Sabtu, 14 September 2013

PERKEMBANGAN DAN PEMANFAATAN TEKHNOLOGI PAI DARI ERA KENABIAN HINGGA ERA MODERN Suatu Tinjauan Historis, Masa Kini dan Perspektif Masa Depan

PERKEMBANGAN DAN PEMANFAATAN TEKHNOLOGI PAI
DARI ERA KENABIAN HINGGA ERA MODERN
Suatu Tinjauan Historis, Masa Kini dan Perspektif Masa Depan
Oleh: Achmad Darwiz 
Pendahuluan
Sebagaimana dipahami bahwa tujuan pendidikan Islam ialah upaya yang dilakukan untuk memanusiakan manusia melalui kegiatan pengajaran yang berlandaskan nilai-nilai agama Islam. yakni manusia yang utuh dengan segala fungsinya, baik fisik maupun psikis. Dengan demikian kualitas (mutu) yang perlu dihasilkan dalam suatu lembaga pendidikan sangat penting dan menjadi prioritas utama. Upaya yang dilakukan dengan memaksimalkan media dan pola pembelajaran ditiap lembaga pendidikan.
Pendidikan Agama Islam (PAI) dapat diartikan sebagai usaha sadar, systematis, berkelanjutan untuk mengembangkan potensi ras, agama, menanamkan sifat, dan memberikan kecakapan sesuai dengan tujuan pendidikan Islam. Fungsi pendidikan ditinjau dari sudut pandang sosiologis dan antropologis adalah untuk mengembangkan kreatifitas peserta didik. Karena itu tujuan akhir pendidikan Islam adalah untuk mengembangkan potensi kreatif peserta didik untuk menjadi manusia yang baik menurut pandangan manusia dan menurut pandangan agama Islam.[1] Menurut Jalaluddin, hakikatnya pendidikan merupakan proses dan kreatifitas pembentukan system nilai yang menitikberatkan pada pembentukan akhlak al-karimah pada diri individu. Dengan demikian, pengembangan potensi individu dalam segala aspeknya harus mengacu pada nilai-nilai akhlak mulia ini. Selanjutnya, system nilai ini melalui aktivitas pendidikan diwariskan kepada generasi muda agar terpelihara secara lestari. Kedua sudut pandang pendidikan dimaksud menyatu dalam kepentingan yang sama, yakni pembentukan dan pewarisan nilai-nilai budaya yang bersumber dari ajaran Islam, yang misi utamanya adalah pencapaian terbentuknya akhlak yang mulia.[2]
Sebagai salah satu yang melandasi pemikiran pentingnya transformasi pendidikan dalam konteks nilai-nilai moralitas keagamaan, maka menurut Hasan Langgulung, pendidikan Islam dapat dilihat dari tiga sudut pandang yakni [3], yang pertama, pengembangan potensi, potensi manusia sebagai karunia Tuhan itu harus dikembangkan. Kedua, pendidikan adalah pewarisan budaya, memindahkan (transmission) nilai-nilai budaya dari satu generasi kepada generasi berikutnya. ketiga, interaksi antar potensi dan budaya. 
Melalui cita-cita pendidikan Islam tersebut tentunya harus didukung oleh beberpa factor salah satunya adalah dengan melalui media atau tekhnologi yang digunakan dalam pengajaran atau pada pendidikan Islam. Tekhnologi atau media pengajaran dinilai sangat mendukung pelaksanaan dan proses pengajaran pada lembaga-lembaga pendidikan Islam baik sejak era penyebaran agama Islam hingga masa kini. Tekhnologi dalam pembelajaran PAI dapat diartikan sebagai alat, metode atau tatacara yang dipergunakan dalam proses pembelajaran PAI yang secara sistematis oleh guru atau pendidik agama Islam yang diharapkan kepada peserta didik agar dapat dengan mudah menerima dan mempelajari materi-materi pendidikan agama Islam dalam aktivitas pembelajaran yang dilakukan.
Jika ditinjau dari aspek sejarahnya tekhnologi (media) pendidikan dinilai telah ada sejak era Nabi SAW dalam melakukan pendidikan Islam dalam hal mendakwakan agam Islam di Mekkah dan Madinah. Dalam data sejarah pendidikan Islam yang, baik awal permulaan penyebaran agama Islam yang dilakukan Nabi Muhammad SAW di Mekah hingga periode Madinah telah tampak media pengajaran yang telah digunakan oleh Nabi ketika itu. Pendidikan Islam pada era kenabian merupakan prototype yang secara kontinyu dikembangkan oleh umat Islam terutama pada kepentingan pada zamannya masing-masing. Nabi menyebarkan agama Islam dengan pola pendidikan Islam sesuai perintah Allah SWT dalam Al-Qur’an pada Surat Al-Mudatsir ayat 1-7 yang diperintahkan untuk menyeru, mengajak dan dengan demikian itu memiliki arti yaitu mendidik ummatnya ke jalan Allah. Pendidikan formal tentunya belum didapatkan ketika itu, namun baru muncul belakangan istilah lembaga pendidikan formal madrasah yang terselenggara dan sistematis. Seiring dengan perjalanan waktu dan perkembangan agama Islam diberbagai wilayah pendidikan Islam juga mengalami dinamika yang pesat baik dalam bentuk kelembagaan, metodologi pengajaran Islam hingga pada media atau tekhnologi pendidikan yang digunakan.
Media pendidikan seiring dengan kemajuan zaman dari era pendidikan Islam yang dicetuskan Nabi menjadi modal pengembangan dan pemanfaatan yang kian memudahkan proses pendidikan yang berlangsung, media yang digunakan sejak zaman klasik itu hingga era sekarang mengalami perubahan seiring dengan kebutuhan pendidikan pada era yang berbeda itu. Ini menggambarkan kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi sebagai basis arah pendidikan telah menawarkan berbagai pilihan yang siap digunakan sebagai media pendidikan kearah yang lebih praktis.
Pada abad modern−kontemporer ini merupakan era yang multi praktis, media pembelajaran dalam pendidikan pun kian bervariasi, hal ini dianggap sebagai suatu kemajuan yang luar biasa dalam pengembangan dan pemanfaatan tekhnologi pendidikan dari masa klasik, pertengahan, modern hingga masa kini. Dari ketiga masa tersebut pengembangan media pendidikan penting menjadi tolak ukur sekaligus memunculkan inspirasi dan pengembangan serta pemanfaatan media pendidikan yang lebih berdaya guna pada masa-masa yang akan datang.
Berangkat dari uraian diatas, pada tulisan ini akan mengeksplorasi pengembangan dan pemanfaatan tekhnologi−media pendidikan yang digunakan sejak era kenabian[4] hingga era modern dengan menguraikan pandangan yang  bersifat umum berdasarkan data data sejarah. Oleh karena itu perlu dikemukakan batas dan rumusan permasalahan, yaitu; (1) Bagaimana definisi tekhnologi PAI?, (2) Bagaimana Pemanfaatan Tekhnologi PAI pada Masa Nabi Muhammad SAW?, (3) Bagaimana perkembangan dan pemanfaatan tekhnologi PAI pasca Nabi sampai abad pertengahan)?, (4) Bagaimana perkembangan dan pemanfaatan tekhnologi PAI dari abad pertengahan?, (5) Seperti apa pemanfaatan tekhnologi pendidikan (Tekhnologi informasi dan komunikasi) pada masa kini?, (6) Bagaimana perspektif analisis untuk perkembangan dan pemanfaatan tekhnologi PAI pada masa yang akan datang?. Tentunya hal ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pemahaman bagi semua pihak terkait sejarah media−tekhnologi pendidikan Islam baik pemanfaatan dan perkembangannya dari masa-kemasa bagi khazanah pendidikan agama Islam.


Pembahasan
1.     Memahami Tekhnologi Pendidikan Agama Islam
Pada abad ke 21 ini sebagai era globalisasi ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi pada bidang transportasi dan komunikasi. Kemajuan keilmuan dan tekhnologi yang begitu pesat menopang terciptanya kenyamanan dan kemudahan hidup manusia. Demikian pula pada pelaksanaan kegiatan-kegiatan pendidikan beberapa tahun terakhir ini ditopang oleh kecanggihan alat-alat tekhnologi ciptaan manusia. Tekhnologi merupakan hasil olahan dari ilmu pengetahuan yang diterapkan sebagai hasil yang nyata meliputi kemampuan tekhnik baik dari gabungan piranti software (perangkat lunak) dan hardware (perangkat keras), atau dengan kata lain hasil kreatifitas dan keahlian manusia dalam kehidupannya untuk menunjang keinginan dan kebutuhan manusia.
Prof. Dr. H. Ki Supriyoko mengutip Cyril Stanley Smith memberikan pengertian, teknologi adalah penerapan pengetahuan/ilmu yang menghasilkan barang/jasa tertentu.[5] Tekhnologi adalah kemampuan tekhnik yang berlandaskan pengetahuan ilmu eksakta yang berdasarkan proses tekhnis, ilmu tekhnik.[6] Menurut Paul W.Devore yang dikutip oleh Fuad Ihsan, tekhnologi adalah ilmu terapan yang dikembangkan lebih lanjut, dan meliputi perangkat keras dan perangkat lunak yang merupakan manifestasi atas kekuasaan alam, manusia dan kebudayaannya.[7] Sindung Tjahyadi merangkum berbagai definisi atas teknologi bahwa, pertama teknologi adalah penerapan ilmu, kedua, teknologi adalah ilmu yang dirumuskan dalam kaitan dengan aspek eksternal, yaitu industri, dan aspek internal yang dikaitkan dengan objek material ilmu maupun aspek ‘murni-terapan’, dan ketiga,teknologi merupakan keahlian yang terkait dengan realitas kehidupan sehari-hari.[8]
Dari beberapa definisi tersebut di atas dapat simpulkan bahwa tekhnologi adalah hasil olahan dari ilmu pengetahuan yang diterapkan sebagai hasil yang nyata meliputi kemampuan tekhnik baik dari gabungan piranti software (perangkat lunak) dan hardware (perangkat keras), atau dengan kata lain hasil kreatifitas dan keahlian manusia dalam kehidupannya untuk menunjang keinginan dan kebutuhan manusia tersebut. Jika dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran yang menggunakan media sebagai pendukung pelaksanaan pembelajaran dikelas maka maka dapat dikatakan sebagai tekhnologi pembelajaran. Sedangkan media yang dipergunakan untuk menunjang pelaksanaan kegiatan pendidikan dapat disebut sebagai tekhnologi pendidikan.
Menurut Dr. Ing. Fahmi Amhar[9], Teknologi pendidikan adalah teknologi yang didesain untuk mendukung aktivitas pendidikan secara komprehensif. Aktivitas pendidikan adalah aktivitas untuk membentuk manusia seutuhnya, yakni yang memiliki kedalaman iman, kecerdasan akal, kepekaan nurani, keluasan wawasan, kebijakan sikap, kreativitas karya, kehalusan estetika, keberanian berjuang dan seluruh nilai-nilai positif lainnya. Dengan memahami pokok masalah di atas, maka jelas bahwa posisi Islam di sini adalah untuk memberi arah dan nilai dari pendidikan, dan demikian pula teknologi pendidikan. Karena itu teknologi pendidikan Islam bukanlah sekedar teknologi untuk membantu siswa belajar shalat atau belajar membaca Qur’an, namun teknologi yang seluas pendidikan itu sendiri.
Teknologi pendidikan Islam seharusnya juga dibuat dengan memperhatikan prinsip-prinsip Islam, seperti kesederhanaan dan kemudahan. Jadi akan kontradiktif ketika teknologi pendidikan islam ini justru jadi tidak terjangkau oleh mayoritas umat karena dia terlalu canggih dan mahal. Karena itu pertimbangan dasar teknologi pendidikan yang tepat harus juga melihat calon penggunanya. Di pedesaan yang sederhana, teknologi berbasis bahan lokal tentu lebih disukai. Namun di perkotaan di mana tersedia listrik, komputer dan akses internet, teknologi interaktif berbasis komputer atau web mungkin menjadi alternatif yang lebih baik dan termurah.[10]
Penyelenggaraan pendidikan umum maupun pada pendidikan agama Islam khususnya. Salah satu langkah untuk memudahkan tercapai tujuan pendidikan di sekolah atau satuan-satuan pendidikan, maka penting didukung komponen dan proses. Proses dalam hal ini adalah pembelajaran, baik dalam bentuk pembelajaran materi yang bersifat praktis maupun dalam materi pendidikan agama Islam. Dalam pembelajaran PAI dituntut pula memiliki muatan-muatan yang dapat menunjang proses pembelajaran di kelas baik dari segi metode, kurikulum hingga media pembelajaran. Salah satu adalah dengan penggunaan tekhnologi pendidikan, media pembelajaran dalam konteks ini dapat dimanfaatkan tekhnologi informasi yang menunjang proses pembelajaran PAI baik guru maupun siswa.
Tekhnologi pendidikan atau dalam kaitan ini tekhnologi pembelajaran adalah pada hakikatnya media yang digunakan dalam pembelajaran, dengan adanya serta pemanfaatan media tersebut memberikan kemudahan dan keefektifan pelaksanaan pembelajaran khususnya dalam pembelajaran PAI. Tekhnologi pembelajaran PAI dapat dipahami sebagai media yang digunakan dalam aktivitas pembelajaran PAI yang menunjang pembelajaran sehingga tujuan pendidikan yang dilakukan dapat optimal.  Fahmi Amhar[11], mendefinisikan bahwa terknologi pembelajaran PAI adalah suatu cara atau metode yang sistematis yang diharapkan nantinya peserta didik dapat menerima materi pendidikan agama islam dengan lebih baik, dengan rasa senang dan tanpa ada paksaan.
Dengan adanya tekhnologi pendidikan maka proses pendidikan untuk mencapai suatu kualitas pendidikan didukung oleh adanya tekhnologi pendidikan. Dalam kaitan inilah yang urgen dalam pengembangannya sehingga dalam proses pembelajaran masa masa kini khususnya tekhnologi informasi banyak membantu pembelajaran bagi pendidik dan peserta didik.
Menurut S. Nasution, tekhnologi pendidikan dapat ditafsirkan sebagai media yang lahir dari perkembangan alat komunikasi yang digunakan untuk tujuan pendidikan. Alat-alat itu lazim disebut “hard ware”. Ada pula yang memandang tekhnologi pendidikan sebagai suatu pendekatan yang ilmiah kritis, dan sistematis tentang pendidikan. Pendirian itu mengutamakan “soft ware”-nya. Tanpa alat-alat, pendidikan tidak dapat dijalankan.[12] Konsep tekhnologi pendidikan telah membuka lebar dari perkembangan teoritis, penelitian dan implementasinya dilapangan pendidikan. Makna tekhnologi pengajaran dalam pengertian mutakhir meliputi pengelolaan gagasan, prosedur, biaya, mesin dan manusia di dalam proses pengajaran yang melibatkan peralatan fisik yang menyalurkan informasi.[13]
Dalam zaman kemajuan ilmu pengetahuan ini para ahli berusaha untuk meningkatkan mengajar menjadi suatu ilmu atau science. Dengan metode mengajar yang ilmiah diharapkan, proses belajar mengajar itu lebih terjamin keberhasilannya. Inilah yang sedang diusahakan oleh tekhnologi pendidikan. Secara ideal diharapkan, bahwa pada suatu saat, mengajar atau mendidik itu menjadi suatu tekhnologi yang dapat dikenal dan dikuasai langkah-langkahnya. Disamping itu perkembangan tekhnologi pendidikan didukung oleh perkembangan yang pesat dalam media komunikasi seperti radio, TV, video tape, computer dan lain-lain yang dapat dimanfaatkan bagi tujuan instruksional.[14] Tekhnologi pembelajaran secara konseptual mampu memberikan kontribusi dalam Pengembangan organisasi belajar dalam bentuk: Pertama, Pengetahuan tentang pemecahan masalah baik belajar pada perorangan. Maupun pada keseluruhan organisasi. Kedua, Penyediaan tenaga profesi (praktis maupun akademis) yang mampu mengintervensi organisasi agar dapat dan mau belajar. Ketiga, Aneka sumber belajar yang sengaja dikembangkan sesuai dengan kebutuhan organisasi. Keempat, System informasi yang diperlukan agar organisasi yang diperoleh akses atas informasi yang terbaru secara tepat.[15]

2.     Pendidikan Agama Islam pada Masa Nabi Muhammad SAW (Potret Pemanfaatan Media−Tekhnologi Pendidikan Agama Islam Era Kenabian)
Dalam historisitas pada masa Nabi SAW terutama dalam hal pendidikan Islam dan media−tekhnologi yang digunakan yang dapat dikaitkan dengan era masa kini maka hal ini tentunya tidak dapat dipisahkan dari sejarah Islam yang memiliki rangkaian era yang sangat panjang yang penuh dengan dinamika potret perjuangan dan pendidikan Islam.
Harun Nasution membagi sejarah Islam kedalam tiga periode, yaitu periode klasik, pertengahan dan modern.[16] Perinciannya dapat dibagi menjadi lima masa yaitu; Masa hidupnya Nabi Muhammad SAW (571-632 M), masa khalifah yang keempat (632-661 M), masa kekuasaan Umayyah (661-750 M), masa kekuasaan Abbasyiah (750-1250 M), masa jatuhnya dinasti Abbasyiah tahun 1250 M sampai sekarang. Perkembangan pendidikan Islam juga dikenal dalam beberapa periode yaitu, masa pembinaan pendidikan Islam oleh Rasulullah, masa pertumbuhan pendidikan Islam, masa puncak perkembangan (masa kejayaan) pendidikan Islam, masa kemunduran pendidikan Islam dan masa pembaharuan pendidikan Islam.
Nabi Muhammad SAW[17] membawa ajaran Islam kepada seluruh ummat manusia untuk menyembah Allah SAW yang tunggal,  ia menyebarkan agama Islam melalui dua tahap yaitu tahap pertama berawal di kota Mekkah salah satu kota di Jazirah Arab dan tahap kedua adalah periode Madinah. Pada periode Makkah Rasulullah awalnya menyebarkan agama Islam secara sembunyi, dari kalangan keluarga, sahabat, tetangga hingga masyarakat umum. Pada periode Madinah penyebaran Islam telah mengalami dinamika yang pesat hingga berdirinya negara Islam Madinah. Penyebaran Islam tersebut melalui pendidikan Islam. pendidikan Islam dilakukan ketika Rasululllah menerima wahyu pertama di Gua Hira melalui malaikat Jibril.
Pendidikan Islam memiliki sejarah panjang, ini mengindikasikan bahwa pendidikan Islam lahir seiring kemunculan agama Islam di tanah Arab. Islam lahir melalui usaha pendidikan yang dapat dikatakan belum memiliki system pendidikan sebab masyarakat Islam pada waktu belum memiliki system pendidikan yang formal. Lembaga-lembaga yang dianggap sebagai lembaga pendidikan yang digunakan masih sebatas rumah-rumah, tanah lapang, atau tempat berkumpul sementara, dan model pendidikannya pun belum begitu jelas dan terstruktur seperti pada masa sekarang, media yang digunakan dalam istilah pembelajaran belum menampakkan yang dapat dianggap sebagai media atau dengan kata lain pendidikan pada masa itu hanya sebatas dan dianggap sebagai proses interaksi komunikasi serta sosialisasi antara individu atau pemerintah dengan masyarakatnya.
Menjelang datangnya Islam, bangsa Arab pada dasarnya telah mengembangkan satu kegiatan sastra, terutama dalam bentuk puisi. Meskipun sistem ekspresi dan transmisi yang dominan adalah lisan, tulisan telah mulai dikenal secara terbatas. Paling tidak untuk kalangan tertentu (Yahudi dan Kristen), pendidikan yang terstruktur, meskipun sangat sederhana, sudah mulai berkembang.[18] Pada masa awal perkembangan Islam, tentu saja pendidikan formal yang sistematis belum terselenggara. Pendidikan yang berlangsung dapat dikatakan umumnya bersifat informal; dan inipun lebih berkaitan dengan upaya-upaya dakwah Islamiyah – penyebaran, dan penamaan dasar-dasar kepercayaan dan ibadah Islam.  Dalam kaitan itulah bisa dipahami kenapa proses pendidikan Islam pertama kali berlangsung di rumah sahabat tertentu; yang paling terkenal adalah Dār al-Arqam[19]. Tetapi ketika masyarakat Islam sudah terbentuk, maka pendidikan diselenggarakan di masjid. Proses pendidikan pada kedua tempat ini dilakukan dalam halaqah, lingkaran belajar.[20] Dalam pandangan Hasan Langgulung, Islam mengenal lembaga pendidikan semenjak detik-detik awal turunnya wahyu kepada Nabi SAW. Rumah al-Arqam bin Abi Al-Arqam merupakan lembaga pendidikan pertama, guru agung yang pertama yaitu Nabi SAW, mengumpulkan sekumpulan kecil pengikut-pengikunya yang percaya kepadanya secara diam-diam. Di rumah inilah beliau mengajar kumpulan kecil ini ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan melalui malaikat Jibril, dan membentuk ideologinya sesuai dengan ajaran-ajaran Islam yang mulia.[21]
Rumah al-Arqam merupakan salah satu tempat pendidikan islam dan pertemuan para sahabat-sahabat Nabi dan pengikunya. Ditempat ini kaum muslimin mendapatkan pengajaran Agama Islam, selain sebagai tempat belajar Islam juga ditempati untuk membersihkan aqidah serta tempat menemukan pencerahan dari Nabi itu sendiri. Sehingga tempat ini sangat memberikan konstribusi dalam pendidikan agama Islam bagi umat Islam.
Pendidikan pada masa Rasulullah ketika di Makkah, bertempat di rumah Rasul sendiri, rumah al-Arqam bim Abi Arqam, kuttab (rumah guru, halaman/pekarangan mesjid), Inti materi yang diajarkan; keimanan, ibadah dan akhlak, jug abaca tulis dan berhitung untuk tingkat dasar, al-Qur’an, dasar-dasar agama untuk tingkat lanjut. Guru disebut mu’allim, atau muaddib. Serta tidak dibayar, dan bagi tingkat dasar gurunya non muslim. Sedangkan ketika di Madinah tempat belajar ditambah mesjid, materi yang diajarkan ditambah pendidikan kesehatan dan kemasyarakatan. Sistem halaqah. Metodenya; Tanya jawab, demonstrasi dan uswah hasanah, murid disebut dengan ashhabush shuffah.[22]
Menurut Ahmad Syalaby, rencana pelajaran pada sekolah rendah (Kuttab) dipusatkan pada Al-Qur’an. Al-Qur’an ini dipakai sebagai buku bacaan untuk belajar membaca. Kemudian dipilihlah dari Al-Qur’an itu ayat-ayat yang akan dituliskan untuk pelajaran. Disamping membaca dan menulis itu murid-murid juga mempalajari tata bahasa Arab, ceritera Nabi-nabi terutama pula hadis-hadis Rasul Muhammad.[23]
Dalam buku Ensiklopesi Islam yang dikutip oleh Ahmad Abrar Rangkuti mengemukakan bahwa, Kuttab merupakan sejenis tempat belajar yang mula-mula lahir di dunia Islam. Pada awalnya, kuttab berfungsi sebagai tempat memberikan pelajaran menulis dan membaca bagi anak-anak. Kuttab sebenarnya telah ada di negeri Arab sebelum datangnya  agama Islam, tetapi belum begitu dikenal. Di antara penduduk Mekah yang mula-mula belajar menulis huruf Arab di kuttab ini adalah Sufyan bin Umayyah bin Abdul Syams dan Abu Qais bin Abdul Manaf bin Zuhrah bin Kilab. Keduanya belajar dari Bisyr bin Abdul Malik yang mempelajarinya dari Hirah. Kuttab dalam bentuk awalnya berupa ruangan di rumah seorang guru.Sejalan dengan meluasnya wilayah kekuasaan kaum muslimin, bertambah pulalah jumlah penduduk yang memeluk Islam. Ketika itu kuttab-kuttab yang hanya mengambil tempat di ruangan rumah guru mulai dirasakan tidak memadai untuk menampung anak-anak yang jumlahnya semakin besar. Kondisi yang demikian mendorong para guru dan orang tua murid mencari tempat lain yang lebih lapang untuk ketentraman belajar anak-anak. Tempat yang mereka pilih adalah sudut-sudut masjid.[24]
Tempat (media) pendidikan Islam yang lain adalah masjid, pembangunan masjid pertama lakukan Nabi pasca hijrahnya ke kota Madinah, masjid merupakan tempat peribadatan ummat Islam disamping tempat berkumpul untuk bermusyawarah bagi Nabi dan para sahabat. Masjid merupakan symbol persatuan umat Islam dalam melaksanakan kegiatan agama Islam, tempat memecahkan persoalan ummat yang dihadapi dan media dakwah Islam.
Masjid digunakan sebagai media pengajaran pengajaran agama Islam. system pendidikan di masjid merupakan system pendidikan nonformal, media pendidikan Islam ini bahkan masih dijadikan media pendidikan Islam yang bertahan hingga sekarang bagi kalangan umat Islam. Menuruh Hasan Langgulung, walau bagaimanapun struktur pengajian yang lebih sistemik dan formal dapat diadakan apabila sebuah surau didirikan bersambungan dengan masjid tersebut lalu diberi nama al-Suffah. Oleh karena struktur pengajian di sini lebih sistemik dan formal.[25] Pembangunan masjid sebagai pusat pendidikan dan peribadatan pun berkembang pasca wafatnya Rasulullah, hal ini dilanjutkan oleh khalifah Abu Bakar As-Shiddiq.
Pada masa pemerintahan khalifat selanjutnya negara (wilayah) yang ada disekitar Arab pun ditaklukkan dalam upaya penyebaran dan dawkwah Islam. Ahmad Abrar Rangkuti menugutip Muhammad Athiyah al-Abrasyi, bahwa khalifah Umar bin Khattab telah memerintahkan para gubernurnya untuk mendirikan masjid-masjid di semua negeri dan kota-kota yang telah dikuasai oleh pemerintah Islam. Pada abad ketiga hijrah, kota Bagdad sudah penuh dengan masjid, demikian pula kota Mesir. Atas perintah khalifah, masjid yang pertama kali dibangun adalah masjid Amru bin Ash. Di masjid ini diberikan pelajaran-pelajaran agama dan akhlak dan secara berangsur-angsur pula pelajaran-pelajaran di masjid ini semakin meningkat.[26]
Selain media pendidikan islam (Majid), media Majlis Taklim pun digunakan dalam rangka pendidikan agama Islam. Ahmad Abrar Rangkuti menugutip Hasbullah, menjelaskan, majelis taklim merupakan lembaga pendidikan tertua dalam Islam, sebab sudah dilaksanakan sejak zaman Rasulullah saw. Meskipun tidak disebut dengan majelis taklim, pengajian Nabi Muhammad saw. yang berlangsung secara sembunyi-sembunyi di rumah Arqam bin Abil Arqam  di zaman Rasul saw. atau periode Mekah dapat dianggap sebagai majelis taklim dalam konteks sekarang. Pada periode Madinah, ketika Islam telah menjadi kekuatan nyata dalam masyarakat, penyelenggaraan pengajian itu lebih pesat. Rasulullah saw. duduk di masjid Nabawi untuk memberikan pengajian kepada para sahabat dan kaum muslimin ketika itu. Hingga saat ini di Masjidilharam terdapat pengajian (majelis taklim) yang diasuh ulama-ulama terkenal dan terkemuka serta dikunjungi para jamaah.[27]
Pada masa berlangsungnya gerakan tajdid, pembelajaran pada bidang pendidikan umum tidak begitu dianggap. Sesuatu yang ada pada masa itu adalah pengkajian pada bidang spiritual, sehingga kajian spiritual mengalami agredasi. Idealnya adalah pembelajaran dilakukan dengan tidak memisahkan antara ilmu-ilmu umum (ulum al-gharbiyah) dengan ilmu-ilmu agama (ulum ad-diniyah). Dari kedua model keilmuan ini seharusnya dapat diintegrasikan. Praktik pengintegrasian keilmuan ini telah dijalankan oleh masjid dan madrasah pada masa awal berdirinya.[28]
Pelaksanaan pendidikan Islam ini tentunya telah menggunakan pula metode pembelajaran yang dipraktekkan Nabi, rasulullah SAW menggunakan bermacam-macam metode. Hal itu dilakukan untuk menghindari kebosanan dan kejenuhan siswa. Di antara metode yang diterapkan rasulullah  SAW adalah[29]; Metode ceramah, metode dialog, misalnya dialog anatara rasulullah SAW dengan Mu’adz ibnu Jabal ketika Mu’adz akan diutus sebagai kadi di negeri Yaman, metode diskusi atau tanya jawab, sering sahabat bertanya kepada rasulullah tentang suatu hukum, dan Rosulullah menjawabnya. metode diskusi, misaalnya antara Rosulullah dan para sahabatnya tentang hukuman yang akan diberikan kepada tawanan perang Badar, metode demonstrasi, misalnya hadis rasulullah “Sembahyanglah kamu sebagaimana kamu melihat aku sembahyang “, metode eksprimen, metode sosiodrama, dan bermain peranan.

3.     Sekilas Perkembangan dan Pemanfaatan Tekhnologi PAI pasca Nabi sampai Abad Pertengahan.
Perkembangan dan pemanfaatan media pendidikan Islam pasca Nabi yaitu ketika pemerintahan para khalifah al-rasyidun (Pemerintahan khalifah keempat yaitu antara tahun 632-661 M), mayoritasnya masih sama dengan pola dan media pendidikan yang digunakan oleh Nabi. Penyebaran agama Islam yang menjadi prioritas para khalifah disamping pendidikan Islam, pada umumnnya media yang digunakan untuk pendidikan Islam adalah masjid, kuttab dan dan rumah-rumah para tokoh-tokoh Islam. Yang bertindak sebagai pendidik adalah para sahabat Nabi. Melihat luasnya wilayah ekspansi Islam yang dilakukan oleh para khalifah, maka inisiatifnya dilakukan pembangunan tempat-tempat ibadah (masjid) sarana pendidikan untuk mengajarkan al-Qur’an−Islam.
Pada tahap selanjutnya lembaga pendidikan Islam mengalami perkembangan pada masa dinasti Umayyah[30], perkembangan lembaga pendidikan Islam seperti kuttab, halaqah, dan majlis baik dari segi jumlah dan model pembelajarannya sangat signifikan. Pemerintahan dinasti Umayah menaruh perhatian dalam bidang pendidikan. Memberikan dorongan yang kuat terhadap dunia pendidikan dengan penyediaan sarana dan prasarana. Hal ini dilakukan agar para ilmua, para seniman dan para ulam mau melakukan pengembangan bidang ilmu yang dikuasainya serta mampu melakukan kaderisasi. Pola pendidikan pada periode Bani Umayah telah berkembang jika dilihat dari aspek pengajarannya, walaupun sistemnya masih sama sperti pada masa Nabi dan Khulafaur Rasyidin. Pada masa ini peradaban Islam sudah bersifat internasional yang meliputi tiga benua, yaitu sebagian Eropa, sebagian Afrika dan sebagia Asia, yang kesemuanya itu dipersatukan dengan bahasa Arab sebagai bahasa resmi negara.
Madrasah-madrasah yang ada pada masa Bani Umayyah adalah sebagai berikut:
Pertama, Madrasah Mekkah: Guru pertama yang mengajar di Makkah, sesudah penduduk Mekkah takluk, ialah Mu’az bin Jabal. Ialah yang mengajarkan Al Qur’an dan mana yang halal dan haram dalam Islam. Pada masa khalifah Abdul Malik bin Marwan Abdullah bin Abbas pergi ke Mekkah, lalu mengajar disana di Masjidil Haram. Ia mengajarkan tafsir, fiqh dan sastra. Abdullah bin Abbaslah pembangunan madrasah Mekkah, yang termasyur seluruh negeri Islam.
Kedua, Madrasah Madinah: Madrasah Madinah lebih termasyur dan lebih dalam ilmunya, karena di sanalah tempat tinggal sahabat-sahabat Nabi. Berarti disana banyak terdapat ulama-ulama terkemuka.
Ketiga, Madrasah Basrah: Ulama sahabat yang termasyur di Basrah ialah Abu Musa Al-asy’ari dan Anas bin Malik. Abu Musa Al-Asy’ari adalah ahli fiqih dan ahli hadist, serta ahli Al Qur’an. Sedangkan Abas bin Malik termasyhur dalam ilmu hadis. Al-Hasan Basry sebagai ahli fiqh, juga ahli pidato dan kisah, ahli fikir dan ahli tasawuf. Ia bukan saja mengajarkan ilmu-ilmu agama kepada pelajar-pelajar, bahkan juga mengajar orang banyak dengan mengadakan kisah-kisah di masjid Basrah.
Keempat, Madrasah Kufah: Madrasah Ibnu Mas’ud di Kufah melahirkan enam orang ulama besar, yaitu: ‘Alqamah, Al-Aswad, Masroq, ‘Ubaidah, Al-Haris bin Qais dan ‘Amr bin Syurahbil. Mereka itulah yang menggantikan Abdullah bin Mas’ud menjadi guru di Kufah. Ulama Kufah, bukan saja belajar kepada Abdullah bin Mas’ud menjadi guru di Kufah. Ulama Kufah, bukan saja belajar kepada Abdullah bin Mas’ud. Bahkan mereka pergi ke Madinah.
Kelima, Madrasah Damsyik (Syam): Setelah negeri Syam (Syria) menjadi sebagian negara Islam dan penduduknya banyak memeluk agama Islam. Maka negeri Syam menjadi perhatian para Khilafah. Madrasah itu melahirkan imam penduduk Syam, yaitu Abdurrahman Al-Auza’iy yang sederajat ilmunya dengan Imam Malik dan Abu-Hanafiah. Mazhabnya tersebar di Syam sampai ke Magrib dan Andalusia. Tetapi kemudian mazhabnya itu lenyap, karena besar pengaruh mazhab Syafi’I dan Maliki.
Keenam, Madrasah Fistat (Mesir): Setelah Mesir menjadi negara Islam ia menjadi pusat ilmu-ilmu agama. Ulama yang mula-mula madrasah madrasah di Mesir ialah Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘As, yaitu di Fisfat (Mesir lama). Ia ahli hadis dengan arti kata yang sebenarnya. Karena ia bukan saja menghafal hadis-hadis yang didengarnya dari Nabi S.A.W., melainkan juga dituliskannya dalam buku catatan, sehingga ia tidak lupa atau khilaf meriwayatkan hadis-hadis itu kepada murid-muridnya. Oleh karena itu banyak sahabat dan tabi’in meriwayatkan hadis-hadis dari padanya.[31]
Pada puncak sejarah perkembangan pendidikan Islam (masa kejayaan) berada pada masa dinasti Abbasyiah[32] yang berpusat di Baghdad Irak. Pada kekhalifahan ini dikenal sebagai puncak kejayaan umat Islam dalam bidang pendidikan Islam, lembaga-lembaga pendidikan Islam ilmiah sangat banyak bermunculan di kota Baghdad, pendidikan agama Islam yang diajarkan oleh para ulama menjadikan kota ini sangat pusat ilmu pengetahuan dunia dan kebudayaan.
Pemerintahan daulah Abbasiyah, pendidikan islam sudah menjadi perhatian yang tinggi bagi pemimpin yakni dengan adanya lembaga pendidikan yang  sudah mulai berkembang dan proses pengalihan ilmu pengatahuan yang juga mulai berkembang. lembaga pendidikan sudah mulai berkembang ketika itu, lembaga pendidikan terdiri dari dua tingkat:
a.      Maktab atau Kuttab dan masjid, yaitu lembaga pendidikan terendah, tempat anak-anak mengenal dasar bacaan, hitungan dan tulisan dan tempat para remaja belajar dasar –dasar ilmu seperti tafsir, hadis, fiqhi dan bahasa.
b.     Tingkat pendalaman. Para pelajar yang ingin memperdalam ilmunya, meramu untuk memuntut ilmu kepada Seseorang atau beberapa orang ahli dalam bidangnya masing-masing. Pada umumnya, ilmu yang dituntut adalah ilmu-ilmu ibadah atau agama. Pengajarannya berlangsung di masjid-masjid atau di rumah-rumah ulama bersangkutan. Bagi anak penguasa, pendidikan berlangsung di istana atau dirumah penguasa terasebut dengan memanggil ulama ahli kesana.[33]
Lembaga pendidikan lain sebagai media pendidikan yang digunakan yaitu, Majlis Muhadharah,yaitu tempat pertemuan para ulama, sarjana,ahli pikir dan pujangga untuk membahas masalah-masalah ilmiah. Darul Hikmah, adalah perpustakaan yang didirikan oleh Harun Ar-Rasyid. Ini merupakan perpustakaan terbesar yang di dalamnya juga disediakan tempat ruangan belajar. Madrasah,[34] Perdana menteri Nidhomul Mulk adalah orang yang mula-mula mendirikan sekolah dalam bentuk yang ada sampai sekarang ini, dengan nama Madrasah. Masjid, Biasanya dipakai untuk pendidikan tinggi dan tahassus. Pada masa Daulah Bani Abbassiyah, peradaban di bidang fisik seperti kehidupan ekonomi: pertanian, perindustrian, perdagangan berhasil dikembangkan oleh Khalifah Mansyur.[35]
Lembaga-lembaga ini kemudian berkembang pada masa pemerintahan bani Abbas, dengan bedirinya perpustakaan dan akademi. Perpustakaan pada masa itu lebih merupakan sebuah universitas, karena disamping terdapat kitab-kitab, disana orang juga dapat membaca menulis dan berdiskusi. Dengan adanya lembaga ini memberikan efek positif yakni tempat itu dijadikan sebagi pusat pembelajaran, dan penerjemahan buku karangan bangsa-bangsa terdahulu seperti buku-buku karya bangsa-bangsa Yunani, Romawi, dan Persia serta berbagi naskah yang ada di kawasan timur tengah dan Afrika, seperti Mesopotamia dan Mesir.[36]
Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa lembaga-lembaga (media) pendidikan Islam yang digunakan dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam pada masa pemerintahan Abbasyiah telah mengalami perkembangan dari masa-masa sebelumnya, baik jumlah dan model media pendidikan telah bervariasi seperti madrsah dan lain-lain. Media pembelajarannya pun mengalami peningkatan baik kurikulum, metode, hingga materi pembelajaran. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan media tekhnologi pendidikan pada masa ini telah berkembang yang hingga mengantarkan Islam pada puncak kejayaannya melalui pendidikan Islam.

4.     Perkembangan dan pemanfaatan tekhnologi PAI pada abad pertengahan.
Pada abad pertengahan (1250-1800) Islam mengalami kemunduran hal berimplikasi pula pada kemunduran pendidikan Islam. Islam pada abad pertengahan mengalami transisi dan pergeseran lambat laun pendidikan Islam pun mulai terbelakang. Pasca runtuhnya dinasti Abbasyiah dan kepemimpinan Islam beralih ke dinasti Fatimiyah kurang menampakkan perkembangan dan kemajuan khususnya pendidikan Islam.
Kerajaan Islam pada awalnya terpecah menjadi tiga kerajaan yaitu;kerajaan Turki Utsmani, Kerajaan Safawi di Persia dan Kerajaan Mughal di India. Kemunduran Islam pada abad pertengahan, pada umumnya yang menjadi penyebab diantaranya adalah sebagai berikut: Tidak menjaga dengan baik Wilayah kekuasaan yang luas, Penduduknya sangat heteregin sehingga mengalami kendala dalam penyatuan. Para penguasanya lemah dalam kepemimpinannya, Krisis ekonomi, Dekadensi moral yang tak terkendali, Apatis dan stagnasi dalam dunia iptek, konflik antar kerajaan Islam.[37] namun disisi lain banyak pula melahirkan ilmuan-ilmuan muslim dalam berbagai bidang, berdirinya universitas-universitas terkenal.
Potret pendidikan Islam di tiga kerajaan:
a.     Pendidikan Islam pada Masa Kerajaan Turki Utsmani
Kerajaan Turki Utsmani dikenal dengan kerajaan yang sangat luas, ini karena hasil ekspansi yang gencar dilakukan. Dalam bidang pendidikan, Sultan Orkhan (1326-1329) adalah Sultan pertama yang mendirikan madrasah di masa Kerajaan Turki Utsmani lalu kemudia dilanjutkan oleh sultan-sulta penerusnya. Sehingga pada masa Kerajaan Turki Usmani ini banyak berdiri madrasah dan masjid terutama di Istambul dan Mesir. Pada masa ini pula banyak perpustakaan yang berisi kitab-kitab yang tidak sedikit jumlahnya. Setiap orang bebas membaca dan mempelajari isi kitab-kitab itu. Hal ini membuktikan betapa besar perhatian para penguasa dalam mengembangkan pengetahuan waktu itu. Hampir semua penguasa dinasti Usmaniyah memiliki intensitas yang cukup tinggi dalam mengembangkan pendidikan dan juga seni arsitektur. System pengajaran yang dikembangkan pada masa Turki Usmani adalah menghafal matan-matan meskipun tidak mengerti maksudnya, seperti menghafal matan al-jurumiyah, matan Taqrib, matan alfiah dan yang lainnya. Murid-murid setelah menghafal matan barulah mempelajari syarahnya. Model pengajaran seperti ini masih sering digunakan sampai sekarang, terutama pada pondok pesantren klasik.[38]
b.     Pendidikan Islam pada masa kerajaan Safawi Persia
Kejayaan Dinasti Safawi pada sisi pengembangan ilmu pengetahuan di masa pemerintahan Syah Abbas I juga terlihay dari segi fisik material, keberhasilannya ditunjukkan dengan dibangunnya 162 masjid dan 48 pusat pendidikan. Lembaga-lembaga pendidikan tersebut sebagian didirikan atas inisiatif para kerabat kerajaan. Demikian pula lembaga pendidikan madrasah, dibangunnya beberapa madrasah tersebut menunjukkan adanya perhatian yang serius dari pemerintah Dinasti Safawi untuk mengembangkan gagasan ilmu pengetahuan. Adapun system pendidikan dan praktek pendidikan pada masa Dinasti Safawi ini semata-mata didominasi oleh tiga jenis pendidikan. Pertama, pendidikan indokrinatif sebagai kurikulum inti dalam seluruh pusat pendidikan untuk memantapkan paham Syi’ah demi terwujudnya patriotism masyarakat untuk mengabdi kepada mahzah keagamaan. Kedua, pendidikan estetika dengan penekanannya pada seni kriya yang diharapkan mampu mendukun sector industri dan perdagangan. Ketiga, pendidikan militer dan manajemen pemerintahan yang ditujukan untuk lebih memperkuat armada perang untuk keperluan pertahanan pemerintahan dan profesionalisme pengelolaan administrasi pemerintahan.[39]
c.      Pendidikan Islam pada masa kerajaan Mughal di India
Dinasti Mughal merupakan sebuah system kekuasaan yang diperintah oleh raja-raja yang berasal dari Asia tengah dan keturunan Timur Lenk. Puncak kejayaan kerajaan ini berada pada saat masa pemerintahan Sultan Akbar, dan Syeh Jehan. Salah satu karya mengagumkan dan fenomenal pada masa kerajaan ini adalah istana indah di Lahore dan Tajmahal di Agre yang tergolong salah satu dari bangunan keajaiban dunia.
Di masjid telah tersedia ulama yang akan memberikan pengajaran berbagai cabang ilmu agama, di mana tidak sedikit masyarakat yang mengikutinya. Bahkan di masjid itu juga telah disediakan ruangan khusus bagi para pelajar yang ingin tinggal di dalamnya selama mengikuti pendidikan. Oleh karena itu, hampir setiap masjid merupakan pengembangan ilmu keagamaan tertentu dengan guru spesialis, dalam perkembangan selajutnya Masjid raya telah berkembang menjadi universitas. Tempat para ulama mengajarkan berbagai cabang ilmu agama dan sejumlah pelajar atau mahasiswa memilih untuk mengikuti pelajaran-pelajaran tertentu pada masa tertentu pula.[40]
Jika ditinjau secara mendalam aspek sejarah ketiga kerajaan Islam tersebut di atas yang berlangsung pada abad pertengahan, memiliki historis dalam bidang pendidikan Islam dengan pembangunan dan pengembangan lembaga pendidikan yang cukup maju. Kendati ketiga kerajaan ini dinilai berada pada abad kemundruan Islam yaitu pada abad pertengahan, namun pemanfaatan dan pengembangan media pendidikan Islam seperti masji, madrasah, perpustakaan dan universitas yang di dalamnya mengajarkan agama Islam dan berbagai disiplin ilmu.
Tiga kerajaan Islam yang mendominasi pendidikan Islam pada abad pertengahan di atas dapat dijadikan tinjauan dalam menilai perkembangan pendidikan Islam dengan memanfaatkan media−tekhnologi pendidikan Islam, beberapa ulama terkenal pada abad pertengahan ini seperti Ibn Khaldun[41] dengan pemikiran dan pendidikan Islamnya yang menggunakan media pendidikan Islam yang kurang lebih sama dengan para tokoh pendidikan Islam dan ulama-ulama sebelumnya.

5.     Tekhnologi pendidikan agama Islam era modern, (Potret perkembangan dan pemanfaatan Tekhnologi Informasi dan Komunikasi.
Pasca abad pertengahan, era modern merupakan era kebangkitan bangsa eropa dalam hal ilmu pengetahuan dan tekhnologi, kebangkitan ini mempengaruhi dunia pendidikan sebagai akar utama terhadap tumbuh dan berkembangnya pemikir dan ilmuan-ilmuan barat dalam bidang tekhnologi. Terciptanya desain-desain dan perangkat modern (audiovisual) yang turut dikembangkan kedalam media pendidikan yang hingga pada masa kini tak hanya tekhnologi audiovisual tetapi pengembangannya telah lebih pada tekhnologi gerak.
Era modern identik dengan kemajuan dan perkembangan sains dan tekhnologi. Kemajuan dalam berbagai bidang yang menunjang kehidupan manusia mengantarkan manusia pada bentuk kehidupan yang multi praktis. Hal ini dapat disaksikan dengan tekhnologi ciptaan manusia. Salah satu wujud tekhnologi adalah tekhnologi informasi dan komunikasi pada masa sekarang ini. Pada awal era modern tekhnologi informasi belum mengalami perkembangan seperti sekarang ini, namun pada masa sekarang lini kehidupan manusia dimudahkan dengan hadirnya tekhnologi yang serba canggih semisal fasilitas internet dan lain-lain. Demikian pula halnya dunia pendidikan khususnya pendidikan Islam tekhnologi informasi komunikasi digunakan sebagai media pembelajaran yang memudahkan untuk mencapai pembelajaran yang diharapkan.
Melalui kecanggihan tekhnologi informasi menjadikan pendidik dan peserta didik dapat pula berkomunikasi dan melakukan pembelajaran jarak jauh (E-Learning) tanpa bertatap muka, sehingga siswa dapat dengan mudah memberoleh infomasi yang lebih luas. Oleh karena itu dengan kehadiran tekhnologi informasi masa kini yang pemanfaatannya dalam pembelajaran PAI mengadung arti yang sangat strategis. Alasan yang patut dipetik dengan penggunaan takhnologi informasi dalam pembelajaran ini adalah guna memodernisasi proses pembelajaran sehingga mutu atau kualitas pendidikan dapat lebih meningkat. Tekhnologi pembelajaran bukan dianggap satu-satunya media yang dapat diandalkan dalam pembelajaran PAI, namun dalam era global yang serba praktis ini upaya pemanfaatan tekhnologi informasi penting untuk menunjang proses pembelajaran, atau dengan kata lain tekhnologi informasi mengambil peran dalam pencapaian hasil pendidikan. Tekhnologi pendidikan masa kini dinilai sebagai hasil rekayasa manusia yang tak hanya dipergunakan sebagai media pendidikan, bahkan lebih menyentuh aspek-aspek kebutuhan manusia.
Media pembelajaran ini jika merunut pada sejarah yakni pada tahun 1920-an, mula-mula dikenal suatu gerakan dalam pendidikan yang dinamakan “Visual Educational”, gerakan ini sebenarnya diilhami oleh aliran realism dalam pendidikan pada abad ke-17 yang dipelopori oleh Johan Amos Comenius yang mengarang buku teks pendidikan pertama yang berjudul Orbis Pictus (Dunia dalam gambar). Kemudian ditemukannya radio pada tahun 1930-an, muncul gerakan “Audiovisual Education” yang menekankan pentingnya penggunaan audiovisual dalam pembelajaran. Disinilah mulai dikenal AVA (Audiovisual Aids) yaitu alat peraga yang menyajikan bahan-bahan visual dan audia yang memperjelas apa yang disampaikan guru kepada murid.[42] Disamping itu tahap perkembangan tekhnologi dalam pembelajaran yang paling mutakhir digunakan ialah internet[43] yang menyajikan beragam referensi penelususan seperti google, wikipedia, web/blog, dan email. Dalam hal lain pada komponen software computer menyajikan berbagai program seperti microsof (word, power point, exel dan lain-lain, tentunya hal ini memberikan kemudahan sebagai media dalam pembelajaran.
Menurut Prof. Dr. Mustaji,[44] fungsi teknologi informasi dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk pendidikan sudah menjadi keharusan yang tidak dapat ditunda-tunda lagi. Berbagai aplikasi teknologi informasi dan komunikasi sudah tersedia dalam masyarakat dan sudah siap menanti untuk dimanfaatkan secara optimal untuk keperluan pendidikan. Pada kondisi riil, teknologi informasi dan komunikasi dalam pendidikan nantinya berfungsi sebagai gudang ilmu, alat bantu pembelajaran, fasilitas pendidikan, standar kompetensi, penunjang administrasi, alat bantu manajemen sekolah, dan sebagai infrastruktur pendidikan. Pengenalan TIK di sekolah telah membawa suatu sikap yang lebih positif terhadap sekolah pada diri siswa. Karena TIK dan belajar berbasis web menawarkan keaneka ragaman yang lebih besar dari tujuan, proyek, aktivitas, dan latihan dalam pembelajaran dibanding kelas tradisional, minat dan motivasi siswapun meningkat secara nyata. Para guru dan siswa terangsang karena pengajaran menjadi lebih dinamis yang memperluas visi mereka seperti halnya akses ke bahan belajar dan perangkat lunak bidang pendidikan yang bermutu tinggi. Lebih dari itu, para guru kelihatannya termotivasi untuk mengajar dengan lebih kreatif. Portal pembelajaran menghubungkan para guru kepada sejumlah rancangan pelajaran, panduan guru, dan soal-soal latihan siswa yang ditempatkan di Internet oleh institusi pemerintah, LSM, dan institusi pendidikan.
Potret pemanfataan tekhnologi informasi masa kini sedikit menggambarkan betapa pentingnya media pembelajaran dengan lahirnya media tekhnologi informasi dan komunikasi masa kini, disisi lain media ini bukan alat utama yang menjamin berhasilnya pembelajarandan tujuan pendidikan sebab dalam hal lain media tidak hanya berbasis pada tekhnologi modern yang dapat digunakan sebagai media utama. Media visual dan abstrak (alam sekitar) disamping media-media lainnya penting terintegrasi dalam suatu proses dimana pendidikan terlaksana.

6.     Perspektif analisis untuk perkembangan dan pemanfaatan tekhnologi pendidikan agama Islam pada masa yang akan datang.
Peran dan tugas para pendidik dan tenaga kependidikan pada intinya adalah menciptakan berbagai aktivitas untuk keberhasilan siswa dalam belajar. Dalam hal ini tekhnologi dapat dikatakan sebagai alat bantu bagi pendidik dan tenaga kependidikan di dalam menjalankan tugas dan peranannya tersebut. Tekhnologi pembelajaran menfokuskan kajiannya pada desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan penilaian proses dan hasil belajar. Dengan demikian nyata bahwa tekhnologi pembelajaran dapat sangat membantu para pendidik dan tenaga kependidikan melaksanakan tugasnya dengan baik.[45]
Tekhnologi dalam pembelajaran telah banyak digunakan untuk memudahkan pembelajaran sejak zaman klasik hingga pada masa kini. Arief S. Sadiman mengemukakan bahwa untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, mulai dipakai berbagai format media. Dari pengalaman mereka, guru mulai belajar bahwa cara belajar siswa itu berbeda-beda, sebagian lebih cepat belajar melalui media visu, sebagian melalui media audio, sebagian lebih senang melalui media cetak, dan yang lain melalui media audiovisual dan sebagainya. Dari sini maka lahirlah konsep penggunaan multimedia kedalam kegiatan pembelajaran.[46]
Dengan berdasarkan analisis sejarah dan hingga masa kini sebagai suatu fakta, hal ini memunculkan paradigma perkembangan dan pemanfaatan media−tekhnologi pendidikan Agama Islam di masa yang akan datang:
Pertama, Telah diketahui bahwa media−tekhnologi pendidikan Islam pada masa klasik (masa Nabi melakukan pendidikan Islam) telah menggunakan rumah-rumah sahabat, masjid, kuttab, dan majelis sebagai media pendidikan Islam hal ini berlansung lama baik dalam masa pemerintahan para Khulafaur Rasyidun, kekhalifahan dinasti Umayyah, seiring dengan perkembangan dan penyebaran Islam lambat laun lembaga pendidikan Islam pun mengalami peningkatan pada masa kekhalifahan dinasti Abbasyiah dengan munculnya semisal madrasah lembaga-lembaga studi Islam (universitas). Jika dilakukan eksplorasi secara mendalam dengan melihat data-data sejarah akan kualitas dari pendidikan Islam pada masa Nabi dan generasi selanjutnya yang banyak lahir tokoh atau ulama-ulama muslim tentunya disini salah satu yang berperan adalah media pendidikan yang digunakan oleh para pendidiknya, dengan demikian penting bagi kita melakukan sebuah ukuran dan melakukan pengkajian mendalam sekaligus menjadikan sebagai sumber inspirasi terkait pentingnya memaksimalkan fungsi media pendidikan pada masa kini dan masa yang akan datang.
Kedua, Tekhnologi yang digunakan pada masa klasik dan bahkan sampai pada masa kini masih sering dijumpai yakni dapat dikatakan sebagai tekhnologi konvensional. Tekhnologi ini pula merupakan akar dari tekhnologi modern, meskipun pada masa kini sebagian besar masyarakat masih menggunakan cara-cara lama sebagai sebagai tekhnologi pendidikan semisal dalam lembaga pendidikan Islam (Pesantren salafiah), namun penting dalam lembaga pendidikan Islam yang masih mempertahankan tekhnologi konvensional ini dikolaborasikan dengan tekhnologi pendidikan modern.
Ketiga, pendidikan agama Islam dimasa yang akan datang dapat saja mengalami tantangan berat, olehnya dalam praktek pembelajaran PAI di lembaga-lembaga pendidikan Islam dengan media−tekhnologi pendidikan (tekhnologi informasi) yang di dalamnya berupa fasilitas internet dan beberapa perangkat pendukung yang bersifat perangkat keras penting lebih di desain untuk program pembelajaran PAI yang pada pelaksanaannya lebih kompleks. Meskipun pada masa sekarang pendidik (guru) telah banyak menerapkan model pembelajaran E-learning dengan hanya mengunggah materi-materi pembelajaran sehingga pendidik dan siswa tidak perlu lagi datang ke kelas, namun disisi lain hal ini tentunya dapat memberikan efek terhadap keaktifan guru dan siswa dalam hal interaksi secara lansung. Dengan demikian dari asas sejarah tekhnologi pendidikan Islam yang telah memberikan inspirasi untuk membuat langkah-langkah inovatif menuju implementasi pendidikan agama Islam yang memudahkan pencapaian tujuan pendidikan Islam melalui media−tekhnologi pendidikan, hal ini tentunya diharapkan tidak mengurangi fungsi dan peran guru dan siswa dalam pendidikan, atau dengan kata lain tidaknya hanya proses pengembangan dan pemanfaatan media−tekhnologi pendidikan Islam yang praktis tanpa merekonstruksi dan mempertimbangkan aspek yang membawa pada perubahan keaktifan dan kreatifitas pendidik dan siswa. Hal ini tentunya dikhawatirkan pula bahwa dimasa yang akan datang bisa jadi siswa akan belajar tanpa guru, guru dan siswa merupakan dua komponen dan system yang saling mempengaruhi dalam proses pembelajaran, saling mengisi dan menerima, meneladani dan diteladani, sehingga dengan demikian peranan guru dalam pendidikan sangat urgen diperlukan.

Penutup
Kesimpulan
Berangkat dari uraian pembahasan di atas maka dapat disimpulkan yaitu:
1.     Tekhnologi dalam pendidikan agama Islam merupakan media yang digunakan dalam pendidikan Islam yang dapat menunjang kelancaran proses pendidikan Islam sehingga tujuan pendidikan agama dapat tercapai secara maksimal. Media pendidikan dapat berupa sarana dan prasarana pendidikan demikian pula instrument yang digunakan dalam proses pembelajaran atau dapat dikenal dengan media pembelajaran dikelas/ruangan, hal ini dapat berupa media papan tulis, kursi meja, buku, gambar, tekhnologi audiovisual dan lain-lain. Media pendidikan−media pembelajaran ini tentunya dapat berfungsi maksimal jika terjadi interaksi antara guru dan siswa dengan memanfaatkan bentuk-bentuk media−tekhnologi dalam pembelajaran atau pada pendidikan Islam.
2.     Tekhnologi−media pendidikan agama Islam yang digunakan Nabi SAW yang pertama dalam sejarah Islam ialah rumah al-Arqam bim Abi Arqam, yang merupakan salah satu sahabat Nabi, disamping itu terdapat pula kuttab, rumah Nabi SAW, halaman/pekarangan rumah, hingga pasca hijrahnya ke Kota Madinah, masjid dan majlis taklim pun digunakan sebagai media pendidikan Islam yang utama.
3.     Pasca Nabi SAW hingga abad modern tekhnologi pendidikan agama Islam pun mengalami perkembangan baik masjid, kuttab, hingga hadirnya madrasah-madsarah, dan universitas yang di dalamnya telah terstruktur dan sistematis, perangkat media serta metode pendidikan Islam serta proses pembelajaran pun mengalami peningkatan.
4.     Pada abad modern perkembangan tekhnologi pendidikan merupakan langkah pembaharuan dengan berkembangnya sains dan tekhnologi, abad modern telah melahirkan ilmuan-ilmuan yang mampu mengembangkan tekhnologi pendidikan dengan hadirnya tekhnologi audio dan visual yang sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan terutama pendidikan Islam. Melalui riset yang panjang tekhnologi ini berkembang sehingga muncul tekhnologi komunikasi dan informasi (Information Communication Technologi ICT) seperti yang hadir pada masa kini yakni televisi, computer dengan perangkat perogramnya serta layanan jendela dunia (internet) yang menawarkan aneka fasilitas yang dapat digunakan dalam pendidikan, misalnya Google pencarian referensi, E-mail, web/blog, dan lain-lain, hingga pemanfaatannya dalam pembelajaran jarak jauh (E-learning).
5.     Potret perkembangan dan pemanfaatan tekhnologi pendidikan masa kini tentunya penting acuan pengembangan terutama dimasa yang akan datang yang diharapkan berimplikasi terhadap pembelajaran dan kualitas pendidikan agama Islam (PAI) khususnya. Dengan demikian pendidikan agama Islam mampu menempatkan diri dalam ranah kompetitif terutama dalam pemanfaatan tekhnologi pendidikan. Bukan berarti harus meninggalkan media pendidikan dengan cara-cara lama yang mengutamakan keaktifan kerja fisik (dalam tataran yang terkesan kuno dan ketinggalan zaman) dari pada mesin, akan tetapi integratif antara tekhnologi pendidikan konvensional dan tekhnologi pendidikan modern sangat diperlukan.

 DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Rivai, dan Nana Sudjana, Tekhnologi Pengajaran, Bandung: Sinar Baru, 1989.

Aktortama, Aquis, Pendidikan Islam Pada Masa Bani Umayah, dalam website, http:// akitephos.wordpress.com/sejarah-pendidikan-islam/,.

Al-Buhairi, Farhan Mamduh Al-Arqam Bin Abil Arqam (Pemilik Rumah Dakwah), dalam website, http://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid,.

Alfarisi, Farhad, Boedi, Sejarah Pendidikan Islam Pada Masa Bani Abasiyah, dalam website, http://sejarah.kompasiana.com/2013/02/14/sejarah-pendidikan-islam-pada-masa-bani-abasiyah-534282.html

Amhar, Fahmi, Tekhnologi Pendidikan Islam, dalam website, http://islamdalamtekhnologi. blogspot.com/2011/08/teknologi-pendidikan-islam.html

Ana Retnoningsih, dan Suharso, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Lux, Semarang: CV. Widia Karya, 2011.

Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, Jakarta: Logos, 1999.

Eveline Siregar, dan Dewi Salma Prawiradilaga Mozaik Tekhnologi Pendidikan, Jakarta: Diterbitkan atas kerjasama Kencana dengan Universitas Negeri Jakarta, 2007.

Efni, Gusnita, Biodata Lengkap Nabi Muhammad SAW, dalam website, http://www.duasatu. web.id/2013/01/sejarah-kelahiran-nabi-muhammad. html.

Hasan, Asari,  Menyingkap Zaman Keemasan Islam, Bandung: Citapustaka Media, 2007.



Husain, Sanusi, Ahmad, Biodata dan sejarah Ringkas Rasulullah, dalam website, http:// www.ahmad-sanusi-husain.com/2012/02/biodata-dan-sejarah-ringkas rasulullah. html,

Ihsan, Fuad, H.A, Filsafat Ilmu, Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Jalaluddin, Sistem nilai dan Pembentukannya dalam Perspektif Pendidikan Islam, dalam Jurnal Studi Islam “Medina-Te”, Program Pascasarjana, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Fatah Palembang, Vol. 1 Nomor 1, Juni 2005.

Karim, Abdul, M. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2012.

Langgulung, Hasan,  Pendidikan Islam dalam Abad ke-21, Jakarta: Pustaka Al-Husna Baru, 2003.

_______  Hasan, Asas-Asas Pendidikan Islam, Jakarta: Al-Husna Zikra, 2000), hlm. 122.

Maksum, Madrasah Sejarah dan Perkembangannya, Jakarta,Logos Wacana Ilmu,1999.

Miarso, Yusufhadi, Menyemai Benih Tekhnologi Pendidikan, Jakarta: Prenada Media, 2004.

_______ Yusufhadi, Menyemai Benih Tekhnologi Pendidikan, Jakarta: Kenacana, 2007


Mustanan, Pendidikan Islam di Tiga Kerajaan (Turki Usmani, Persia, dan Mughal), dalam website,http://islamadalahrahmah.blogspot.com/2011/02/pendidikan-islam-di-tiga-kerajaan-turki.html,

Nasution, Harun, Pembaharuan dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta: Bulan Bintang, 1975.

Nasution, S. Tekhnologi Pendidikan, Jemmar: Bandung, 1987.

Nata, Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam 1, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.

Oktafianti, Anna, Pendidikan pada Masa Daulah Bani Umayah dan Abbasyiah, dalam website, http://kelompokidi123.blogspot.com/2012/12/normal-0-false-false-false-en-us-x-none_23.html,.

Rangkuti, Abrar, Ahmad, Pendidikan Islam Formal, Informal, dan Nonformal, dalam website,http://abrarrkt.blogspot.com/2013/01/pendidikan-islam-formal-informal dan_4780.html,

Rif’an, Ali, Konsep Pendidikan Islam dimasa Rasulullah, Periode Makkah dan Madinah, dalam website, http://makinmaju.wordpress.com/2012/05/11/konsep-pendidikan-islam-di-masa-rasulullah/


Sadiman,S.Arief, dkk,Media Pendidikan (Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya), Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993.

Supriyoko, Ki, TEKPENDIS Introduction Of Technologi, Materi Kuliah Tekhnologi Pendidikan Islam, PAI C Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dalam Power Point.

Sunarji, Moh. Pendidikan Islam Pada Masa Rosulullah SAW, dalam website, http://www. bisosial. com/2012/06/makalah-pendidikan-islam-pada-masa.html.

Sutrisno, Teguh, Perkembangan Islam pada Abad Pertengahan (1250-1800), dalam website, http://teguhsutpujakesuma.wordpress.com/2012/10/10/perkembangan-islam-abad-pertengahan-1250-1800/

Syalaby, Ahmad, Sejarah Pendidikan Islam, (Taricut Tarbiyah Al-Islamiyah) Terj, H. Muctar Yahya dan Sanusi Latief, Jakarta: Bulan Bintang, (tt).


Wicaksono, Halim, Abdul, Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam di Masa Rasulullah SAW, dalam website, http://imtaq.com/lembaga-lembaga-pendidikan-islam-di-masa-rasulullah-saw/.

Wikipedia, Kekhalifahan Abbasyiah, dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Kekhalifahan_ Abbasiyah,.

Yagami, Wink,  Biografi Nabi Muhammad SAW, dalam blog, http://kolom-biografi.blogspot. com/2009/01/biografi-nabi-muhammad-saw.html,



[1] Pada hakikatnya pendidikan Islam adalah proses pemeliharaan dan penguatan sifat dan potensi insan menimbulkan kesadaran untuk menemukan kebenaran. Tujuan pendidikan Islam adalah mengembangkan potensi peserta didik serta meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan membentuk karakter siswa yang menghargai dan menjunjung tinggi kebenaran. Lihat Nida Sabrinah, Pendekatan Pembelajaran Nilai dalam PAI, dalam website, http://arinnurcahyati20. blogspot.com/2013/01/pendekatan-pembelajaran-nilai-dalam-pai.html. diakses, 20 Februari 2013, pukul, 15.30 WIB.
[2] Jalaluddin, Sistem nilai dan Pembentukannya dalam Perspektif Pendidikan Islam, dalam Jurnal Studi Islam “Medina-Te”, Program Pascasarjana, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Fatah Palembang, Vol. 1 Nomor 1, Juni 2005, hlm. 57.
[3] Hasan Langgulung, Pendidikan Islam dalam Abad ke-21, (Jakarta: Pustaka Al-Husna Baru, 2003). hlm.73.
[4] Era kenabian yang penulis maksudkan adalah era dimana Nabi Muhammad SAW hidup dan menyebarkan (mendakwakan) agama Islam (melakukan pendidikan Islam) hingga beliau wafat yang terdiri dari dua periode yaitu Mekkah (Kota kelahiran Nabi SAW) dan kota Madinah sebagai pusat Islam dan negara Islam pertama dalam sejarah.
[5] Lihat, Ki Supriyoko, TEKPENDIS Introduction Of Technologi, Materi Kuliah Tekhnologi Pendidikan Islam, PAI C Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dalam Power Point, Slide 5.
[6] Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Lux, (Semarang: CV. Widia Karya, 2011), hlm.  542.
[7] H.A Fuad Ihsan, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Rineka Cipta,2010), hlm. 143,
[8]Dikutip oleh penulis dalam Website, http://fahreena.wordpress.com/2010/07/02/islamisasi ilmu-pengetahuan-dan-teknologi/, lihat juga, Sindung Tjahyadi,“Ilmu, Teknologi dan Kebudayaan”, dalam Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM, Filsafat Ilmu, cet. III (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2003), hlm. 153.
[9]Teknologi pendidikan Islam membuat siswa mudah memahami sains dan ilmu-ilmu apapun, mampu menghubungkannya dengan Sang Pencipta dan menyadari apa tujuan diciptakannya alam serta bagaimana sains itu dapat dimanfaatkan secara syar’i. Dia akan menguasai sains dalam pandangan hidup Islam. Teknologi ini mengakselerasi siswa mendapatkan tujuan-tujuan pendidikan, sehingga membantu mengatasi keterbatasan kemampuan guru, sempitnya ruang kelas, kekurangan buku dan terbatasnya dana. Lihat Fahmi Amhar, Tekhnologi Pendidikan Islam, dalam website, http://islamdalamtekhnologi.blogspot.com/2011/08/teknologi-pendidikan-islam.html, diakses, 1 Juni 2013, Pukul 18. 56 WIB.
[10] Fahmi Amhar, Tekhnologi., Ibid.,
[11] Fahmi Amhar, Tekhnologi., Ibid.,
[12] S. Nasution, Tekhnologi Pendidikan, (Jemmar: Bandung, 1987), hlm. 20.
[13] Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Tekhnologi Pengajaran, (Bandung: Sinar Baru, 1989), hlm. 71.
[14] S. Nasution, Tekhnologi., hlm. 5-6.
[15]Yusufhadi Miarso, Menyemai Benih Tekhnologi Pendidikan, (Jakarta: Kenacana, 2007), hlm 196-197.
[16]Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), hlm. 11.
[17]Lihat, Biodata Lengkap Nabi Muhammad SAW (Nama: Muhammad bin Abdullah, Kelahiran : Mekah, tanggal 12 Rabiul Awal tahun Gajah, Abdullah (ayahnya) meninggal sebelum Muhammad terlahir, Umur 6–8 tahun Muhammad dibesarkan kakeknya, Abdul Muthalib, Kemudian dibesarkan pamannya, Abu Thalib,  Atas kejujurannya, Muhammad mendapat gelar Al Amin (dapat dipercaya), Usia 13 tahun mulai berbisnis, menemani Abu Thalib berdagang ke ke Sya, Usia 25 tahun menikah dengan Siti Khadijah binti Khuwailid, Muhammad muda pernah berhasil mendamaikan pertikaian antar kabilah, Usia 40 tahun pertama kali menerima wahyu dan diangkat menjadi Rasulullah, Kemudian melakukan dakwah diam-diam selama 3 tahun di Mekah, Dilanjutkan dengan berdakwah secara terang-terangan selama 10 tahun, Dakwah nabi Muhammad SAW ditentangn oleh kaumnya sendiri, Quraisy, Hijrah ke Madinah setelah 13 tahun berdakwah di Mekah, Setelah haji wada (10 H) kesehatan nabi Muhammad SAW mulai menurun, 28 Shafar 11 H nabi Muhammad SAW meninggal dunia, Muhammad adalah nabi dan rasul terakhir). Gusnita Efni, Biodata Lengkap Nabi Muhammad SAW, dalam website, http://www.duasatu.web.id/2013/01/sejarah-kelahiran-nabi-muhammad. html, diakses, 1 Juni 2013 pukul 11.56 WIB.
Nabi Muhammad saw berasal dari kabilah Quraisy, tepatnya keturunan Hasyim. Ayah beliau adalah Abdullah bin Abdul Muthalib, cucu Hasyim. Ibunda beliau adalah Aminah binti Wahbyang berasal dari keturunan Bani Zuhrah, salah satu kabilahQuraisy. Setelah menikah, Abdullah melakukan pepergian ke Syam. Ketika pulang dari pepergian itu, ia wafat di Madinah dan dikuburkan di kota itu juga. Setelah beberapa bulan dari wafatnya sang ayah berlalu, Nabi pamungkas para nabi lahir di bulan Rabi’ul Awal, tahun 571 Masehi di Makkah, dan dengan kelahirannya itu, dunia menjadi terang-benderang. Sesuai dengan kebiasaan para bangsawan Makkah, ibundanya menyerahkan Muhammad kecil kepada Halimah Sa’diyah dari kabilah Bani Sa’d untuk disusui. Beliau tinggal di rumah Halimah selama empat tahun. Setelah itu, sang ibu mengambilnya kembali. Dengan tujuan untuk berkunjung ke kerabat ayahnya di Madinah, sang ibunda membawanya pergi ke Madinah. Dalam perjalanan pulang ke Makkah, ibundanya wafat dan dikebumikan di Abwa, sebuah daerah yang terletak antara Makkah dan Madinah. Setelah ibunda beliau wafat, secara bergantian, kakek dan paman beliau, Abdul Muthalib dan Abu Thalib memelihara beliau. Pada usia dua puluh lima tahun, beliau menikah dengan Khadijah yang waktu itu sudah berusia empat puluh tahun. Beliau menjalani hidup bersamanya selama dua puluh lima tahun hingga ia wafat pada usia enam puluh lima tahun.  Pada usia empat puluh tahun, beliau diutus menjadi nabi oleh Allah. Ia mewahyukan kepada beliau al-Quran yang seluruh manusia dan jin tidak mampu untuk menandinginya. Ia menamakan beliau sebagai pamungkas para nabi dan memujinya karena kemuliaan akhlaknya. Beliau hidup di dunia ini selama enam puluh tiga tahun. Menurut pendapat masyhur, beliau wafat pada hari Senin bulan Shafar 11 Hijriah di Madinah. Lihat, Wink Yagami, Biografi Nabi Muhammad SAW, dalam blog, http://kolom-biografi.blogspot.com /2009/01/biografi-nabi-muhammad-saw.html, diakses, 1 Juni 2013 pukul, 11.35 WIB. 
Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam ( نبي محمد صلى الله عليه وسلمadalah pesuruh Allah yang terakhir. Baginda adalah pembawa rahmat untuk seluruh alam dan merupakan Rasulullah bagi seluruh umat di dunia.  Sesungguhnya Nabi Muhammad S.A.W merupakan satu anugerah dan kurniaan Allah SWT kepada umat manusia untuk menunjukkan jalan yang lurus dan benar.  Baginda bukan sahaja diangkat sebagai seorang rasul tetapi juga sebagai khalifah, yang mengetuai angkatan tentera Islam, membawa perubahan kepada umat manusia, mengajarkan tentang erti persaudaraan, akhlak dan erti kehidupan yang segalanya hanya kerana Allah SWT. Nabi Muhammad dilahirkan di Mekah dan kembali ke rahmatullah di Madinah. Nabi Muhammad S.A.W merupakan Rasul dan Nabi terakhir bagi umat manusia dan seluruh alam. Nabi Muhammad merupakan pelengkap ajaran Islam. Beliau juga digelar Al Amin (الأمين) yang bermaksud 'yang terpuji'. Ahmad Sanusi Husain, Biodata dan sejarah Ringkas Rasulullah, dalam website, http://www.ahmad-sanusi-husain.com/2012/02/biodata-dan-sejarah-ringkas rasulullah.html, diakses, 1 Juni 2013 Pukul 12.02 WIB.
[18] Hasan Asari, Menyingkap Zaman Keemasan Islam (Bandung: Citapustaka Media, 2007), h. 7.
[19]Darul Arqom adalah rumah milik sahabat al-Arqam bin Abil Arqam al-Makhzumi, ia masuk islam pada umur 16 th, rumah terpencil di atas bukit safa. Rasulullah SAW sengaja menjadikan rumah yang terpencil ini sebagai tempat menyampaikan ajaran Islam untuk menghindari perlakuan buruk dari kaum kafir Quraisy. Masa ini adalah masa dakwah secara sembunyi-sembunyi. Di Darul Arqam inilah Rasulullah SAW mengajarkan wahyu yang telah diterimanya kepada kaum muslimin. Sebagai nabi dan guru, beliau membimbing para sahabat untuk menghafal, menghayati dan mengamalkan ayat-ayat suci al-Qur’an yang telah diturunkan kepadanya. Lihat, Abdul Halim Wicaksono, Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam di Masa Rasulullah SAW, dalam website, http://imtaq.com/lembaga-lembaga-pendidikan-islam-di-masa-rasulullah-saw/ 31 Mei 2013 pukul 14.39 WIB.
Rumah al-Arqam di atas bukit Shafa, tempat Nabi berkumpul dengan sahabat-sahabat beliau , terhindar dari pandangan orang-orang musyrik, untuk mengajari mereka Alqur`an dan syariat Islam. Di rumah inilah, para tokoh besar dan generasi awal dari kalangan sahabat masuk Islam.Rumah al-Arqam termasuk salah satu rumah yang memiliki peran penting dalam sejarah Islam; Lembaga pendidikan pertama tempat Nabi membina para pelopor yang akan menyertai beliau mengemban tanggung jawab besar, menyampaikan risalah  Allah Ta'ala. Rumah tersebut berada di bukit shafa. Di sana Rasulullah terus menyampaikan dakwan Islam hingga para pelopor radhiallahu ‘anhum itu genp berjumlah empat puluh orang. Mereka inilah yang kemudian tampil secara terang-terangan berdakwah kepada Allah. Al-Arqam mewakafkan rumah tersebut. Lihat, Mamduh Farhan al-Buhairi, Al-Arqam Bin Abil Arqam (Pemilik Rumah Dakwah), dalam website, http://www.facebook.com/ permalink.php?story_fbid, diakses, 31 mei 2013 pukul 20.00 WIB.
[20] Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, (Jakarta: Logos, 1999), hlm. Vii.
[21] Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Al-Husna Zikra, 2000), hlm. 122.
[22] Ali Rif’an, Konsep Pendidikan Islam dimasa Rasulullah, Periode Makkah dan Madinah, dalam website,http://makinmaju.wordpress.com/2012/05/11/konsep-pendidikan-islam-di-masa-rasulullah/,Diakses, 1 Juni 2013 Pukul, 13.00 WIB.
[23] Ahmad Syalaby, Sejarah Pendidikan Islam, (Taricut Tarbiyah Al-Islamiyah) Terj, H. Muctar Yahya dan Sanusi Latief, (Jakarta: Bulan Bintang, (tt), hlm. 36.
[24]Ahmad Abrar Rangkuti, Pendidikan Islam Formal, Informal, dan Nonformal, dalam website, http://abrarrkt.blogspot.com/2013/01/pendidikan-islam-formal-informal-dan_4780.html, diakses, 1 Juni 2013, pukul 13.34 WIB.
[25] Hasan Langgulung, Pendidikan., hlm. 18.
[26] Ali Rif’an, Konsep.,
[27] Ali Rif’an, Konsep., Ibid,
[28] Ali Rif’an, Konsep., Ibid,
[29]Moh. Sunarji, Pendidikan Islam Pada Masa Rosulullah SAW, dalam website, http://www.bisosial. com/2012/06/makalah-pendidikan-islam-pada-masa.html 31 Mei 2013 pukul 13.36 WIB.
[30] Dinasti Umayah yang selama pemerintahannya telah terjadi pergantian sebanyak 14 orang khalifah, mereka adalah Mua’wiyah (661-680), Yazid (680-683), Mua’wiyah II (683), Marwan (683-685), Abdul Malik (685-705), al-Walid I (705-715), Al-Walid II (743-744), Sulaiman (715-717), Umar II (717-720), Yazid II (720-724), Hisyam (724-743), Yazid III (744), Ibrahim (744) tidak dibaiat oleh rakyat, dan Marwan II (744-750 M). Lihat, M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2012), hlm. 113.
[31] Aquis Aktortama, Pendidikan Islam Pada Masa Bani Umayah, dalam website, http://akitephos. wordpress.com/sejarah-pendidikan-islam/, diakses, 1 Juli 2013, pukul 22.19 WIB.
[32] Bani Abbasiyah (Arab: العباسيون, al-‘abbāsīyyūn) adalah kekhalifahan kedua Islamyang berkuasa di Baghdad (sekarang ibu kota Irak). Kekhalifahan ini berkembang pesat dan menjadikan dunia Islam sebagai pusat pengetahuan dengan menerjemahkan dan melanjutkan tradisi keilmuan Yunani dan Persia. Kekhalifahan ini berkuasa setelah merebutnya dari Bani Umayyah dan menundukkan semua wilayahnya kecuali Andalusia. Bani Abbasiyah dirujuk kepada keturunan dari paman Nabi Muhammad yang termuda, yaitu Abbas bin Abdul-Muththalib (566-652), oleh karena itu mereka juga termasuk ke dalam Bani Hasyim. Berkuasa mulai tahun 750 dan memindahkan ibukota dari Damaskus ke Baghdad. Berkembang selama dua abad, tetapi pelan-pelan meredup setelah naiknya bangsa Turki yang sebelumnya merupakan bahagian dari tentara kekhalifahan yang mereka bentuk, dan dikenal dengan nama Mamluk. Selama 150 tahun mengambil kekuasaan memintas Iran, kekhalifahan dipaksa untuk menyerahkan kekuasaan kepada dinasti-dinasti setempat, yang sering disebut amir atau sultan. Menyerahkan Andalusia kepada keturunan Bani Umayyah yang melarikan diri,Maghreb dan Ifriqiya kepada Aghlabid dan Fatimiyah. Kejatuhan totalnya pada tahun 1258 disebabkan serangan bangsa Mongol yang dipimpin Hulagu Khan yang menghancurkan Baghdad dan tak menyisakan sedikitpun dari pengetahuan yang dihimpun di perpustakaan Baghdad. Lihat, Wikipedia, Kekhalifahan Abbasyiah, dalam website, http://id.wikipedia.org/wiki/Kekhalifahan_Abbasiyah, diakses, 1 Juni 2013, pukul 23.57 WIB.
[33] Anna Oktafianti, Pendidikan pada Masa Daulah Bani Umayah dan Abbasyiah, dalam website, http://kelompokidi123.blogspot.com/2012/12/normal-0-false-false-false-en-us-x-none_23.html, diakses, 2 Juni 2013, Pukul 00.34 WIB.
[34] Lihat juga Maksum mengutip Umar Rida Kahhalah dalam dalam  Jaula fi Rubu’ al-Tarbiyah wa al-Ta’lim, mengemukakan bahwa Madrasah pertama yang didirikan pada abad kelima Hijriyah (ke-11 Masehi) itu ialah Nizamiyah yang didirikan pada tahun 457 H oleh Nizam Al-Mulk. Maksum, Madrasah Sejarah dan Perkembangannya, (Jakarta,Logos Wacana Ilmu,1999), hlm. 60.
[35] Boedi Farhad Alfarisi, Sejarah Pendidikan Islam Pada Masa Bani Abasiyah, dalam website, http://sejarah.kompasiana.com/2013/02/14/sejarah-pendidikan-islam-pada-masa-bani-abasiyah-534282.html, diakses, 2 Juni 2013, Pukul 00.42 WIB.
[36] Anna Oktafianti, Pendidikan.,
[37] Teguh Sutrisno, Perkembangan Islam pada Abad Pertengahan (1250-1800), dalam website, http://teguhsutpujakesuma.wordpress.com/2012/10/10/perkembangan-islam-abad-pertengahan-1250-1800/, diakses 2 Juni 2013 Pukul 10.36 WIB.
[38] Mustanan, Pendidikan Islam di Tiga Kerajaan (Turki Usmani, Persia, dan Mughal), dalam website,http://islamadalahrahmah.blogspot.com/2011/02/pendidikan-islam-di-tiga-kerajaan-turki.html, diakses, 2 Juni 2013, pukul 11.00 WIB.
[39] Mustanan, Pendidikan., Ibid.
[40] Sementara itu untuk memenuhi kebutuhan pendidikan bagi orang kaya, pihak kerajaan juga telah menyediakan madrasah-madrasah khusus. Pendidikan atau sekolah khusus juga disediakan bagi orang Hindu yang disebut Pat Shaha. Kendati demikian disamping sekolah khusus bagi kelompok agama tertentu, pihak kerajaan juga menyediakan sekolah tempat anak-anak muslim dan hindu belajar. Dengan demikian proses pendidikan berlangsung harmonis. Selain masjid terdapat pula Khanga (semacam Pesantren) yang dipimpin oleh ulama atau wali yang secara umum ada di daerah-daerah pedalaman. Khanga pada era ini merupakan pusat studi Islam yang dinilai baik. Di Khanga diajarkan berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti matematia, mantik, filsafat, tafsir al-Qur’an, hadis, fiqih, sejarah, dan geografi. Bahsa Persia pada waktu itu merupakan bahasa pengantar dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran. Lihat, Mustanan, Pendidikan., Ibid.
[41] Ibn Khaldun adalah ia berasal dari dari keluarga politis, intelektual dan aristocrat, ia dilahirkan pada tanggal 27 Mei 1332 di Tunisia. Oleh ayahnya ia diberi nama Abdur Rahman Abu Zay ibn Muhammad ibn Khaldun. Lihat, Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam 1, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm. 171.
               [42] Dewi Salma Prawiradilaga dan Eveline Siregar, Mozaik Tekhnologi Pendidikan, (Jakarta: Diterbitkan atas kerjasama Kencana dengan Universitas Negeri Jakarta, 2007), hlm. 5.
[43]Internet merupakan jaringan komputer yang dibentuk oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat pada tahun 1969, melalui proyekARPA yang disebut ARPANET (Advanced Research Project Agency Network), di mana mereka mendemonstrasikan bagaimana dengan hardware dan software komputer yang berbasis UNIX, kita bisa melakukan komunikasi dalam jarak yang tidak terhingga melalui saluran telepon. Proyek ARPANET merancang bentuk jaringan, kehandalan, seberapa besar informasi dapat dipindahkan, dan akhirnya semua standar yang mereka tentukan menjadi cikal bakal pembangunan protokol baru yang sekarang dikenal sebagai TCP/IP (Transmission Control Protocol/Internet Protocol). Lihat, http://id.wikipedia.org/wiki/ Sejarah_Internet, diakses, 3 Juni 2013, Pukul 22.02 WIB.
[45]Yusufhadi Miarso, Menyemai Benih Tekhnologi Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media,2004), hlm.16
[46]Arief S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan (Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya), (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993), hlm. 10. 

Tidak ada komentar: