SEPUTAR TANTANGAN KEGIATAN INVESTIGASI
FLORA DAN FAUNA
MA’RA PART II PADA TAHURA KEC. SINJAI
BORONG 2010
Oleh : Achmad
Darwiz (Oemar) Mapala PTM Sinjai NRA.III.28806.043.BSM
Ma’ra Investigation
Team Part II Kaluhara Indonesia 2010
Kawasan Taman Hutan Raya Abdul Latif (Ma’ra) yang terletak di
Kec. Sinjai Borong pada lembah pegunungan Lompobattang dan Bawakaraeng
merupakan suatu kawasan hutan alami yang di dalamnya masih tersimpang
beragam jenis flora dan fauna yang
terlindungi baik yang telah banyak dikenal maupun yang masih misteri atau
terdata ciri dan bentuknya.
Beragamnya jenis flora dan fauna ini merupakan ciri
tersendiri bagi Tahura untuk tetap
dilindungi agar kelestariannya tetap terjaga. Hal inilah salah satunya yang
mendasari para pencinta alam Sinjai untuk kembali melakukan Investigasi jenis
flora dan fauna tahun 2010 di kawasan hutan Ma’ra yang kedua kalinya meski
sebelumnya telah terlaksana pada tahun 2006 silam. Dengan bermodalkan semangat
pada musim hujan diawal bulan Juli 2010. Tim yang berjumlah enam orang
berangkat pada sore hari 14 Juli 2010 dari kota Sinjai menuju Ma’ra pada salah
satu rumah penduduk di Dusun Mattirotasi Desa Batubulerang Kecamatan Sinjai
Borong. Keenam orang ini terbagi atas dua tim yaitu tim A terdiri Fandi
Kaluhara (Navigator), Armandsyah/Dore Liar (kameraman), dan Ilalang Rimba
(penulis) sedangkan pada tim B ada Agus Kaluhara (Navigator), Gam Adventure
(Kameraman) dan Oemar/Ahmad Darwiz (sebagai penulis). Kedua tim ini akan
menyelesaikan investigasi dengan target waktu selama tujuh hari. Tim tiba pada
titik star pukul 00.00 WITA dilanjutkan dengan packing perlengkapan guna
persiapan perjalanan awal besoknya.
Pada hari pertama kamis 15 Juli 2010 seusai sarapan pagi kedua
tim bersiap-siap untuk mengawali kegiatan. Pagi hari langit cerah mentari
menyeruak dibalik rimbunnya dedaunan saat suasana pagi yang dingin, jam
menunjukkan pukul 08.00 WITA. Usai berdoa bersama tim mengawali perjalanan,
jalan yang licin pada jalur terjal menuju sungai Balantieng I, volume air sungai
yang besar akibat hujan beberapa hari sebelumnya hingga memaksa tim untuk antri
menyeberang, perjalanan pun dilanjutkan hingga beberapa saat kemudian kedua tim
pun terpisah menuju petualangannya masing-masing. Tim A akan menempuh jalur
utama Ma’ra menuju camp pos 7 dan tim B akan
melalui jalur sungai Porong lembah Gunung Lompobattang. Setelah terpisah
dan saling memberi harapan kedua tim melanjutkan perjalanan dengan membawa
perlengkapan standar dalam menempuh rimba dan menyusuri sungai serta logistic
selama tujuh hari maupun alat dokumentasi pengambilan gambar tiap objek yang
dibutuhkan. Kawasan hutan yang alami dengan medan yang cukup bervariasi dan
menantang bagi tim ini akan tetap menjadi tantangang untuk dilalui guna
berhasilnya kegiatan, disamping musim hujan dan derasnya arus sungai yang akan
dilalui oleh tim B. sepanjang kawasan ini terdapat satwa-satwa liar seperti
babi hutan, monyet, anoa dll, tinggal bagaimana kelestariannya tetap terjaga.
Kedua tim sepakat pada hari kelima dapat berjumpa kembali. Tim B menuju sungai
Porong, disepanjang perjalanan menuju camp I tim menemukan jenis anggrek saat
melewati sungai Ereburu yang berbau belerang, anggrek tersebut tumbuh di rawa
hingga saat itulah tim sepakat menyebutnya dengan bunga anggrek rawa yang sedang
mekar berwarna putih kekuningan.
Hari telah siang langit mendung dan kabut turun menyapu
permukaan padang savanna yang terhampar luas dan punggungan bukit tempat dimana
kami berada, hujan mulai turun satu persatu anggota tim mengeluarkan ponco dan
plastic anti air untuk mengurangi resiko basah air hujan. Tim B beberapa kali
menyusuri punggungan mencari jalur menuju sungai ditengah guyuran hujan yang
sangat deras, tim mendapatkan perkebunan
kopi saat hari mulai gelap. Pukul 17.10 WITA tim sepakat untuk camp I
yang kebetulan ada pondok penduduk diperkebunan tersebut yang cukup menampung
anggota tim. Hujan mengguyur hingga malam, hari pertama telah usia tim lalu
istirahat dibalik kehangatan Sliping Bag (kanton tidur) memulihkan energy untuk
persiapan perjalanan lanjutan esok pagi.
Usai sarapan pagi 16 Juli 2010 tim kembali bergerak menuju
sungai Porong pada penelusuran pertama, hujan belum reda sambil membuka jalur
pada jurang terjal dengan kemiringan 700 tim melintasi sungai pada
pohon yang melintang yang dibawah arus sungai Porong yang deras, saat itulah
tantangan pertama yang dialami oleh tim B pada arus sungai. Pada penyeberangan
kedua tim menggungakan tali webbing sebagai alat bantu penyeberangan, dengan
mendahulu barang bawaan seperti rangsel
dan alat-alat elektronik dan dokumentasi pada kondisi ekstrim ini. Jam
menunjukkan pukul 17.00 WITA tim
akhirnya camp di tepian sungai yang tak jauh dari penyeberangan tadi. Habis
makan malam hujan masih mengguyur dengan derasnya, anggota tim menghangatkan
diri dengan Sleping Bag hingga pagi hari 17 Juli 2010. Volume air sungai terus
mengalami peningkatan maka pertimbangan tim untuk melanjutkan perjalanan
akhirnya tertunda untuk menyusuri sungai yang deras, tim pun akhirnya camp pada tempat yang sama hingga
cuaca membaik dan hujan reda.
Keesokan harinya pada hari keempat 18 Juli 2010 pagi hari cuaca
mulai, anggota tim bangun pagi dan packing untuk siap melanjutkan pengembaraan,
dengan pertimbangan tim untuk menyusuri sungai dengan arus yang deras maka
alternatifnya adalah tim harus kembali ke punggungan untuk menyisir, saat
memulai perjalanan tim mulai kewalahan membuka jalur hingga pada akhirnya tiba
pada situasi sulit untuk sampai pada punggungan bukit dikarenakan tebing yang
menghadang namun satu-satunya harapan adalah dengan memanjat tebing dengan
kemiringan vertical melalui akar dan batang pohon untuk sampai pada punggungan
tersebut. Saat melewati tebing curam ini, tim kembali melakukan hauling barang-barang dengan menggunakan
tali webbing namun tim kewalahan
melewatinya dengan situasi sambil buka jalur. Dibawah sana terlihat grade yang
bervariasi dari difficult, very
difficult, hingga ekstrem difficult.
anggota tim yang antri melakukan pemanjatan kini benar-benar menguji nyali,
harus bersabar dan konsentrasi saat melewati tebing dengan cara scrambling.
Satu persatu anggota tim berhasil mencapai punggungan. Langit cerah, matahari
menampakkan sinarnya memberi kehangatan bagi makhluk bumi dan tak mengenal
lelah bagi anggota Investigasi tim B. kegiatan observasi dan pengambilan titik
koordinat tiap objek flora dan fauna endemic terus berlanjut. Meskipun anggota
tim terkadang menebas pada punggungan tersebut yang telah tertutupi dengan
rimbunnya semak dan pepohonan. Pada beberapa tempat, tim menemukan beberapa
jerat anoa yang dipasang oleh pemburu diantara semak rotan yang sulit dilalui
oleh tim. Selama enam jam melintasi punggungan bukit tim akhirnya kembali menyisir
tebing menuju sungai yang tidak begitu jauh lagi. Penyusuran sungai pun dilalui
namun terkadang tim harus berbelok mencari jalan altenatif dengan menebas rotan
berduri untuk mencari celah jalan yang dapat dilalui hingga menjelang malam
tiba. Tim melakukan camp pada pinggiran sungai namun hujan lagi-lagi turun,
suhu dingin begitu terasa menyatu dalam suasana lelah, lengkap sudah nikmatnya
petualangan ini yang banyak duka. Usia makan malam anggota tim akhirnya
istirahat dibalik kehangatan Sleping Bag hingga pagi hari. Gemuruh air sungai
dan bunyi irama sang binatang malam serta deru suara mistik menyatu dalam
konsentrasi ingatan. Mata sulit terpejam terutama penulis. namun akhirnya pulas juga.
Hari kelima 19 Juli 2010 tiba waktunya yang ditargetkan untuk berjumpa
dengan tim A. penelusuran sungai kembali dimulai yang semula diplot jalur
sungai yang berhulu pada Pasaran Anjayya. Tim tetap terkadang menebas belukar
untuk melewati tepian sungai. Tantangan alam yang dihadapi oleh anggota tim
dalam perjalanan mulai dari meningkatnya fluktuasi cuaca, terkadang hujan,
berawan, cerah dan hujan lagi, ditambah serangan pacet dan agas yang dirasakan
saat memulai perjalanan ini. Selain dengan membawa rangsel yang berat juga
harus ekstra hati-hati melewati bebatuan licin pada sungai yang deras. Selama
tujuh jam perjalanan namun belum ada tanda-tanda ditemukannya Pasaran Anjayya
yang menjadi target akhir hari ini. Hingga pada kondisi tersebut tim akhirnya
kembali dihadang oleh jalur ekstrim, dihadapan kami terdapat air terjun yang
sulit dilalui untuk menempuh lintasan pada sisi kanan dan kiri air terjun.
Meskipun harus melawan arus dengan cara scrambling
pada celah bebatuan namun hal itulah solusi akhir. Beberapa saat telepas
dari tantangan ini lagi-lagi dihadapan menghadang kembali air terjun serupa
dengan ketinggian kurang lebih 20 meter. Pada sisi kiri terdapat sungai kecil
yang memudahkan kami untuk melewatinya hingga tim kembali memutar menuju hulu
sungai air terjun lalu menyusur sungai selanjutnya selama tiga jam hingga hari
telah sore. Jam menunjukkan pukul 16.53 tim pun camp pada tepian sungai yang
landai. Pukul 20.00 WITA usai makan malam, anggota tim mencoba menghubungi tim
A melalui Handy Talky namun hasilnya
pun nihil karena tim masih terperangkap pada lembah. Disisi lain dapat
terhubung ke posko induk pemantauan (rumah P.Edi) saat itulah kami baru
komunikasi setelah sekian hari terjebak
dan tanpa memberikan informasi. Kesempatan itulah kami pergunakan untuk
melaporkan perkembangan jalannya Investigasi hingga pada kondisi tiap anggota
tim serta suka dan dukanya perjalanan. Pada posko yang konvermasi ketim A
tentang lokasi tim B saat itu dan meminta untuk tetap menunggu pada pos tujuh
hingga kedatangan tim B meskipun kesepakatan akan bertemu pada hari kelima. Tim
A sepakat untuk menunggu dengan kondisi kehabisan logistic. Malam itu kami
saling memberi info dengan sedetail mugkin dan terkadang diiringi canda dan
cerita pengalaman perjalanan dan posisi camp saat itu yang kurang lebih 200
meter dari Pasaran Anjayya, suasana suara mistik mengiringi canda kami namun
terkadang membangkitkan bulu roma. Tak habis cerita malam itu tentang suka
dukanya perjalanan, saat itu kami bertiga ditengah belantara yang jauh dari
orang-orang hingga rasa mengundang untuk tidur dibalik hangatnya sleping bag
masing-masing.
Pada hari keenam 20 Juli 2010 lengit cerah, mentari pagi
menyelinap dibalik dedaunan, kicau burung pun ramai terdengar seolah ikut
menyambut hangatnya mentari pagi. Udara yang masih dingin daun-daun pun basah
oleh embun dan kicauan burung tersebut bagaikan simponi alam yang mengalun
megah. Sebuah perasaan yang amat kontras bila dibandingkan dengan kehidupan
perkotaan yang sumpek dan padat serta dipenuhi asap-asap polusi. Alangkah
menyenangkannya berada di alam kebebasan, menghirup udara segar sepuasnya.
Sehabis sarapan pagi dengan mengonsumsi mie instan, sereal coklat dan susu
hangat tim pun packing dan bersiap menuju Pasaran Ajayya yang tak jauh lagi
dari camp. Selama 3 jam berputar yang semula menyusuri sungai kecil pada sisi
kiri camp, tim lalu kebingungan akan letak Pasar Anjayya yang ternyata ada pada
sisi kanan 200 dan akhirnya tempat tersebut berhasil didapatkan.
Perlahan dan pasti satu-persatu anggota tim memasuki areal Pasar Anjayya yang ternyata sebuah
lahan kosong seluas setengah lapangan
bola yang hanya ditumbuhi savana setinggi lutut orang dewasa, tim mencoba
mengintip dibalik semak guna mengantisipasi adanya anoa di padang tersebut,
akan tetapi kami pun belum beruntung.
Seputar tentang Pasar Anjayya yang anehnya tak ditumbuhi
sebatang pohon pun di dalamnya, maka tak salah pula orang menyebutnya PASAR
ANJAYYA (Pasar Setan) dari makna grammatical Bugis/Makasassar. Di atas
sana tampak memutih padang edelweis pada
lereng-lereng Gunung Lompobattang. Berselang kemudian tim melanjutkan
perjalanan menuju Lembah Karisma dengan menempuh jalur umum yang dipergunkan
oleh para pendaki yang lintas dari Gunung Lompobattang menuju Gunung
Bawakaraeng. Satu jam kemudian tim akhirnya tiba di Lembah Karisma, usai
instirahat sejenak dan mengganjal perut keroncongan dengan cemilan-tim menuju
pos 7 dimana tim B berada. Pertimbangan tim dengan memotong jalur ke pos 7 akan
lebih cepat, Jalur mulai tak terlihat tim pu kebingungan. Inisiatif dengan
membuka jalur dan terkadang menyusur jalur pencari rotan hingga akhirnya jalur
menghilang pada semak beluka, terkadang pula menebas rotan dan belukar menuju
dasar tebing dengan kemiringan 500 waktu pun tak disia-siakan agar
tim tak terjebak malam pada sisi tebing. Rasa lapar dan haus yang hampir
menjatuhkan mental pada kondisi ini
namun setelah terdengarnya teriakan dari punggungan bukit yang diperkirakan
dari tim A yang sedang menanti. Tim B pun akhirnya bersemangat meskipun belum
ada tanda-tanda mencapai punggungan bukit yang setinggi 1500 mdpl disebabkan
dengan beratnya medan dengan situasi buka jalur. hari mulai gelap tim B tak
mampu meloloskan diri dari jebakan tebing. Jam menunjukkan 18.30 wita tim
akhirnya camp dengan tenda berdiri dengan posisi yang kurang tepat ditempat
kemiringan. Usai ganti pakaian tim timpun istirahat dan menikmati cemilan yang
masih tersis, sungguh berat dan menantangnya perjalanan selama ini semua
tergambar pada raut muka tiap anggota tim B terutama penulis. Namun disatu sisi
memberikan pelajaran dan pengalaman yang sangat berarti untuk selalu dekat
dengan alam. Kedewasaan akan selalu muncul ketika dapat mengambil hikmah dari
tiap pengalaman itu. Tim pun istirahat meskipun rasa lelah memaksa untuk tidup
pulas pada sisi kemiringan.
Pagi hari cuaca cerah pada 21 Juli 2010, tepat sudah satu minggu
pengembaraan ini. Sehabis packing tim melanjutkan pendakian menuju puncak bukit
selama 3 jam yang terkadang melaluinya dengan cara srambling. Tim pun kembali
menempuh jalur normal hingga beberapa saat kemudian tim pun berjumpa dengan tim
A. rasa gembira pun menghangatkan suasana setelah berjumpa kembali, terkadang
diiringi canda dan tawa serta bertukar
cerita dan pengalaman. Kedua tim pun beristirahat dan makan siang dari logistik
yang masih tersisa. Pukul 12.00 wita kedua tim pun melanjutkan perjalanan
menuju Ma’ra. Disepanjang perjalanan cerita dan kelakar pun tak ada habisnya
mewarnai perjalanan. Tim tiba pada camp semula (rumah penduduk) pada pukul
18.40 wita yang disambut kawan-kawan yang telah lama menanti.
Akhirnya kami akan selalu berkata….. bahwa kami akan selalu
berada pada interior alam yang tak bisa kami rancang kecuali kami hanya bisa
menikmati dan menjaganya…. Karena
alamlah yang selalu membelai dan memberikan pengalaman sekaligus guru yang tak habis mendidik orang yang dekat
dengannya.
Maju terus Eksplorasi,,,,,,
Ditulis
oleh: Ahmad Darwis (Oemar) Mapala PTM Sinjai NRA.III.28806.043.BSM
(Anggota Tim
Investigation Ma’ra 2010)
Kaluhara
Indonesia.