu-satunya media yang dapat diandalkan dalam pembelajaran PAI,
namun dalam era global yang serba praktis ini upaya pemanfaatan tekhnologi
informasi penting untuk menunjang proses pembelajaran, atau dengan kata lain
tekhnologi informasi mengambil peran dalam pencapaian hasil pendidikan.
Tekhnologi pendidikan masa kini dinilai sebagai hasil rekayasa manusia yang tak
hanya dipergunakan sebagai media pendidikan, bahkan lebih menyentuh aspek-aspek
kebutuhan manusia.
Media
pembelajaran ini jika merunut pada sejarah yakni pada tahun 1920-an, mula-mula
dikenal suatu gerakan dalam pendidikan yang dinamakan “Visual Educational”, gerakan
ini sebenarnya diilhami oleh aliran realism dalam pendidikan pada abad ke-17
yang dipelopori oleh Johan Amos Comenius yang mengarang buku teks pendidikan
pertama yang berjudul Orbis Pictus (Dunia dalam gambar). Kemudian
ditemukannya radio pada tahun 1930-an, muncul gerakan “Audiovisual Education”
yang menekankan pentingnya penggunaan audiovisual dalam pembelajaran. Disinilah
mulai dikenal AVA (Audiovisual Aids) yaitu alat peraga yang menyajikan
bahan-bahan visual dan audia yang memperjelas apa yang disampaikan guru kepada
murid.[42]
Disamping itu tahap perkembangan tekhnologi dalam pembelajaran yang paling
mutakhir digunakan ialah internet[43]
yang menyajikan beragam referensi penelususan seperti google, wikipedia,
web/blog, dan email. Dalam hal lain pada komponen software computer menyajikan berbagai
program seperti microsof (word, power point, exel dan lain-lain, tentunya hal
ini memberikan kemudahan sebagai media dalam pembelajaran.
Menurut Prof.
Dr. Mustaji,[44]
fungsi teknologi informasi dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi
(TIK) untuk pendidikan sudah menjadi keharusan yang tidak dapat ditunda-tunda
lagi. Berbagai aplikasi teknologi informasi dan komunikasi sudah tersedia dalam
masyarakat dan sudah siap menanti untuk dimanfaatkan secara optimal untuk
keperluan pendidikan. Pada kondisi riil, teknologi informasi dan komunikasi
dalam pendidikan nantinya berfungsi sebagai gudang ilmu, alat bantu
pembelajaran, fasilitas pendidikan, standar kompetensi, penunjang administrasi,
alat bantu manajemen sekolah, dan sebagai infrastruktur pendidikan. Pengenalan
TIK di sekolah telah membawa suatu sikap yang lebih positif terhadap sekolah
pada diri siswa. Karena TIK dan belajar berbasis web menawarkan keaneka ragaman
yang lebih besar dari tujuan, proyek, aktivitas, dan latihan dalam pembelajaran
dibanding kelas tradisional, minat dan motivasi siswapun meningkat secara
nyata. Para guru dan siswa terangsang karena pengajaran menjadi lebih dinamis
yang memperluas visi mereka seperti halnya akses ke bahan belajar dan perangkat
lunak bidang pendidikan yang bermutu tinggi. Lebih dari itu, para guru
kelihatannya termotivasi untuk mengajar dengan lebih kreatif. Portal
pembelajaran menghubungkan para guru kepada sejumlah rancangan pelajaran,
panduan guru, dan soal-soal latihan siswa yang ditempatkan di Internet oleh
institusi pemerintah, LSM, dan institusi pendidikan.
Potret
pemanfataan tekhnologi informasi masa kini sedikit menggambarkan betapa
pentingnya media pembelajaran dengan lahirnya media tekhnologi informasi dan
komunikasi masa kini, disisi lain media ini bukan alat utama yang menjamin
berhasilnya pembelajarandan tujuan pendidikan sebab dalam hal lain media tidak
hanya berbasis pada tekhnologi modern yang dapat digunakan sebagai media utama.
Media visual dan abstrak (alam sekitar) disamping media-media lainnya penting
terintegrasi dalam suatu proses dimana pendidikan terlaksana.
6.
Perspektif
analisis untuk perkembangan dan pemanfaatan tekhnologi pendidikan agama Islam
pada masa yang akan datang.
Peran dan tugas
para pendidik dan tenaga kependidikan pada intinya adalah menciptakan berbagai
aktivitas untuk keberhasilan siswa dalam belajar. Dalam hal ini tekhnologi
dapat dikatakan sebagai alat bantu bagi pendidik dan tenaga kependidikan di
dalam menjalankan tugas dan peranannya tersebut. Tekhnologi pembelajaran
menfokuskan kajiannya pada desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan
penilaian proses dan hasil belajar. Dengan demikian nyata bahwa tekhnologi pembelajaran
dapat sangat membantu para pendidik dan tenaga kependidikan melaksanakan
tugasnya dengan baik.[45]
Tekhnologi
dalam pembelajaran telah banyak digunakan untuk memudahkan pembelajaran sejak zaman
klasik hingga pada masa kini. Arief S. Sadiman mengemukakan bahwa untuk
mencapai tujuan pembelajaran tersebut, mulai dipakai berbagai format media.
Dari pengalaman mereka, guru mulai belajar bahwa cara belajar siswa itu
berbeda-beda, sebagian lebih cepat belajar melalui media visu, sebagian melalui
media audio, sebagian lebih senang melalui media cetak, dan yang lain melalui
media audiovisual dan sebagainya. Dari sini maka lahirlah konsep penggunaan
multimedia kedalam kegiatan pembelajaran.[46]
Dengan berdasarkan
analisis sejarah dan hingga masa kini sebagai suatu fakta, hal ini memunculkan
paradigma perkembangan dan pemanfaatan media−tekhnologi pendidikan Agama Islam
di masa yang akan datang:
Pertama,
Telah diketahui bahwa media−tekhnologi pendidikan Islam pada masa klasik (masa
Nabi melakukan pendidikan Islam) telah menggunakan rumah-rumah sahabat, masjid,
kuttab, dan majelis sebagai media pendidikan Islam hal ini berlansung lama baik
dalam masa pemerintahan para Khulafaur Rasyidun, kekhalifahan dinasti Umayyah,
seiring dengan perkembangan dan penyebaran Islam lambat laun lembaga pendidikan
Islam pun mengalami peningkatan pada masa kekhalifahan dinasti Abbasyiah dengan
munculnya semisal madrasah lembaga-lembaga studi Islam (universitas). Jika
dilakukan eksplorasi secara mendalam dengan melihat data-data sejarah akan
kualitas dari pendidikan Islam pada masa Nabi dan generasi selanjutnya yang
banyak lahir tokoh atau ulama-ulama muslim tentunya disini salah satu yang
berperan adalah media pendidikan yang digunakan oleh para pendidiknya, dengan
demikian penting bagi kita melakukan sebuah ukuran dan melakukan pengkajian
mendalam sekaligus menjadikan sebagai sumber inspirasi terkait pentingnya
memaksimalkan fungsi media pendidikan pada masa kini dan masa yang akan datang.
Kedua, Tekhnologi
yang digunakan pada masa klasik dan bahkan sampai pada masa kini masih sering
dijumpai yakni dapat dikatakan sebagai tekhnologi konvensional. Tekhnologi ini
pula merupakan akar dari tekhnologi modern, meskipun pada masa kini sebagian
besar masyarakat masih menggunakan cara-cara lama sebagai sebagai tekhnologi
pendidikan semisal dalam lembaga pendidikan Islam (Pesantren salafiah),
namun penting dalam lembaga pendidikan Islam yang masih mempertahankan
tekhnologi konvensional ini dikolaborasikan dengan tekhnologi pendidikan
modern.
Ketiga, pendidikan
agama Islam dimasa yang akan datang dapat saja mengalami tantangan berat,
olehnya dalam praktek pembelajaran PAI di lembaga-lembaga pendidikan Islam
dengan media−tekhnologi pendidikan (tekhnologi informasi) yang di dalamnya
berupa fasilitas internet dan beberapa perangkat pendukung yang bersifat
perangkat keras penting lebih di desain untuk program pembelajaran PAI yang pada
pelaksanaannya lebih kompleks. Meskipun pada masa sekarang pendidik (guru)
telah banyak menerapkan model pembelajaran E-learning dengan hanya
mengunggah materi-materi pembelajaran sehingga pendidik dan siswa tidak perlu
lagi datang ke kelas, namun disisi lain hal ini tentunya dapat memberikan efek
terhadap keaktifan guru dan siswa dalam hal interaksi secara lansung. Dengan
demikian dari asas sejarah tekhnologi pendidikan Islam yang telah memberikan
inspirasi untuk membuat langkah-langkah inovatif menuju implementasi pendidikan
agama Islam yang memudahkan pencapaian tujuan pendidikan Islam melalui
media−tekhnologi pendidikan, hal ini tentunya diharapkan tidak mengurangi
fungsi dan peran guru dan siswa dalam pendidikan, atau dengan kata lain tidaknya
hanya proses pengembangan dan pemanfaatan media−tekhnologi pendidikan Islam
yang praktis tanpa merekonstruksi dan mempertimbangkan aspek yang membawa pada
perubahan keaktifan dan kreatifitas pendidik dan siswa. Hal ini tentunya
dikhawatirkan pula bahwa dimasa yang akan datang bisa jadi siswa akan belajar
tanpa guru, guru dan siswa merupakan dua komponen dan system yang saling
mempengaruhi dalam proses pembelajaran, saling mengisi dan menerima, meneladani
dan diteladani, sehingga dengan demikian peranan guru dalam pendidikan sangat
urgen diperlukan.
Penutup
Kesimpulan
Berangkat dari uraian pembahasan di atas maka dapat disimpulkan
yaitu:
1.
Tekhnologi
dalam pendidikan agama Islam merupakan media yang digunakan dalam pendidikan
Islam yang dapat menunjang kelancaran proses pendidikan Islam sehingga tujuan
pendidikan agama dapat tercapai secara maksimal. Media pendidikan dapat berupa
sarana dan prasarana pendidikan demikian pula instrument yang digunakan dalam
proses pembelajaran atau dapat dikenal dengan media pembelajaran
dikelas/ruangan, hal ini dapat berupa media papan tulis, kursi meja, buku,
gambar, tekhnologi audiovisual dan lain-lain. Media pendidikan−media
pembelajaran ini tentunya dapat berfungsi maksimal jika terjadi interaksi
antara guru dan siswa dengan memanfaatkan bentuk-bentuk media−tekhnologi dalam
pembelajaran atau pada pendidikan Islam.
2.
Tekhnologi−media
pendidikan agama Islam yang digunakan Nabi SAW yang pertama dalam sejarah Islam
ialah rumah al-Arqam
bim Abi Arqam, yang merupakan salah satu sahabat Nabi, disamping itu terdapat
pula kuttab, rumah Nabi SAW, halaman/pekarangan rumah, hingga pasca
hijrahnya ke Kota Madinah, masjid dan majlis taklim pun digunakan sebagai media
pendidikan Islam yang utama.
3.
Pasca Nabi SAW
hingga abad modern tekhnologi pendidikan agama Islam pun mengalami perkembangan
baik masjid, kuttab, hingga hadirnya madrasah-madsarah, dan universitas yang di
dalamnya telah terstruktur dan sistematis, perangkat media serta metode pendidikan
Islam serta proses pembelajaran pun mengalami peningkatan.
4.
Pada abad
modern perkembangan tekhnologi pendidikan merupakan langkah pembaharuan dengan
berkembangnya sains dan tekhnologi, abad modern telah melahirkan ilmuan-ilmuan
yang mampu mengembangkan tekhnologi pendidikan dengan hadirnya tekhnologi audio
dan visual yang sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan terutama
pendidikan Islam. Melalui riset yang panjang tekhnologi ini berkembang sehingga
muncul tekhnologi komunikasi dan informasi (Information Communication Technologi
ICT) seperti yang hadir pada masa kini yakni televisi, computer dengan
perangkat perogramnya serta layanan jendela dunia (internet) yang
menawarkan aneka fasilitas yang dapat digunakan dalam pendidikan, misalnya
Google pencarian referensi, E-mail, web/blog, dan lain-lain, hingga
pemanfaatannya dalam pembelajaran jarak jauh (E-learning).
5.
Potret
perkembangan dan pemanfaatan tekhnologi pendidikan masa kini tentunya penting
acuan pengembangan terutama dimasa yang akan datang yang diharapkan
berimplikasi terhadap pembelajaran dan kualitas pendidikan agama Islam (PAI)
khususnya. Dengan demikian pendidikan agama Islam mampu menempatkan diri dalam
ranah kompetitif terutama dalam pemanfaatan tekhnologi pendidikan. Bukan
berarti harus meninggalkan media pendidikan dengan cara-cara lama yang
mengutamakan keaktifan kerja fisik (dalam tataran yang terkesan kuno dan
ketinggalan zaman) dari pada mesin, akan tetapi integratif antara tekhnologi
pendidikan konvensional dan tekhnologi pendidikan modern sangat diperlukan.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad Rivai, dan Nana Sudjana, Tekhnologi Pengajaran,
Bandung: Sinar Baru, 1989.
Aktortama, Aquis, Pendidikan Islam Pada Masa Bani Umayah,
dalam website, http:// akitephos.wordpress.com/sejarah-pendidikan-islam/,.
Al-Buhairi, Farhan Mamduh Al-Arqam Bin Abil
Arqam (Pemilik Rumah Dakwah),
dalam website, http://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid,.
Alfarisi, Farhad, Boedi, Sejarah Pendidikan
Islam Pada Masa Bani Abasiyah, dalam website, http://sejarah.kompasiana.com/2013/02/14/sejarah-pendidikan-islam-pada-masa-bani-abasiyah-534282.html
Amhar, Fahmi, Tekhnologi Pendidikan Islam, dalam website, http://islamdalamtekhnologi.
blogspot.com/2011/08/teknologi-pendidikan-islam.html
Ana Retnoningsih, dan Suharso, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Edisi Lux, Semarang: CV. Widia Karya, 2011.
Azra, Azyumardi, Pendidikan
Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, Jakarta: Logos, 1999.
Eveline Siregar, dan Dewi Salma Prawiradilaga Mozaik Tekhnologi
Pendidikan, Jakarta: Diterbitkan atas kerjasama Kencana dengan Universitas
Negeri Jakarta, 2007.
Efni, Gusnita, Biodata Lengkap Nabi Muhammad
SAW, dalam website, http://www.duasatu.
web.id/2013/01/sejarah-kelahiran-nabi-muhammad. html.
Hasan, Asari, Menyingkap Zaman Keemasan Islam, Bandung: Citapustaka Media, 2007.
Husain, Sanusi, Ahmad, Biodata dan sejarah Ringkas Rasulullah,
dalam website, http://
www.ahmad-sanusi-husain.com/2012/02/biodata-dan-sejarah-ringkas rasulullah.
html,
Ihsan, Fuad, H.A, Filsafat Ilmu, Jakarta: Rineka Cipta,
2010.
Jalaluddin, Sistem nilai dan Pembentukannya dalam Perspektif
Pendidikan Islam, dalam Jurnal Studi Islam “Medina-Te”, Program
Pascasarjana, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Fatah Palembang, Vol. 1
Nomor 1, Juni 2005.
Karim, Abdul, M. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam,
Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2012.
Langgulung, Hasan, Pendidikan
Islam dalam Abad ke-21, Jakarta: Pustaka Al-Husna Baru, 2003.
_______ Hasan, Asas-Asas
Pendidikan Islam, Jakarta: Al-Husna Zikra, 2000), hlm. 122.
Maksum, Madrasah Sejarah dan Perkembangannya, Jakarta,Logos
Wacana Ilmu,1999.
Miarso, Yusufhadi, Menyemai Benih Tekhnologi Pendidikan,
Jakarta: Prenada Media, 2004.
_______ Yusufhadi, Menyemai Benih Tekhnologi Pendidikan,
Jakarta: Kenacana, 2007
Mustaji, Pemanfaatan Multi
Media Untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan,
dalam website: http://pasca.tp.ac.id/site/pemanfaatan-multi-media-untuk-meningkatkan-kualitas-pendidikan.,
Mustanan, Pendidikan Islam di Tiga Kerajaan (Turki Usmani, Persia,
dan Mughal), dalam website,http://islamadalahrahmah.blogspot.com/2011/02/pendidikan-islam-di-tiga-kerajaan-turki.html,
Nasution, Harun, Pembaharuan dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan
Gerakan, Jakarta: Bulan Bintang, 1975.
Nasution, S. Tekhnologi Pendidikan, Jemmar: Bandung, 1987.
Nata, Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam 1, Jakarta: Logos
Wacana Ilmu, 1997.
Oktafianti, Anna, Pendidikan pada Masa Daulah Bani Umayah dan
Abbasyiah, dalam website, http://kelompokidi123.blogspot.com/2012/12/normal-0-false-false-false-en-us-x-none_23.html,.
Rangkuti, Abrar,
Ahmad, Pendidikan
Islam Formal, Informal, dan
Nonformal, dalam website,http://abrarrkt.blogspot.com/2013/01/pendidikan-islam-formal-informal
dan_4780.html,
Rif’an, Ali, Konsep Pendidikan Islam dimasa Rasulullah, Periode
Makkah dan Madinah, dalam website, http://makinmaju.wordpress.com/2012/05/11/konsep-pendidikan-islam-di-masa-rasulullah/
Sabrinah, Nida, Pendekatan
Pembelajaran Nilai dalam PAI, dalam website, http://
arinnurcahyati20.blogspot.com/2013/01/ pendekatan-pembelajaran-nilai dalampai.
html.
Sadiman,S.Arief, dkk,Media Pendidikan (Pengertian, Pengembangan
dan Pemanfaatannya), Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993.
Supriyoko, Ki, TEKPENDIS Introduction Of Technologi, Materi
Kuliah Tekhnologi Pendidikan Islam, PAI C Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, dalam Power Point.
Sunarji, Moh. Pendidikan Islam Pada Masa Rosulullah SAW, dalam website, http://www. bisosial.
com/2012/06/makalah-pendidikan-islam-pada-masa.html.
Sutrisno, Teguh, Perkembangan Islam pada Abad Pertengahan
(1250-1800), dalam website, http://teguhsutpujakesuma.wordpress.com/2012/10/10/perkembangan-islam-abad-pertengahan-1250-1800/
Syalaby, Ahmad, Sejarah Pendidikan Islam, (Taricut Tarbiyah
Al-Islamiyah) Terj, H. Muctar Yahya dan Sanusi Latief, Jakarta: Bulan
Bintang, (tt).
Wicaksono,
Halim,
Abdul, Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam di Masa Rasulullah SAW, dalam
website, http://imtaq.com/lembaga-lembaga-pendidikan-islam-di-masa-rasulullah-saw/.
Yagami, Wink, Biografi Nabi Muhammad SAW, dalam blog,
http://kolom-biografi.blogspot.
com/2009/01/biografi-nabi-muhammad-saw.html,
[1]
Pada
hakikatnya pendidikan Islam adalah proses pemeliharaan dan penguatan sifat dan
potensi insan menimbulkan kesadaran untuk menemukan kebenaran. Tujuan
pendidikan Islam adalah mengembangkan potensi peserta didik serta meningkatkan
ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan membentuk karakter siswa yang
menghargai dan menjunjung tinggi kebenaran. Lihat Nida Sabrinah, Pendekatan
Pembelajaran Nilai dalam PAI, dalam website, http://arinnurcahyati20.
blogspot.com/2013/01/pendekatan-pembelajaran-nilai-dalam-pai.html.
diakses, 20 Februari 2013, pukul, 15.30 WIB.
[2]
Jalaluddin, Sistem nilai dan Pembentukannya dalam Perspektif Pendidikan
Islam, dalam Jurnal Studi Islam “Medina-Te”, Program Pascasarjana, Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Fatah Palembang, Vol. 1 Nomor 1, Juni 2005,
hlm. 57.
[3] Hasan
Langgulung, Pendidikan Islam dalam Abad ke-21, (Jakarta: Pustaka
Al-Husna Baru, 2003). hlm.73.
[4] Era
kenabian yang penulis maksudkan adalah era dimana Nabi Muhammad SAW
hidup dan menyebarkan (mendakwakan) agama Islam (melakukan pendidikan Islam)
hingga beliau wafat yang terdiri dari dua periode yaitu Mekkah (Kota kelahiran
Nabi SAW) dan kota Madinah sebagai pusat Islam dan negara Islam pertama dalam
sejarah.
[5]
Lihat, Ki Supriyoko, TEKPENDIS Introduction Of Technologi, Materi Kuliah
Tekhnologi Pendidikan Islam, PAI C Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, dalam Power Point, Slide 5.
[6]
Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Lux,
(Semarang: CV. Widia Karya, 2011), hlm.
542.
[7] H.A
Fuad Ihsan, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Rineka Cipta,2010), hlm. 143,
[8]Dikutip
oleh penulis dalam Website, http://fahreena.wordpress.com/2010/07/02/islamisasi
ilmu-pengetahuan-dan-teknologi/, lihat juga, Sindung Tjahyadi,“Ilmu, Teknologi dan Kebudayaan”, dalam
Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM, Filsafat
Ilmu, cet.
III (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2003), hlm. 153.
[9]Teknologi
pendidikan Islam membuat siswa mudah memahami sains dan ilmu-ilmu apapun, mampu
menghubungkannya dengan Sang Pencipta dan menyadari apa tujuan diciptakannya
alam serta bagaimana sains itu dapat dimanfaatkan secara syar’i. Dia akan
menguasai sains dalam pandangan hidup Islam. Teknologi ini mengakselerasi siswa
mendapatkan tujuan-tujuan pendidikan, sehingga membantu mengatasi keterbatasan
kemampuan guru, sempitnya ruang kelas, kekurangan buku dan terbatasnya dana.
Lihat Fahmi Amhar, Tekhnologi Pendidikan Islam, dalam website, http://islamdalamtekhnologi.blogspot.com/2011/08/teknologi-pendidikan-islam.html,
diakses, 1 Juni 2013, Pukul 18. 56 WIB.
[10] Fahmi
Amhar, Tekhnologi., Ibid.,
[11]
Fahmi Amhar, Tekhnologi., Ibid.,
[12] S.
Nasution, Tekhnologi Pendidikan, (Jemmar: Bandung, 1987), hlm. 20.
[13]
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Tekhnologi Pengajaran, (Bandung: Sinar
Baru, 1989), hlm. 71.
[14] S.
Nasution, Tekhnologi., hlm. 5-6.
[15]Yusufhadi
Miarso, Menyemai Benih Tekhnologi Pendidikan, (Jakarta: Kenacana, 2007),
hlm 196-197.
[16]Harun
Nasution, Pembaharuan dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1975), hlm. 11.
[17]Lihat, Biodata
Lengkap Nabi Muhammad SAW (Nama: Muhammad bin Abdullah,
Kelahiran : Mekah, tanggal 12 Rabiul Awal tahun Gajah, Abdullah (ayahnya)
meninggal sebelum Muhammad terlahir, Umur 6–8 tahun Muhammad dibesarkan
kakeknya, Abdul Muthalib, Kemudian dibesarkan pamannya, Abu Thalib, Atas kejujurannya, Muhammad mendapat gelar Al
Amin (dapat dipercaya), Usia 13 tahun mulai berbisnis, menemani Abu Thalib
berdagang ke ke Sya, Usia 25 tahun menikah dengan Siti Khadijah binti
Khuwailid, Muhammad muda pernah berhasil mendamaikan pertikaian antar kabilah,
Usia 40 tahun pertama kali menerima wahyu dan diangkat menjadi Rasulullah,
Kemudian melakukan dakwah diam-diam selama 3 tahun di Mekah, Dilanjutkan dengan
berdakwah secara terang-terangan selama 10 tahun, Dakwah nabi Muhammad SAW
ditentangn oleh kaumnya sendiri, Quraisy, Hijrah ke Madinah setelah 13 tahun
berdakwah di Mekah, Setelah haji wada (10 H) kesehatan nabi Muhammad SAW mulai
menurun, 28 Shafar 11 H nabi Muhammad SAW meninggal dunia, Muhammad adalah nabi
dan rasul terakhir). Gusnita Efni, Biodata Lengkap Nabi Muhammad
SAW, dalam website, http://www.duasatu.web.id/2013/01/sejarah-kelahiran-nabi-muhammad.
html, diakses, 1 Juni 2013 pukul 11.56 WIB.
Nabi Muhammad saw berasal
dari kabilah Quraisy, tepatnya keturunan Hasyim.
Ayah beliau adalah Abdullah bin
Abdul Muthalib, cucu Hasyim. Ibunda beliau adalah Aminah binti Wahbyang berasal dari
keturunan Bani Zuhrah, salah satu kabilahQuraisy. Setelah menikah, Abdullah melakukan pepergian ke Syam. Ketika
pulang dari pepergian itu, ia wafat di Madinah dan dikuburkan di kota itu juga. Setelah beberapa bulan dari wafatnya
sang ayah berlalu, Nabi pamungkas para nabi lahir di bulan Rabi’ul Awal, tahun
571 Masehi di Makkah, dan dengan kelahirannya itu, dunia menjadi
terang-benderang. Sesuai dengan kebiasaan para bangsawan Makkah, ibundanya
menyerahkan Muhammad kecil kepada Halimah Sa’diyah dari kabilah Bani Sa’d untuk
disusui. Beliau tinggal di rumah Halimah selama empat tahun. Setelah itu, sang
ibu mengambilnya kembali. Dengan
tujuan untuk berkunjung ke kerabat ayahnya di Madinah, sang ibunda membawanya
pergi ke Madinah. Dalam perjalanan pulang ke Makkah, ibundanya wafat dan
dikebumikan di Abwa, sebuah daerah yang terletak antara Makkah dan Madinah.
Setelah ibunda beliau wafat, secara bergantian, kakek dan paman beliau, Abdul
Muthalib dan Abu Thalib memelihara beliau. Pada usia dua puluh lima tahun,
beliau menikah dengan Khadijah yang waktu itu sudah berusia empat puluh tahun.
Beliau menjalani hidup bersamanya selama dua puluh lima tahun hingga ia wafat
pada usia enam puluh lima tahun.
Pada usia empat puluh tahun, beliau diutus menjadi nabi oleh Allah. Ia
mewahyukan kepada beliau al-Quran yang seluruh manusia dan jin tidak mampu
untuk menandinginya. Ia menamakan beliau sebagai pamungkas para nabi dan
memujinya karena kemuliaan akhlaknya. Beliau
hidup di dunia ini selama enam puluh tiga tahun. Menurut pendapat masyhur,
beliau wafat pada hari Senin bulan Shafar 11 Hijriah di Madinah. Lihat, Wink
Yagami, Biografi Nabi Muhammad SAW, dalam blog, http://kolom-biografi.blogspot.com
/2009/01/biografi-nabi-muhammad-saw.html,
diakses, 1 Juni 2013 pukul, 11.35 WIB.
Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam ( نبي محمد صلى الله عليه
وسلم ) adalah pesuruh Allah yang terakhir. Baginda
adalah pembawa rahmat untuk seluruh alam dan merupakan Rasulullah bagi seluruh
umat di dunia. Sesungguhnya Nabi Muhammad
S.A.W merupakan satu anugerah dan kurniaan Allah SWT kepada umat manusia untuk
menunjukkan jalan yang lurus dan benar. Baginda bukan sahaja diangkat
sebagai seorang rasul tetapi juga sebagai khalifah, yang mengetuai angkatan
tentera Islam, membawa perubahan kepada umat manusia, mengajarkan tentang erti
persaudaraan, akhlak dan erti kehidupan yang segalanya hanya kerana Allah SWT.
Nabi Muhammad dilahirkan di Mekah dan kembali ke
rahmatullah di Madinah. Nabi Muhammad S.A.W merupakan Rasul dan Nabi terakhir
bagi umat manusia dan seluruh alam. Nabi Muhammad merupakan pelengkap ajaran Islam.
Beliau juga digelar Al Amin (الأمين) yang bermaksud 'yang terpuji'.
Ahmad Sanusi Husain, Biodata dan sejarah Ringkas Rasulullah, dalam
website, http://www.ahmad-sanusi-husain.com/2012/02/biodata-dan-sejarah-ringkas
rasulullah.html, diakses, 1 Juni 2013 Pukul 12.02 WIB.
[19]Darul
Arqom adalah rumah milik sahabat al-Arqam bin Abil Arqam al-Makhzumi, ia masuk
islam pada umur 16 th, rumah terpencil di atas bukit safa. Rasulullah SAW
sengaja menjadikan rumah yang terpencil ini sebagai tempat menyampaikan ajaran
Islam untuk menghindari perlakuan buruk dari kaum kafir Quraisy. Masa ini
adalah masa dakwah secara sembunyi-sembunyi. Di Darul Arqam inilah Rasulullah
SAW mengajarkan wahyu yang telah diterimanya kepada kaum muslimin. Sebagai nabi
dan guru, beliau membimbing para sahabat untuk menghafal, menghayati dan
mengamalkan ayat-ayat suci al-Qur’an yang telah diturunkan kepadanya. Lihat, Abdul Halim Wicaksono, Lembaga-Lembaga
Pendidikan Islam di Masa Rasulullah SAW, dalam
website, http://imtaq.com/lembaga-lembaga-pendidikan-islam-di-masa-rasulullah-saw/ 31
Mei 2013 pukul 14.39 WIB.
Rumah
al-Arqam di atas bukit Shafa, tempat Nabi berkumpul dengan sahabat-sahabat
beliau , terhindar dari pandangan orang-orang musyrik, untuk mengajari mereka
Alqur`an dan syariat Islam. Di rumah inilah, para tokoh besar dan generasi awal
dari kalangan sahabat masuk Islam.Rumah al-Arqam termasuk salah satu rumah yang
memiliki peran penting dalam sejarah Islam; Lembaga pendidikan pertama tempat
Nabi membina para pelopor yang akan menyertai beliau mengemban tanggung jawab
besar, menyampaikan risalah Allah
Ta'ala. Rumah tersebut berada di bukit
shafa. Di sana Rasulullah terus menyampaikan dakwan Islam hingga para pelopor
radhiallahu ‘anhum itu genp berjumlah empat puluh orang. Mereka inilah yang
kemudian tampil secara terang-terangan berdakwah kepada Allah. Al-Arqam
mewakafkan rumah tersebut. Lihat, Mamduh Farhan al-Buhairi, Al-Arqam Bin
Abil Arqam (Pemilik Rumah Dakwah),
dalam website, http://www.facebook.com/
permalink.php?story_fbid, diakses, 31 mei 2013 pukul 20.00
WIB.
[20] Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju
Milenium Baru, (Jakarta: Logos, 1999), hlm. Vii.
[21] Hasan
Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Al-Husna Zikra, 2000),
hlm. 122.
[22] Ali
Rif’an, Konsep Pendidikan Islam dimasa Rasulullah, Periode Makkah dan
Madinah, dalam website,http://makinmaju.wordpress.com/2012/05/11/konsep-pendidikan-islam-di-masa-rasulullah/,Diakses,
1 Juni 2013 Pukul, 13.00 WIB.
[23]
Ahmad Syalaby, Sejarah Pendidikan Islam, (Taricut Tarbiyah Al-Islamiyah)
Terj, H. Muctar Yahya dan Sanusi Latief, (Jakarta: Bulan Bintang, (tt), hlm.
36.
[24]Ahmad Abrar Rangkuti, Pendidikan Islam
Formal, Informal, dan Nonformal, dalam website, http://abrarrkt.blogspot.com/2013/01/pendidikan-islam-formal-informal-dan_4780.html,
diakses, 1 Juni 2013, pukul 13.34 WIB.
[25] Hasan Langgulung, Pendidikan.,
hlm. 18.
[26] Ali
Rif’an, Konsep.,
[27] Ali
Rif’an, Konsep., Ibid,
[28] Ali
Rif’an, Konsep., Ibid,
[29]Moh. Sunarji, Pendidikan Islam Pada Masa Rosulullah SAW, dalam website, http://www.bisosial.
com/2012/06/makalah-pendidikan-islam-pada-masa.html 31
Mei 2013 pukul 13.36 WIB.
[30]
Dinasti Umayah yang selama pemerintahannya telah terjadi pergantian sebanyak 14
orang khalifah, mereka adalah Mua’wiyah (661-680), Yazid (680-683), Mua’wiyah
II (683), Marwan (683-685), Abdul Malik (685-705), al-Walid I (705-715),
Al-Walid II (743-744), Sulaiman (715-717), Umar II (717-720), Yazid II
(720-724), Hisyam (724-743), Yazid III (744), Ibrahim (744) tidak dibaiat oleh
rakyat, dan Marwan II (744-750 M). Lihat, M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran
dan Peradaban Islam, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2012), hlm. 113.
[31]
Aquis Aktortama, Pendidikan Islam Pada Masa Bani Umayah, dalam website, http://akitephos.
wordpress.com/sejarah-pendidikan-islam/,
diakses, 1 Juli 2013, pukul 22.19 WIB.
[32] Bani Abbasiyah (Arab: العباسيون, al-‘abbāsīyyūn)
adalah kekhalifahan kedua Islamyang berkuasa di Baghdad (sekarang
ibu kota Irak). Kekhalifahan ini berkembang pesat dan menjadikan dunia
Islam sebagai pusat pengetahuan dengan menerjemahkan dan melanjutkan tradisi
keilmuan Yunani dan Persia. Kekhalifahan ini berkuasa setelah merebutnya dari Bani
Umayyah dan menundukkan semua wilayahnya kecuali Andalusia. Bani Abbasiyah dirujuk kepada keturunan dari paman Nabi Muhammad yang
termuda, yaitu Abbas bin Abdul-Muththalib (566-652), oleh karena itu mereka juga termasuk ke dalam Bani
Hasyim. Berkuasa mulai tahun 750 dan memindahkan ibukota
dari Damaskus ke
Baghdad. Berkembang selama dua abad, tetapi pelan-pelan meredup setelah naiknya
bangsa Turki yang
sebelumnya merupakan bahagian dari tentara kekhalifahan yang mereka bentuk, dan
dikenal dengan nama Mamluk. Selama 150 tahun mengambil kekuasaan memintas Iran,
kekhalifahan dipaksa untuk menyerahkan kekuasaan kepada dinasti-dinasti
setempat, yang sering disebut amir atau sultan. Menyerahkan Andalusia kepada keturunan Bani Umayyah yang
melarikan diri,Maghreb dan Ifriqiya kepada Aghlabid dan Fatimiyah. Kejatuhan totalnya pada tahun 1258 disebabkan
serangan bangsa Mongol yang
dipimpin Hulagu
Khan yang menghancurkan Baghdad dan tak menyisakan sedikitpun dari
pengetahuan yang dihimpun di perpustakaan Baghdad. Lihat,
Wikipedia, Kekhalifahan Abbasyiah, dalam website, http://id.wikipedia.org/wiki/Kekhalifahan_Abbasiyah,
diakses, 1 Juni 2013, pukul 23.57 WIB.
[33]
Anna Oktafianti, Pendidikan pada Masa Daulah Bani Umayah dan Abbasyiah,
dalam website, http://kelompokidi123.blogspot.com/2012/12/normal-0-false-false-false-en-us-x-none_23.html,
diakses, 2 Juni 2013, Pukul 00.34 WIB.
[34]
Lihat juga Maksum mengutip Umar Rida Kahhalah dalam dalam Jaula fi Rubu’ al-Tarbiyah wa al-Ta’lim,
mengemukakan bahwa Madrasah pertama yang didirikan pada abad kelima Hijriyah (ke-11
Masehi) itu ialah Nizamiyah yang didirikan pada tahun 457 H oleh Nizam Al-Mulk.
Maksum, Madrasah Sejarah dan Perkembangannya, (Jakarta,Logos
Wacana Ilmu,1999), hlm. 60.
[35] Boedi
Farhad Alfarisi, Sejarah Pendidikan Islam Pada Masa Bani Abasiyah, dalam website, http://sejarah.kompasiana.com/2013/02/14/sejarah-pendidikan-islam-pada-masa-bani-abasiyah-534282.html,
diakses, 2 Juni 2013, Pukul 00.42 WIB.
[36]
Anna Oktafianti, Pendidikan.,
[37]
Teguh Sutrisno, Perkembangan Islam pada Abad Pertengahan (1250-1800),
dalam website, http://teguhsutpujakesuma.wordpress.com/2012/10/10/perkembangan-islam-abad-pertengahan-1250-1800/,
diakses 2 Juni 2013 Pukul 10.36 WIB.
[38]
Mustanan, Pendidikan Islam di Tiga Kerajaan (Turki Usmani, Persia, dan
Mughal), dalam website,http://islamadalahrahmah.blogspot.com/2011/02/pendidikan-islam-di-tiga-kerajaan-turki.html,
diakses, 2 Juni 2013, pukul 11.00 WIB.
[39]
Mustanan, Pendidikan., Ibid.
[40]
Sementara itu untuk memenuhi kebutuhan pendidikan bagi orang kaya, pihak
kerajaan juga telah menyediakan madrasah-madrasah khusus. Pendidikan atau
sekolah khusus juga disediakan bagi orang Hindu yang disebut Pat Shaha. Kendati
demikian disamping sekolah khusus bagi kelompok agama tertentu, pihak kerajaan
juga menyediakan sekolah tempat anak-anak muslim dan hindu belajar. Dengan
demikian proses pendidikan berlangsung harmonis. Selain masjid terdapat pula
Khanga (semacam Pesantren) yang dipimpin oleh ulama atau wali yang secara umum
ada di daerah-daerah pedalaman. Khanga pada era ini merupakan pusat studi Islam
yang dinilai baik. Di Khanga diajarkan berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti
matematia, mantik, filsafat, tafsir al-Qur’an, hadis, fiqih, sejarah, dan
geografi. Bahsa Persia pada waktu itu merupakan bahasa pengantar dalam kegiatan
pendidikan dan pengajaran. Lihat, Mustanan, Pendidikan., Ibid.
[41] Ibn
Khaldun adalah ia berasal dari dari keluarga politis, intelektual dan
aristocrat, ia dilahirkan pada tanggal 27 Mei 1332 di Tunisia. Oleh ayahnya ia
diberi nama Abdur Rahman Abu Zay ibn Muhammad ibn Khaldun. Lihat, Abuddin Nata,
Filsafat Pendidikan Islam 1, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm.
171.
[43]Internet merupakan jaringan
komputer yang dibentuk oleh Departemen Pertahanan Amerika
Serikat pada tahun 1969, melalui proyekARPA yang
disebut ARPANET (Advanced
Research Project Agency Network), di mana mereka mendemonstrasikan
bagaimana dengan hardware dan software komputer
yang berbasis UNIX, kita bisa melakukan komunikasi dalam jarak yang tidak
terhingga melalui saluran telepon. Proyek ARPANET merancang bentuk jaringan,
kehandalan, seberapa besar informasi dapat dipindahkan, dan akhirnya semua
standar yang mereka tentukan menjadi cikal bakal pembangunan protokol baru yang
sekarang dikenal sebagai TCP/IP (Transmission Control
Protocol/Internet
Protocol).
Lihat, http://id.wikipedia.org/wiki/
Sejarah_Internet, diakses, 3 Juni 2013, Pukul 22.02 WIB.
[44]Mustaji, Pemanfaatan Multi
Media Untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan,
dalam website: http://pasca.tp.ac.id/site/pemanfaatan-multi-media-untuk-meningkatkan-kualitas-pendidikan,
diakses, 2 April 2013 pukul 14.01 WIB.
[45]Yusufhadi
Miarso, Menyemai Benih Tekhnologi Pendidikan, (Jakarta: Prenada
Media,2004), hlm.16
[46]Arief
S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan (Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatannya), (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993), hlm. 10.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar