OPTIMALISASI AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PENDIDIKAN KEAGAMAAN (PENDIDIKAN ISLAM)
(Studi Kasus Pendidikan Islam Di MTs Negeri Manimpahoi
Kec. Sinjai Tengah Kab. Sinjai)
Oleh : Achmad Darwis (oemar)
SKRIPSI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH SINJAI
2009

ABSTRAK
Identitas:
Nama
Nim  
Jurusan/Prodi
Judul Skripsi
:
:
:
:
Oemar (achmad darwis)
0701010556
Tarbiyah/Pendidikan Agama Islam
“Optimalisasi Aktivitas Belajar Siswa Melalui Pendidikan Keagamaan” (Studi Kasus Pendidikan Islam di MTs Negeri Manimpahoi Kec. Sinjai Tengah)
Pendidikan agama Islam dimaksudkan untuk meningkatkan potensi spritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa  kepada Allah swt dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan Agama, peningkatan potensi spiritual mencakup pengenalan, nilai-nilai keagamaan yang akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai  potensi yang dimiliki siswa dalam mencapai tujuan pendidikan agama Islam di Madrasah Tsanawiyah Negeri Manimpahoi.
Dalam proses belajar mengajar, guru merupakan kunci kesuksesan yang ingin dicapai juga sebagai sumber ilmu pengetahuan. Guru sebagai pendidik dianggap mampu dan cakap dalam mengelolah proses pembelajaran khususnya pada Madrasah Tsanawiyah dengan mengoptimalkan fakto-faktor yang ada. Maka dari itu pula terwujud prilaku belajar yang optimal dan kondusif  bagi setiap siswa merupakan salah tujuan tecapainya pendidikan secara umum dan pencapaian pendidikan Islam.
Melihat bahwa pendidikan pada saat ini merupakan langkah awal pembentukan watak dan kepribadian peserta didik, dengan demikian hal yang berpengaruh adalah dengan mengoptimalkan bentuk potensi penunjang belajar, penyelenggaraan tata tertib sekolah dan lingkungan yang bernungsa keislaman, serta peranan orang tua dalam hal bimbingan guna pencapaian tujuan tersebut.


BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang  Masalah
Seiring dengan tuntutan pembangunan nasional yaitu terwujudnya manusia Indonesia yang berkualitas, cerdas, beriman, beriptek dan berakhlakul karimah sebagai tujuan dari pendidikan agama Islam. Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa agar memahami, terampil melaksanakan dan mengamalkan ajaran agama islam melalui kegiatan pendidikan. Tujuan pendidikan Islam di sekolah yaitu siswa memahami dan menyadari serta terampil melaksanakan ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi pribadi-pribadi  muslim  yang sebenar-benarnya atau secara kaffah, namun bukan hanya dituntut bagi individu - individu tertentu akan tetapi secara keseluruhan umat islam sepenuhnya. hal inilah yang mengisyaratkan dengan ayatnya dalam Al-Quran surat Al-Baqarah: 208 yang berbunyi :

1
"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesunggunnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (Q.s. Al-Baqarah: 208).[1]

Ayat di atas memberikan gambaran yang sangat jelas bahwa betapa pentingnya mempelajari dan memaksimalkan pendidikan agama Islam dalam kehidupan bermasyarakat terlebih dari segi pendidikan di sekolah sebagai lembaga yang senantiasa berorientasi dengan masalah pendidikan yang banyak mengeluarkan pribadi-pribadi yang berintelektual, spiritual dan sosial dalam beragama dan bermasyarakat.
Optimalisasi pendidikan keagamaan tidak berarti perubahan jumlah jam pelajaran di sekolah, tetapi melalui optimalisasi upaya  pendidikan agama Islam itu berupa optimalisasi mutu pengajaran agama Islam dan optimalisasi sarana dalam lingkup madrasah sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam. Madrasah merupakan ujung tombak terdepan dalam pelaksanaan proses pendidikan Islam. Madrasah sebagai lembaga pendidikan yang tumbuh dan berkembang dari tradisi pendidikan agama dalam masyarakat, memiliki arti penting sehingga keberadaannya terus diperjuangkan. Madrasah adalah sekolah umum yang bercirikan Islam.
Menurut Enung K. Rukiati dan Fenti Hikmawati tentang madrasah adalah:

“Tempat pendidikan yang telah diatur sebagai sekolah dan memuat pendidikan dan ilmu pengetahuan agama islam menjadi pokok pengajaran”.[2]

Pengertian ini yang menunjukkan bahwa dari segi materi kurikulum, madrasah mengajarkan pengetahuan umum yang sama dengan sekolah-sekolah umum yang sederajat. Hanya saja yang membedakan madrasah dengan lembaga pendidikan umum adalah banyaknya pengetahuan agama yang diberikan di bawah naungan Departemen Agama.
Pendidikan agama Islam sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah mempunyai  peranan yang sangat strategis dan signifikan dalam pembentukan moral, akhlak, dan etika peserta didik yang sekarang ini berada pada titik rendah dalam perkembangan spiritual peserta didik. kegagalan pendidikan agama Islam untuk menciptakan peserta didik yang berkarakter dan berkepribadian Islami tidak lepas dari kelemahan aktor utama dalam proses pendidikan Islam di kelas, yakni kelemahan guru agama Islam dalam mendesain dan mengemas serta membawakan mata pelajaran kepada para peserta didik. Peserta didik sebagai raw material dalam proses transformasi dan internalisasi menempati posisi yang sangat penting untuk dilihat signifikasi dalam menentukan sebuah proses, berbeda dengan komponen lain dalam sistem pendidikan, komponen siswa dalam proses sangat bervariasi, ada yang sudah jadi, setengah jadi, bahkan ada yang masih mentah, kondisi ini memunculkan banyak persoalan dalam menentukan titik star untuk melakukan proses pendidikan.[3]  Konsep transformasi pembelajaran membutuhkan pengertian yang mendalam antara aktor utama seorang pengajar dan para peserta didik dengan berbagai cara dan metode yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Islam bagi tiap peserta didik, yang mana tujuan pendidikan Islam merupakan hasil dari usaha pembinaan, pengajaran kepada para peserta didik yang sepatutnya melahirkan individu-individu yang baik, memiliki budi pekerti, nilai-nilai luhur yang mulia yang dengan ikhlas menyadari tanggung jawabnya kepada tuhannya, serta memahami dan melaksanakan kewajiban-kewajibannya baik untuk dirinya maupun dalam bermasyarakat dan berupaya terus mengembangkan setiap aspek dalam dirinya menuju kemajuan sebagai manusia yang beradab. Begitu pun pendapat lain yang dikemukakan oleh Ahmad Tafsir menyatakan lebih umum bahwa tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya orang yang berkepribadian muslim (manusia) yang berakhlak mulia, manusia sempurna.[4]
Dalam upaya mengoptimalkan misi pembelajaran siswa di sekolah dengan pendidikan keagamaan perlu konsep yang menjelaskan lebih terperinci. Efesiensi dan maksimalnya kegiatan belajar adalah merupakan hal urgen yang diperlukan dalam pengelolaan pembelajaran sehingga proses pembelajaran tetap terarah dan berkesinambungan melalui kegiatan-kegiatan penunjang keagamaan. Penguasaan-penguasaan skil-skil praktis keagamaan, juga diarahkan pada pembiasaan, usaha yang dapat dilakukan untuk menunjang hal tersebut adalah memasukkan nuansa-nuansa keagamaan dalam sekuensi proses pembelajaran di kelas begitu pun seperti forum-forum studi keislaman lainnya.[5]
Melihat urgensi dari makna tujuan pendidikan Islam tersebut atas, yang memiliki kaitan erat dengan tema pembahasan  ini, maka hal tersebut menjadi dasar dan salah satu alasan mengapa diperlukan untuk dibahas lebih  lanjut.

B.   Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut maka yang menjadi masalah pokok adalah bagaimana Mengoptimalkan Aktifitas Belajar Siswa Melalui Pendidikan Keagamaan (pada Studi Kasus Pendidikan Islam di Madrasah Tsanawiyah Negeri Manimpahoi Kec. Sinjai Tengah). Untuk lebih memperdalam pembahasannya maka penulis mengemukakan beberapa sub masalah yaitu :
1.   Bagaimana mengoptimalkan aktifitas belajar siswa melalui pendidikan keagamaan (pendidikan Islam) di Madrasah Tsanawiyah Negeri Manimpahoi Kec.  Sinjai Tengah?.
2.   Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi optimalisasi aktifitas belajar siswa melalui pendidikan keagamaan (pendidikan Islam)?
3.   Bagaimana prestasi siswa dalam belajar dengan menggunakan pendidikan keagamaan (pendidikan Islam)?

C.   Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas maka penulis dapat mengemukakan hipotesis  sebagai jawaban sementara yang masih membutuhkan pembuktian lebih lanjut. Hipotesis yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1.   Mengoptimalkan aktifitas belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Manimpahoi Kec. Sinjai Tengah dapat dilakukan berbagai  kegiatan – kegiatan dengan memasukkan naunsa-nuansa keagamaan dalam aktivitas siswa pada kehidupan siswa sehari-hari, menciptakan kondisi belajar yang efektif dengan menyelenggarakan peraturan dan tata tertib yang harus ditaati oleh siswa di kelas pada khususnya dan pada lingkungan Madrasah pada umumnya.
2.   Faktor yang mempengaruhi optimalnya aktifitas belajar siswa seperti kondisi lingkungan, dorongan orang tua serta peranan pengajar dan siswa secara sempurna dalam interaksi belajar mengajar.
3.   Prestasi siswa dikatakan baik karena terdapat pengaruh positif dalam mengoptimalkan kegiatan belajar siswa melalui pendidikan Islam terhadap pengembangan wawasan guru dan siswa sehingga tujuan pendidikan Islam tercapai secara maksimal.

D.  Pengertian Judul
Untuk mendapatkan pengertian yang benar dan membatasi pengertian judul serta menghindari terjadinya salah pengertian dari judul yang dimaksud maka penulis mengemukakan beberapa istilah penting dalam judul pembahasan ini antara lain:
Optimalisasi, secara ethimologi adalah memaksimalkan sesuatu. Beberapa rangkaian pengertian lain yaitu, optimal berarti tertinggi, paling menguntungkan. Mengoptimalkan; proses, cara, perbuatan. mengoptimalkan. menjadi paling baik, paling tertinggi atau paling menguntungkan.[6]
Aktivitas, dapat berarti kegiatan yang dilakukan untuk mencapai sesuatu. Sesuatu yang dilakukan dalam berbagai bentuk untuk mencapai sesuatu maka dengan usaha   berkesinambungan.
Belajar adalah suatu perubahan pada diri individu dengan lingkungannya yang menjadikannya mendapat kemampuan yang lebih tinggi untuk hidup secara damai dalam lingkungannya.[7]
Pendidikan keagamaan adalah pendidikan yang senantiasa memberikan nilai moral bagi individu untuk berkembang menjadi manusia yang sebaik-baiknya.
Pendidikan Islam adalah kesatuan atau sebagai system yang terdiri atas komponen-komponen yang rumit yang berusaha mengembangkan pandangan atau semangat hidup islam, yang dimanifestasikan dalam sikap hidup dan keterampilan hidup yang islami.[8]
Selanjutnya penulis dapat menarik kesimpulan bahwa dari judul ”Optimalisasi Aktivitas Belajar Siswa Melalui Pendidikan Keagaman” (Studi Pendidikan Islam di Madrasah Tsanawiyah Negeri Manimpahoi Kec. Sinjai Tengah), bahwa dari  beberapa pengertian istilah penting dari pembahasan di atas adalah memaksimalkan proses kegiatan siswa dengan berbagai pengajaran keagamaan dalam hal pendidikan islam, untuk menunjang dan mencapai hasil kegiatan pembelajaran yang maksimal atau sempurna maka diperlukan pengelolaan maupun pengajaran pendidikan Islam yang bervariasi di sekolah dalam artian sesuai bentuk metode penerapan masing-masing  yang dilakukan oleh seorang guru mata pelajaran pendidikan Islam di sekolah sehingga siswa dapat memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari atau berkepribadian islami, sehingga perwujudan siswa mengamalkan dan bertingkah laku dengan budi pekerti yang islami tampak pada situsi belajar di lingkungan sekolah maupun dalam masyarakat pada umumnya.
Hal tersebut dapat dikatakan bahwa proses belajar mengajar yang tetap dihiasi berbagai bentuk aktivitas penunjang merupakan salah satu inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang utama yang mempunyai tanggung jawab memberikan / mentransfer ilmunya kepada siswa dengan nilai-nilai moral dan ibadah.

E.   Tinjauan Pustaka
Dalam relefansinya dengan penelitian ini, yang menjadi pokok inti pembahasan adalah kajian tentang “Optimalnya kegiatan belajar siswa melalui pendidikan Islam di Madrasah Negeri Manimpahoi Sinjai Tengah”, kajian ini sengaja diketengahkan dengan pertimbangan bahwa menurut penyelidikan penulis belum ada tulisan yang secara spesifik membahas mengenai hal ini dengan kajian yang menyeluruh.
Pembahasan mengenai optimalisasi kegiatan belajar siswa melalui pendidikan keagamaan di sekolah sangat erat kaitannya dengan kegiatan sehari-hari yang mana telah banyak dibahas dalam bentuk karya ilmiah maupun makalah dalam tinjauan yang berbeda-beda, Namun pada pembahasan kali ini penulis lebih menguraikan mengenai pendidikan Islam sebagai ruang lingkup dari pembahasan skripsi ini.
Secara utuh optimalisasi aktifitas belajar siswa terdiri dari empat kata yang berlainan makna, namun penulis lebih mengetengahkan pengertian yang bersifat spesifik tersebut, yaitu suatu kegiatan belajar siswa yang diupayakan maksimal dan secara sempurna sehingga pembelajaran dapat lebih baik untuk mencapai tujuan pendidikan atau menjadi paling baik dan paling maksimal terhadap suatu usaha untuk sebuah tujuan yang sempurna.
Pada penelitian sebelumnya berjudul “Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Nilai-Nilai Keagamaan (Studi di SMP Muhammadiyah 3 Depok Yogyakarta)” telah mengulas aspek belajar yang berkaitan dengan pendidikan keagamaan akan tetapi belum begitu mengarah pada sasaran dan objek penelitiannya. Namun perlu diketahui bahwa setiap penyusunan memiliki sudut pandang  tersendiri sehingga menyebabkan masih adanya sisi-sisi lain yang belum tersentuh dalam pembahasan tersebut. Olehnya penulis berkeinginan melakukan penelitian tentang sejauh  mana hasil yang dari  kegiatan belajar di sekolah atau Madrasah Tsanawiyah Negeri Manimpahoi Kec. Sinjai Tengah melalui pendidikan keagamaan (pendidikan Islam) yang dapat membentuk generasi muda Islam yang berakhlak mulia.

F.   Tujuan dan Kegunaan Penelitian
  1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang dimaksud:
a.    Untuk mengetahui sejauh mana gambaran optimalnya aktifitas belajar siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri Manimpahoi Kec. Sinjai Tengah melalui pendidikan Islam.                     
b.   Untuk mengetahui peranan kegiatan pendidikan Islam di Madrasah Tsanawiyah Negeri Manimpahoi Kec. Sinjai Tengah.
c.    Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi optimalisasi dan efektifitas kegiatan belajar siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri Manimpahoi Kec. Sinjai Tengah melalui pendidikan Islam.
d.   Memperbaiki dan meningkatkan kondisi serta kualitas pembelajaran di kelas khususnya di Madrasah Tsanawiyah Negeri Manimpahoi Kec. Sinjai Tengah.
e.    Memberikan kesempatan guru untuk memberikan pengkajian terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
  1. Kegunaan Penelitian
a.    Dapat memberikan input bagi siswa MTs Negeri Manimpahoi Kec. Sinjai Tengah dalam rangka meningkatkan pola aktifitas belajar melalui pendidikan yang bersifat dan bernuansa keislaman.
b.   Diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang ingin mengetahui pentingnya mengoptimalkan aktifitas belajar siswa dan keterampilan guru didalam mengajar melalui pendidikan Islam.
c.    Salah satu sumbangsih pemikiran ilmiah dan informasi yang bermanfaat bagi masyarakat akan pentingnya pembelajaran dengan pendidikan keagamaan dan salah satu langkah pada pembentukan ketahanan moral generasi bangsa.
d.   Dapat menjadi bahan komparatif bagi peneliti selanjunya, serta dapat menjadi bahan masukan bagi pembaca, khususnya bagi tenaga pengajar yang menginginkan terciptanya kondisi belajar yang optimal.


G.  Garis Besar Isi Skripsi
Garis besar isi skripsi ini dirumuskan untuk memudahkan pembaca mengetahui isi yang terkandung dalam skripsi ini. Dalam uraian ini secara global penulis menguraikan hal yang terkandung dalam judul skripsi ini yaitu “Optimalisasi Aktivitas Belajar Siswa Melalui Pendidikan Keagamaan” (Studi kasus pendidikan Islam di MTs Negeri Manimpahoi Kec. Sinjai Tengah). Adapun uraian yang dimaksud adalah sebagai berikut :
Bab I, merupakan bab pendahuluan yang didalamnya meliputi: latar belakang, rumusan masalah, hipotesis, pengertian judul, tujuan dan kegunaan penelitian, dan garis besar isi skripsi.
Bab II, akan diuraikan tentang telaah pustaka/kajian teoritis yang meliputi, pengertian optimalisasi aktivitas belajar siswa, pengertian pendidikan keagamaan (pendidikan Islam), tujuan pendidikan Islam, strategi pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI), dan upaya mengoptimalkan aktivitas belajar siswa dengan melalui pendidikan keagamaan.
Bab III, memuat metode penelitian yang didalamnya mencakup populasi dan sample, instrument penelitian, prosedur pengumpulan data, dan teknik analisis data.
Bab IV, sebagai pembahasan inti yakni hasil penelitian yang meliputi masalah dan sejarah singkat lokasi penelitian atau kondisi objek lokasi penelitian, Gambaran aktifitas belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Manimpahoi melalui pendidikan keagamaan (Pendidikan Islam) ,dan Optimalisasi aktivitas belajar siswa melalui pendidikan Islam di Madrasah Tsanawiyah Negeri Manimpahoi Kec. Sinjai Tengah.
Bab V, adalah  bab penutup yang di dalamnya dikemukakan kesimpulan dan implikasi penelitian dari skripsi ini.

BAB II
KAJIAN TEORITIS

Telaah pustaka atau kajian teoritis optimalisasi kegiatan belajar siswa melalui pendidikan kegamaan dipengeruhi oleh berbagai faktor antara lain kaitan kegiatan belajar dengan kondisi lingkungan atau sesuai dengan dunia nyata sehingga siswa merasa pembelajaran menjadi lebih bermakna atau memiliki manfaat dalam kehidupan sehari-hari.

A.   Pengertian optimalisasi aktivitas belajar siswa
Secara sederhana optimalisasi aktivitas belajar siswa dapat dipahami sebagai cara kegiatan memaksimalkan pembelajaran sehingga menjadi lebih baik untuk mencapai tujuan belajar. Dengan demikian pelaksanaanya dapat dilakukan secara berkesinambungan.
Optimalisasi aktivitas dapat berupa memanfaatkan berbagai bentuk peluang dan kesempatan belajar yang dihiasi dengan kegiatan-kegiatan positif dan bermanfaat guna pencapaian hasil belajar maksimal sehingga motifasi dan kesadaran tetap tecipta dengan reaksi untuk berbuat lebih.

15
 
Belajar merupakan suatu aktivitas yang dilakukan untuk memperoleh perubahan dalam diri individu yaitu dari suatu ketidakbiasaan atau ketidaktahuan menjadi mengerti atau mengetahui sesuatu, Belajar dapat pula sebagai suatu aktifitas yang sadar akan tujuan. Tujuan dalam belajar adalah tercapainya suatu perubahan dalam diri individu, perubahan dalam menuju perkembangan pribadi individu-individu seutuhnya. Belajar pun dapat dikatakan bahwa usaha untuk memulai sesuatu dari tidak tahu menjadi tahu, atau dapat pula dikatakan bahwa suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara  keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya,. Disamping itu juga pengertian lain yang dikemukakan oleh M. Ngabalin Purwanto, mengatakan bahwa :
Belajar adalah tingkah laku yang mengalami perubahan, karena belajar menyangkut aspek kepribadian baik fisik maupuin psikis seperti perubahan dalam pengertian pemecahan masalah/berpikir, keterampilan, kebiasaan atau sikap.[9]

Menurut Slameto:
Belajar adalah proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.[10]

 Setelah kita mengetahui dari pengertian diatas maka dapat kita pahami secara umum pengertian tersebut bahwa aktifitas belajar yang dilaksanakan siswa diupayakan maksimal dalam pengelolaannya untuk pembelajaran yang menguntungkan terhadap prestasi belajar yang diperoleh melalui  suatu proses yang dinamakan usaha, keuletan, dan ketekunan.
Belajar pada dasarnya berdampak pada perubahan tingkah laku dalam kehidupan sehari-sehari  baik pada waktu yang cukup lama maupun dalam waktu yang singkat prosesnya.
Muhibbin Syah Mengatakan :

Belajar pada dasarnya tahapan perubahan  prilaku siswa yang relatif positif dan menetap sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya yang melibatkan proses kognitif.[11]

Dari definisi di atas dapat dipahami, bahwa belajar adalah suatu rangkaian kegiatan respon yang terjadi dalam proses belajar mengajar, yang menimbulkan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh.
Jika dalam proses belajar tidak membawa perubahan terhadap salah satu aspek di atas, maka seseorang tidak dapat dikategorikan sebagai orang belajar. Karena belajar tidak hanya menuntut keaktifan  dari segi fisik tetapi juga dari segi kejiwaan, yakni pikiran dan mental yang merasakan perubahan. Jadi hakekat belajar disini adalah perubahan. Namun untuk mencapai hal kesempurnaan hasil belajar maka diperlukannya aktivitas yang ulet dan maksimal terutama dalam menyikapi berbagai bentuk kegiatan yaitu pada proses belajar disamping nilai-nilai keagamaan tetap menjadi prioritas dalam berbuat.
Terkait dengan hal tersebut bahwa dalam memaksimalkan kegiatan belajar melalui berbagai kegiatan pembelajaran keagamaan akan lebih menambah efektifitas dan hasil pembelajaran sehingga tampak pada prilaku siswa dalam kehidupan sehari-hari dalam kaitannya pendidikan Islam, kalimat Pendidikan Islam dapat diartikan bahwa ilmu yang mempelajari tentang pendidikan agama Islam baik melalui pendidikan formal maupun pendidikan non formal.

B.   Pengertian Pendidikan Keagamaan (Pendidikan Islam)
Sebelum penulis menjelaskan tentang pendidikan, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan tentang pendidikan secara umum. Namun penulis lebih spesifik memberikan pengertian tentang pendidikan Islam sebagaimana dengan kaitan judul skripsi ini. Dalam bahasa Indonesia pendidikan berasal dari kata didik yang mendapat awalan pe- dan akhiran -an yang berarti proses perubahan sikap dan tingkah laku dalam upaya pengajaran dan pelatihan. Istilah pendidikan semula berasal dari bahasa Yunani yaitu pedagogik, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak istilah ini pun diterjemahkan kedalam bahasa inggris dengan education yang berarti pengembangan atau bimbingan. Sedangkan dalam bahasa Arab kata yang biasa digunakan dalam pendidikan adalah ‘tarbiyyah’. Kata ‘tarbiyah’ berasal dari tiga kata, pertama ‘raba’, ‘yarbu’ yang berarti bertambah dan tumbuh, kedua ‘rabiya’, ,yarbu, yang berarti tumbuh dan berkembang. Ketiga kata‘rabba’ ‘yarubbu’ yang berarti memperbaiki, menguasai, memimpin, menjaga dan memelihara. Pendidikan Islam secara umum dapat diartikan bahwa ilmu yang mempelajari tentang pendidikan agama Islam baik melalui pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Hal tersebut dikemukakan pengertian Pendidikan Islam dibawah ini yaitu:
Menurut Zulkarnain bahwa:
Pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaniyahnya, akal dan keterampilannya.[12]

Dari uraian tersebut dapat pula diketahui bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk membimbing, mengajar dan mengasuh anak didik dalam jasmani dan rohani untuk mencapai kecerdasan sesuai dengan ajaran agama Islam yang pada akhirnya dapat mengamalkannya serta menjadikan ajaran agama tersebut sebagai pandangan hidup sehingga dapat mendatangkan keselamatan dan kesejahteraan didunia dan akhirat.[13] Disamping pendidikan ideal didalamnya juga diajarkan ilmu karena ia mengandung kelezatan kejiwaan, untuk sampai pada hakekat ilmiah dan akhlak yang terpuji.
Istilah pendidikan Islam masih sering disamakan dengan istilah pendidikan agama Islam, kedua istilah tersebut masih saling dipertukarkan atau disamakan. Salah pengertian penyebutan tersebut masih dapat dipahami, karena Islam adalah nama agama. Jadi boleh saja menyebut “pendidikan Islam dengan sebutan pendidikan agama Islam”. Secara umum dikatakan bahwa pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam. Oleh sebab itu pendidikan Islam senantiasa dan bersumber pada Al-Quran dan Hadis nabi.
Pendidikan Islam diberikan untuk mengikuti tuntunan bahwa Agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang bertakwa kepada Allah swt dan berakhlak mulia, serta tujuan untuk menghasilkan manusia yang jujur, adil, budi pekerti, etis, saling menghargai, disiplin, harmonis, dan produktif baik personal maupun sosial.

C.   Tujuan Pendidikan Islam
Perlu diketahui bahwa tujuan utama pendidikan Islam adalah membentuk moral dan akhlak yang tinggi dan mulia dalam kehidupan ditengah-tengah umat beragama, berbangsa maupun bernegara.
Tujuan adalah suatu yang diharapkan tercapai setelah usaha atau kegiatan selesai dilaksanakan. Demikian pula dengan pendidikan yang memiliki target yang ingin dicapai dalam hubungan dengan pendidikan Islam, bila pendidikan kita pandang sebagai suatu proses, maka proses tersebut akan berakhir pada tercapainya tujuan akhir pendidikan dalam proses, tujuan akhir merupakan tujuan tertinggi yang hendak dicapai, suatu tujuan yang hendak dicapai oleh pendidikan pada hakikatnya adalah suatu perwujudan dari nilai-nilai ideal yang terbentuk dalam pribadi manusia yang diinginkan.
Demikian pula pendidikan pada khususnya budi pekerti merupakan jiwa dari pendidikan Islam, oleh sebabnya Islam telah memberi kesimpulan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah ruh (jiwa) pendidikan Islam dan mencapai tujuan sempurna adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan.
Para pakar pendidikan Islam telah sepakat bahwa tujuan dari pendidikan serta pengajaran bukanlah memenuhi otak anak didik dengan segala macam ilmu yang belum mereka ketahui, melainkan :
1.   Mendidik akhlak dan jiwa mereka
2.   Menanamkan rasa keutamaan (fadhilah)
3.   Membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi
4.   Mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci seluruhnya dengan penuh keikhlasan dan kejujuran.[14]
Hal ini mempunyai kaitan pengertian yang dikemukakan oleh Arifin bahwa :
Tujuan pendidikan Islam adalah menanamkan takwa dan akhlak yang berpribadi luhur menurut ajaran Islam.[15]

Umumnya tujuan pendidikan Islam dapat diartikan membentuk manusia muslim yang sebenar-benarnya atau dengan kata lain beriman dan bertakwa serta berakhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam bermasyarakat . Disisi lain juga dikemukakan oleh Zukarnain bahwa tujuan pendidikan Islam mempunyai dua sasaran yang ingin dicapai yaitu: pembinaan individu dan pembinaan sosial sebagai instrumen kehidupan di dunia dan di akhiratTujuan individu yang ingin diwujudkan adalah pembentukan pribadi-pribadi muslim yang berakhlak, beriman dan bertakwa dalam rangka mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, sedangkan tujuan sosial adalah membangun peradaban manusia yang islami serta memajukan kehidupan sosial kemasyarakatan.[16]
Dalam kaitan ini diisyaratkan dalam surat Al-Imran ayat 102 :
 "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam."[17]

Dari ayat di atas, penulis mengambil kesimpulan yang dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari bagi peserta didik bahwa tujuan pendidikan Islam yaitu meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt. Hal tersebut sudah menjadi keutamaan dari proses pendidikan Islam yang dilaksanakan baik pada pendidikan formal maupun non formal. Sekolah/madrasah sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam senantiasa bertitik tolak dari rumusan tujuan di atas sehingga keluaran dari lembaga tersebut mampu bersaing dengan lembaga pendidikan lainnya.


D.   Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Di dalam proses belajar mengajar, seorang pendidik harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efesien.[18]  Secara harfiah, kata strategi dapat diartikan sebagai seni (art), melaksanakan strategi yakni siasat atau rencana.
Berdasarkan dari uraian di atas, tentang strategi belajar, maka istilah yang sering digunakan dalam banyak konteks dengan makna yang tidak selalu sama. Kadang strategi diartikan suatu rencana tentang cara-cara pendayagunaan potensi dan sarana yang ada untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi.[19]
Secara aksplisit, tujuan strategi ini membuat peserta didik menjadi :
1.   Penuntut ilmu yang aktif sebagai pemikir dan pemecah masalah.
2.   Penuntut ilmu yang mandiri, memiliki rencana dan strategi sendiri yang efesien dalam belajar.
3.   Menuntut ilmu yang lebih sadar dan lebih mampu dalam mengendalikan proses berpikir sendiri.[20]

Dalam konteks pengajaran dan strategi dapat diartikan sebagai suatu pola umum tindakan guru kepada siswa dalam manifestasi aktifitas pengajaran. Begitu pun taktik yang digunakan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar agar dapat mempengaruhi siswa dalam mencapai tujuan pengajaran (TIK) secara lebih efektif dan efesien. Prosedur dalam proses pengajaran  dikatakan sebagai strategi belajar mengajar. Strategi belajar mengajar dapat ditempuh dengan pendekatan kelompok.
Namun demikian, belajar itu sendiri bersifat individual, maka guru harus memikirkan cara siswa untuk dapat belajar secara optimal. Dalam artian sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing.[21] Sesuai dengan maksud tersebut maka pengetahuan guru pendidikan agama Islam harus mendalam terutama meliputi hal-hal berikut :
a.    Memahami dengan baik dasar-dasar sosial dan psikologi Pendidikan Islam.
b.   Memahami karakter dan perkembangan psikologi, sosiologi dan akademi setiap pelajar.
c.    Memahami cara mengembangkan kecerdasan intelektual, emosional dan spritual peserta didik.
d.   Memahami kurikulum yang berlaku secara utuh, terutama yang menyangkut mata pelajaran pendidikan agama Islam yang menjadi bidang tugasnya.
e.    Memahami relevansi bidang studi yang diajarkan dengan ajaran-ajaran keislaman.
f.     Memahami metode pembelajaran yang tepat dan mutakhir.
g.    Memahami perencanaan proses dan evaluasi belajar yang tepat.
h.   Memahami cara memanfaatkan jam belajar yang terbatas secara efektif.
i.     Memahami cara menggunakan alat bantu (tekhnologi) dan sumber belajar secara tepat.
j.     Memahami tujuan pendidikan dan pengajaran di Madrasah (sesuai dengan tingkatannya).
k.   Memahami tujuan pendidikan nasional.
Karena itulah seorang guru atau instruktur harus menguasai beberapa macam teknik penyajian dengan baik, sehingga ia mampu memilih teknik yang paling efektif untuk mencapai suatu tujuan tersebut, tanpa terasa mengubah situasi pengajaran. Namun demikian, strategi yang baik bila dapat melahirkan metode  yang baik pula, sebab metode adalah suatu cara pelaksanaan strategi.
Dengan demikian strategi pendidikan Islam adalah seperti yang ditujukan Allah swt dalam firman-Nya :
“Dan berusahalah mendapatkan apa yang telah Allah berikan mengenai tempat tinggalmu di akhirat, dan janganlah kamu melupakan nasib hidupmu di dunia, dan berbuatlah kebaikan sebagaimana Allah berbuat kebaikan kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kebaikan di muka bumi, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”. (Q.S. Al-Qashash: 77).[22]

 Ini mempunyai hal yang sama dengan strategi pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah namun secara umum untuk melaksanakan pendidikan Islam yang berhasil perlu dilakukan pendidikan agama yang terpadu. Keterpaduan yang dimaksud adalah :
1)   Keterpaduan tujuan, berarti pencapaian tujuan pendidikan yang merupakan tanggung jawab pemangku kepentingan (stakeholder) pendidikan yaitu pemerintah, kepala sekolah, guru, siswa, orang tua dan masyarakat.
2)   Keterpaduan materi, yaitu keterpaduan isi kurikulum yang digunakan atau materi pelajaran yang dipelajari siswa hendaknya saling memilki keterkaitan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lain. Pengikat keterpaduan tersebut adalah tujuan pendidikan keimanan dan ketakwaan. Jadi selain tujuan mata pelajaran itu sendiri, hendaknya semua bahan ajar mengarah kepada terbentuknya manusia beriman dan bertakwa.
3)   Keterpaduan proses, berarti para pendidik hendaknya menyadari bahwa semua kegiatan pendidikan sekurang-kurangnya tidak berlawanan dengan tujuan pendidikan keimanan dan ketakwaan atau tercapainyan siswa yang beriman dan bertakwa.[23]
Untuk mencapai efektifitas pengajaran yang tampak pada prilaku guru yang mengajar, aktifitas siswa belajar, dan hasil belajar diperlukan ketersediaan para guru yang professional, menguasai ilmu yang diajarkan, terampil mengajarkan ilmu yang menjadi tanggung jawabnya dan memiliki kepribadian yang baik sehingga dapat diteladani (memiliki keteladanan, komitmen, loyalitas, tawadhu, ikhlas, dan takwa).[24]
Strategi lain adalah memadukan materi pendidikan budi pekerti kedalam pendidikan agama, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi dikotomi sumber nilai bagi pelaku siswa kedalam kehidupan sehari dan sekaligus pendidikan agama mendapatkan tambahan jam pelajaran yang khusus untuk memperkuat pengajaran akhlak.[25] Kedisiplinan pun menjadi salah satu penunjang tercapainya hasil maksimal, karena peranan kedisiplinan terhadap efektivitas belajar siswa karena tanpa kedisiplinan niscaya kondisi belajar pun tidak akan optimal. Atau pun dapat bertujuan agar siswa mampu berpikir dan mengemukakan pendapatnya sendiri di dalam menghadapi segala persoalan.

E.   Upaya mengoptimalkan Aktifitas Belajar Siswa Melalui Pendidikan Keagamaan
Mengapa dalam belajar diperlukan aktifitas?, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar apabila tidak ada aktifitas. Itulah sebabnya belajar merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar. Namun disisi lain untuk mencapai tujuan dalam usaha memaksimalkan kegiatan pembelajaran anak didik dengan satu pandangan bahwa anak didik adalah hamba Allah swt yang diberi anugrah berupa potensi dasar yang bisa berkembang dan tumbuh secara interaktif atau dialektis dengan  pengaruh lingkungannya. Tujuan dari pola pengembangan aktifitas belajar tersebut adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dengan pendidikan Islam. Hal ini mempunyai kaitan dengan tujuan pendidikan dan pengajaran adalah untuk membantu anak menjadi orang dewasa, mandiri dalam kehidupan bermasyarakat dengan mencapai kematangan baik intelektual, emosional, dan spiritual.[26]
Upaya mengoptimalkan aktivitas belajar siswa melalui pendidikan keagamaan dapat pula dilakukan melalui dua cara yaitu :
1.   Melalui pendidikan Intrakurikuler yaitu dengan meningkatkan semangat belajar agama Islam dengan cara membangkitkan kebutuhan akan belajar agama, mengadakan apresiasi kepada siswa saat mengajar dan menggunakan metode mengajar yang variatif.
2.   melalui pendidikan ekstra-kurikuler adapun kegiatan tersebut meliputi, shalat dhuhur, dhuha, jumat berjamaah, tadarus al-quran dan lain sebagainya.[27]
Dalam menciptakan kondisi belajar yang efektif pula, maka sedikitnya ada 5 faktor yang menentukan meningkatnya efektifitas belajar siswa yaitu, (1) melibatkan siswa secara aktif, (2) menarik minat dan perhatian siswa, (3) membangkitkan motifasi siswa, (4) prinsip individualis, (5) peragaan dalam pengajaran. Adapun uraiannya satu persatu adalah sebagai berikut :
1.   Melibatkan siswa secara aktif
Aktifitas siswa sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga siswalah yang seharusnya banyak aktif, sebab siswa sebagai  subyek didik adalah yang merencanakan dan ia sendiri yang melaksanakan belajar
2.   Menarik minat dan perhatian siswa
Minat merupakan suatu sifat yang relativ menetap pada diri seseorang. Minat besar sekali pengaruhnya terhadap belajar sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sedangkan perhatian sifatnya sementara dan adakalanya menghilang.
3.   Membangkitkan motifasi siswa.
Tugas guru adalah membangkitkan motivasi anak sehingga ia mau melakukan belajar. Motivasi dapat timbul dalam diri individu (atas kemauan sendiri) dan dapat pula timbul akibat pengaruh dari luar dirinya.
4.   Prinsip individualisme.
Pengajaran individual bukanlah semata-mata pengajaran yang hanya ditujukan kepada seseorang saja, melainkan dapat saja ditujukan kepada sekelompok siswa atau kelas, namun dengan mengakui dan melayani perbedaan siswa, sehingga pengajaran itu mungkin berkembang potensi masing-masing siswa secara optimal.
5.   Peragaan dalam pelajaran
Belajar yang efektif harus dimulai dengan pengalaman langsung atau pengalaman konkrit dan menuju pada pengamalan abstrak. Belajar akan efektif jika dibantu dengan alat peraga langsung.[28] Dengan demikian guru harus merangsang dan menformulasikan kegiatan – kegiatan yang berlangsung dalam proses belajar mengajar sehingga mencapai tujuan yang direncanakan.
Disisi lain secara khusus siswa pula perlu melibatkan diri sebagai bagian dari pelaku sekaligus objek dalam proses mengptimalkan kegiatan belajar. Menurut Prof. Dr. M. Athyah al-Abrasyi, seorang siswa atau peserta didik, wajib memperhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut:
1.   Sebelum mulai belajar, peserta didik itu harus terlebih dahulu membersihkan hatinya dari segala sifat yang buruk.
2.   Berdoa sebelum dan sesudah belajar, berdoa sebelum belajar, meminta kepada Allah swt, agar memudahkan menerima ilmu, karena hanya Allah swt sajalah Yang Maha Kuasa lagi Maha Pemberi Ilmu.
3.   Sopan dan taat kepada guru. Guru adalah orang yang sangat berjasa kepada siswa atau peserta didik, karenanya menghormati guru dan memuliakannya adalah kewajiban peserta didik. Begitu pula kewajiban peserta didik bertanya kepada guru atau orang yang memiliki  ilmu pengetahuan.
4.   bersungguh-sungguh dalam belajar.[29]
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa pengembangan kegiatan belajar mengajar mesti diterapkan dan diatur sedemikian rupa dengan mendorong peserta didik untuk melakukan kegiatan. Jadi jelas bahwa dalam kegiatan belajar subyek didik/siswa harus aktif berbuat dengan kata lain bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya aktifitas, tanpa aktifitas proses belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik.[30] Selain hal penting tersebut diatas dapat pula dilakukan dengan menciptakan kondisi belajar yang efektif antara lain dengan membuat peraturan dan tata tertib yang harus ditaati siswa di kelas dan tata tertib di lingkungan madrasah pada umumnya.
Dengan melalui pendidikan keagamaan (pendidikan Islam) kegiatan belajar siswa diarahkan untuk memahami, terampil melakukan dan mengamalkan pengalaman-pengalaman belajar dengan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan uraikan tentang metode penelitian yang digunakan dalam meneliti tentang optimalisasi aktivitas belajar siswa melalui pendidikan keagamaan (pendidikan Islam) di MTs Negeri Manimpahoi Kec. Sinjai Tengah. Untuk lebih jelasnya penulis akan mengemukakan secara sistematis yaitu sebagai berikut:

A.   Populasi dan Sampel
1.   Populasi
Dalam pelaksanaan penelitian, dikenal dengan dua istilah yaitu populasi dan sample. Maka dalam memudahkan dan terarahnya penelitian ini, penulis terlebih dahulu harus menentukan populasi sebagai obyek keseluruhan penelitian. Hal ini akan membantu sistematika penelitian dan akan mempermudah dalam penyusunan hasil penelitian tersebut ke dalam sebuah laporan penelitian. maka penulis lebih dahulu akan mengemukakan pengertian dari populasi tersebut.

35
 
Populasi adalah penelitian yang dilakukan dengan penelitian keseluruhan obyek yang dapat memberikan informasi data. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto bahwa :
Populasi adalah jumlah keseluruhan obyek penelitian, apabila meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitiannya maka merupakan penelitian populasi.[31]

Menurut Sutrisno Hadi bahwa populasi adalah :
Keseluruhan penduduk yang dimaksud untuk diselidiki atau universum. Populasi dibatasi sebagai jumlah atau individu yang paling sedikit mempunyai sifat yang sama.[32]

Dari pengertian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dipahami bahwa yang dimaksud di sini adalah keseluruhan dari obyek penelitian yang akan diteliti. Dalam kaitannya dengan penelitian skripsi ini bahwa yang menjadi populasi adalah keseluruhan individu/siswa MTs Negeri Manimpahoi Kec. Sinjai Tengah yang berjumlah 131 orang dengan tabel sebagai berikut :
TABEL  I
KEADAAN POPULASI
No
Siswa
Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-laki
Perempuan
1.
2.
3
Kelas VII
Kelas VIII
Kelas IX
           26
           31
           18
           14
           21
           21
40
52
39
Jumlah
75
56
131
Sumber data : Kantor Tata Usaha MTs Negeri Manimpahoi
Jadi jumlah keseluruhan populasi sebanyak 131 orang yang terbagi tiga kelas, yaitu kelas VII sebanyak 40 orang dengan 26 orang laki dan 14 perempuan. Kelas VIII sebanyak 52 orang dengan 31 orang laki-laki dan 21 orang perempuan. Kelas IX dengan jumlah keseluruhan 39 orang terbagi  dengan jumlah 18 orang laki-laki dan 21 orang perempuan.
Objek pada polulasi diteliti, hasilnya dianalisis, disimpulkan, dan kesimpulan. Kesimpulan itu berlaku untuk seluruh polulasi yakni bermaksud mengetahui tentang maksimalnya kegiatan belajar siswa  melalui pendidikan Islam di Madrasah Tsanawiyah Negeri Manimpahoi Kec. Sinjai Tengah.

2.   Sampel
Diketahui bahwa dalam suatu penelitian lapangan apapun saja, tidak mungkin seorang peneliti dapat meneliti dan mengobservasi seluruh jumlah total dari subyek yang ditelitinya, disebabkan karena terbatasnya  fasilitas, waktu, dan kemampuan peneliti. Untuk itu, penelitian ini dilakukan dengan meneliti sebagian dari populasi yang ada. Jika kita hanya akan meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian tersebut disebut penelitian sampel.
Setelah mengetahui jumlah keseluruhan dari obyek penelitian (populasi), maka langkah selanjutnya adalah menentukan sample dari keseluruhan populasi. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Namun lebih jelasnya penulis akan mengemukakan pengertian dari sampel:
Sample yaitu kelompok kecil yang diamati dan merupakan bagian dari populasi sehingga sifat dan karakteristik populasi juga dimiliki oleh sampel.[33] 

Berbicara mengenai sampel, sering muncul pertanyaan bahwa bagaimana cara mengambil sampel yang lebih baik. Agar diperoleh hasil penelitian yang lebih baik diperlukan sampel yang lebih baik pula, yakni betul-betul mencerminkan populasi.
Penentuan sampel dalam setiap penelitian dapat dilakukan dengan melihat jumlah banyak atau sedikitnya populasi, dengan kata lain disesuaikan dengan jumlah populasi yang ada. Jika jumlah populasi sedikit, maka sampel digunakan keseluruhan. Tapi jika jumlah populasinya banyak, maka kemungkinan penggunaannya hanya sebagian sesuai dengan kemampuan dan kepentingan peneliti. hal ini disebabkan keterbatasan waktu penelitian sehingga tidak bisa melakukan penelitian secara keseluruhan obyek. namun hanya sekedar mengambil sebagian dari populasi yang dianggap mewakili dari keseluruhan populasi tersebut.
Berdasarkan keterangan jumlah populasi sebelumnya pada penelitian ini adalah 131 orang, maka peneliti hanya dapat menjadikan sampel adalah 10% atau 10 orang dari masing-masing kelas di MTs Negeri Manimpahoi Kecamatan Sinjai Tengah atau yang mewakili dari seluruh jumlah populasi tersebut.
Dengan demikian, dari uraian diatas, maka dengan keterbatasan yang dimiliki oleh penulis, baik dari segi biaya, maupun waktu maka peneliti mengutamakan sampel yang mewakili seluruh populasi yang ada. Untuk lebih jelasnya  lihat table dibawah ini.
TABEL II
GAMBARAN TENTANG SAMPEL
NO
JENIS KELAMIN
JUMLAH ORANG
1
Laki
15
2
Perempuan
15

Jumlah
30
Sumber Data: Olahan Penulis
Adapun jumlah siswa MTs Negeri Manimpahoi Kec. Sinjai Tengah yang menjadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 orang, yang terbagi atas 15 orang laki-laki dan 15 orang perempuan.

B.   Instrumen Penelitian
Untuk mendapatkan data yang akurat dan keilmiahan data dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan beberapa instrumen penelitiaan sebagai alat bantu untuk memperoleh data dari obyek penelitian yaitu :
  1. Observasi,
Instrumen yang digunakan peneliti dalam melakukan pengamatan terhadap obyek di lapangan. atau digunakan untuk mengetahui kondisi objek  penelitian pada siswa MTs Negeri Manimpahoi Kecamatan Sinjai Tengah dalam pembelajaran yang terjadi di dalam kelas maupun di luar kelas seperti mengamati keaktifan siswa dalam belajar.
  1. Wawancara (Interview)
Pedoman inteviw ini digunakan sebagai tekhnik pengumpulan data untuk memperoleh keterangan langsung dari pihak-pihak yang berkompeten atau informan yang dapat memberikan data yang valid tentang masalah yang dibahas.
  1. Angket
Instrument penelitian yang berisi daftar pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada responden dalam arti laporan tentang pribadinya dan hal-hal yang diketahui yang berhubungan dengan skripsi yang dibahas.
  1. Dokumentasi
 Suatu metode yang digunakan untuk mendapatkan data-data tertentu, misalnya tentang perkembangan jumlah siswa dari waktu kewaktu .

  C. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data penulis menempuh dua tahap yaitu:
1.   Tahap persiapan
Merupakan tahap awal penulis memulai kegiatan sebelum penulis tarjun kelapangan untuk mengumpulkan data yakni meliputi kegiatan administrasi atau yang bersifat teknis seperti mengurus surat-surat izin penelitian, dalam tahap inilah observasi dilakukan sebagai data awal untuk melangkah kepenelitian lebih lanjut.
2.   Tahap pengumpulan data
Dalam tahap pengumpulan data penelitian penulis menggunakan dua macam cara pengumpulan data
a.     Penelitian kepustakaan (library research), yakni pengumpulan data dengan jalan membaca literatur yang ada kaitannya dengan skripsi, misalnya buku yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas. Dalam hal ini penulis menggunakan dua macam kutipan yaitu:
1.   kutipan langsung yaitu mengutip suatu pendapat atau ide tanpa mengubah redaksi aslinya
2.   Kutipan tidak langsung yaitu mengambil ide dari suatu sumber sehingga terbentuk ikhtisar atau ulasan tanpa mengurangi maksud dan tujuan dari buku itu.
b.   Penelitian lapangan (field research), yakni teknik pengumpulan data dengan mengadakan penelitian dilapangan, dengan menggunakan metode-metode seperti observasi (pengamatan), wawancara, tes angket dan dokumentasi.

C.   Teknik Analisa Data
Dalam mengelolah data yang dikumpulkan, penulis menggunakan beberapa metode analisa data, yaitu metode yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Adapun data kualitatif yang dimaksud adalah wawancara dan metode kepustakaan yang dianalisa berdasarkan mutunya. Sedangkan kuantitatif, seperti data angket yang telah dikumpulkan dengan memberi persentase dari hasil tabulasi yang telah dihitung dari jawaban yang telah diberikan.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka penulis menggunakan beberapa metode dalam pengumpulan data yaitu:
1.   Metode Induktif
Induktif, yaitu penganalisaan data yang bertitik tolak dari kasus-kasus yang bersifat khusus kemudian daripadanya ditarik kesimpulan yang bersifat umum.
2.   Metode Deduktif
Cara penganalisahaan data yang mengawali fakta yang bersifat umum kemudian daripadanya mengambil kesimpulan secara khusus.
3.   Metode Komparatif
Komparatif, yaitu meneliti faktor-faktor tertentu yang berhubungan dengan situasi atau fenomena yang diselidiki kemudian membandingkan antara satu fakta dengan fakta lain.
4.   Persentase
Suatu cara penganalisaan data dengan jalan mengadakan persentase terhadap sejumlah data yang telah  diberikan angket dan berhubungan dengan penelitian penulis untuk memperoleh gambaran tentang masalah yang dimaksud dalam penelitian skripsi ini.

F
N
 
Adapun rumus yang digunakan untuk menganalisa data adalah sebagai berikut:
                   P =             x 100 %
Keterangan : 
          P = Prsentase
F = Frekuensi yang sedang dicari presentasenya.
          N = Jumlah frekuensi/subjek.[34]
Berdasarkan dari rumus tersebut di atas, penulis menganalisa data dengan cara menjumlahkan tiap alternatif jawaban dalam hal ini frekuensi yang sedang dicari presentasenya  (f), kemudian jumlah tersebut dibagi dengan jumlah responden atau banyaknya individu (N). Setelah mendapatkan hasil pembagian dari alternatif jawaban (f) dengan jumlah individu (N) tersebut, kemudian dikalikan dengan seratus persen (100%).

BAB IV
HASIL PENELITIAN
A.   Kondisi Objektif MTs Negeri Manimpahoi Kec. Sinjai Tengah
1.   Sejarah berdirinya
Sebelum penulis melangkah dan membahas lebih jauh tentang Madrasah Tsanawiyah Negeri Manimpahoi Kecamatan Sinjai Tengah, maka selayaknya penulis mengulas terlebih dahulu asal-usul berdirinya, sebab dengan mengetahui asal-usul berdirinya akan memudahkan untuk mengetahui apa dan bagaimana Madrasah Tsanawiyah Negeri tersebut.

45
 
Madrasah Tsanawiyah Negeri Manimpahoi Kecamatan Sinjai Tengah yang berjarak 30 km dari kota Kab. Sinjai adalah nama yang baru bagi sekolah tersebut yang sebelumnya adalah filial dari Madrasah Tsanawiyah Panreng Kec. Sinjai Utara namun pada tahun 1997 resmi menjadi negeri. Madrasah ini tepatnya pada Jl. Persatuan Raya Manimpahoi Kec. Sinjai Tengah. Jika dilihat pada posisi dan kondisi sekolah ini sangat strategis dari berbagai jangkauan wilayah desa sekitarnya, disisi lain sekolah ini berdampingan dengan SMP Neg. 1 Manimpahoi Kec. Sinjai Tengah, namum semua itu bukanlah sesuatu hal yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan Madrasah Tsanawiyah ini dari tahun  ketahun, namun yang dialaminya semakin menambah pertumbuhan dan perkembangannya sebagaimana keadaan yang nampak pada saat sekarang ini meskipun diwilayah sekitarnya pula telah mengalami jumlah sekolah seperti SMP Neg. 3 di Desa Saotanre, MTs Saohiring, MTs Pattongko dan beberapa SMP Satu atap lainnya.
Dengan melihat kemajuan dan kwalitas yang ada maka sejak itu berubah menjadi negeri pada tahun 1997, Madrasah Tsanawiyah ini awalnya dipimpin oleh bapak Drs. Muh. Asad Kahar (1997-2002) dengan memanfaatkan gedung yang ada sebagai tempat berlangsungnya proses belajar mengajar. Antara tahun 1997 sampai dengan tahun 2000 madrasah ini berhasil mengembangkan diri baik dari segi fasilitas sarana dan prasarananya maupun dari segi siswanya. Hingga sekarang ini berhasil memiliki ruangan komputer dengan segala kelengkapannya. Selanjutnya pada tahun 2002 terjadi pergantian pimpinan   dari Drs. Muh. Asad Kahar digantikan oleh Sirajuddin Mattang (2002-2003). Pada tahun 2004 kembali terjadi pergantian kepala sekolah dari sebelumnya Sirajuddin Mattang kepada  Drs. Baharuddin Musa sampai pada tahun 2007. kemudian pada waktu itu perkembangan madrasah begitu pesat baik dari siswa maupun dengan tenaga pengajarnya, namun pada waktu itu kepala madrasah kembali tergantikan oleh Muh. Ali, S.Ag dari tahun 2007 sampai sekarang, dengan terjadinya pergantian kepemimpinan ini diharapkan dapat mengantar sekolah tersebut menuju perkembangan yang lebih pesat dan terbukti sekarang baik dari siswa mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya hingga pada sarana dan prasaranya maupun gurunya.
Di samping latar belakang historis berdirinya madrasah ini yang memang sangat diperlukan oleh masyarakat sebagai tempat pendidikan yang bernuansa islami dan sebagai salah satu alternatif bagi masyarakat untuk memasukkan anak-anaknya ke madrasah tersebut yang sanggup membina dan menjadikannya generasi yang berakhlak mulia sebagaimana visi dan misi Madrasah Tsanawiyah Negeri Manimpohoi tersebut.
Adapun visi dan misi Madrasah ini yaitu :
Visi :
a.    Memposisikan Madrasah Tsanawiyah Negeri Sinjai Tengah sebagai madrasah yang mampun menyiapkan dan mengembangkan sumber daya  insani yang beriman, berilmu amaliah, dan beramal amaliah.

Misi :
a.    Menyelenggarakan pendidikan yang berorientasi mutu baik secara intelektual, emosional dan spritual sehingga menyiapkan dan mengembangkan sumber insani yang berkualitas dibidang IPTEK dan IMTAQ.
b.   Mewujudkan lingkungan yang bersih, asri, nyaman dan agamis.
c.    Pelaksanaan proses belajar mengajar (PBM) yang berorientasi pembelajaran aktif, kreatif dan menyenangkan.

Bagi pemerintah, madrasah ini adalah suatu hal yang sangat penting artinya bagi hidup dan kehidupan bangsa Indonesia umumnya dan daerah sekitar madrasah ini pada khususnya, yakni dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan demikian bagi masyarakat Sinjai Tengah sangat berkepentingan atas berdirinya sekolah tersebut, karena mereka butuh pendidikan dan perkembangan, sedangkan semua itu hanya dapat dicapai melalui pendidikan dengan berbagai sarananya termasuk sekolah itu sendiri.
Visi misi Madrasah Tsanawiyah Negeri Manimpahoi Kec. Sinjai Tengah di atas menunjukkan bahwa proses belajar mengajar pada madrasah tersebut memiliki prospek masa depan yang cukup cemerlang. Hal tersebut terindikasi dengan prestasi yang tetap diraih. Pernyataan tersebut kemukakan oleh kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri Manimpahoi bahwa:
Prestasi siswa kami selama ini tetap mengalami peningkatan dari tahun ketahun, hal ini terbukti pada tiap ujian nasional yang dilaksanakan tetap dengan presentase kelulusan seratus persen siswa lulus.[35]

Dari pernyataan tersebut dapat dipaham bersama visi misi Madrasah ini dapat dibuktikan dengan prestasi siswa baik dari segi prestasi belajar dengan tetap kelulusannya dari tahun ketahun maupun dari segi prestasi ekstrakurikuler yang menunjang keaktifan siswa di sekolah.

B.   Gambaran aktivitas belajar siswa MTs Negeri Manimpahoi melalui pendidikan keagamaan (Pendidikan Islam)
Sebelum penulis melangkah lebih jauh dan membahas tentang gambaran kegiatan belajar siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri Manimpahoi Kec. Sinjai Tengah perlu dipahami bahwa dalam berbagai bentuk kegiatan manusia, selalu menginginkan hasil yang maksimal, begitu pun dengan peranan guru dan siswa yang tak terpisahkan.
Kegiatan belajar pada siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri Manimpahoi Kec. Sinjai Tengah pada umumnya berjalan sesuai jadwal, tata tertib serta kedisiplinan guru dan siswa. Kegiatan belajar menunjukkan keadaan yang berbeda-beda sesuai dengan tekhnik masing-masing guru dalam melaksanakan bimbingan.
Berdasarkan hasil angket yang diedarkan kepada responden sebanyak 30 orang siswa yang masing-masing 10 orang siswa kelas VII, 10 orang siswa kelas VII, dan 10 orang siswa kelas IX. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
TABEL III
PERNYATAAN SISWA MTs NEGERI MANIMPAHOI MAMPU MENINGKATKAN KEGIATAN BELAJAR SISWANYA

No
Kategori Jawaban
Frekuensi
Prosentase
1
2
3
4
Mampu
Sangat mampu
Kurang mampu
Tidak mampu
26 Orang
4 Orang
-
-
86,6 %
13,4 %
-
-

Jumlah
30
100 %
 Sumber data: Olahan angket No.1
Data pada tabel tersebut dapat kita pahami bahwa mayoritas siswa memberikan tanggapan bahwa Madrasah Tsanawiyah Negeri Manimpahoi pada umumnya mampu meningkatkan taraf pembelajaran dengan aktivitas belajar yang efektif melalui kegiatan-kegiatan penunjang dan bimbingan dasar keagamaan, hal ini terbukti dengan tanggapan responden sebesar 86,8% pada kategori jawaban “mampu”, dan 13,4% memberikan pernyataan “sangat mampu”, sedangkan dua kategori jawaban lainnya “kurang mampu” dan “tidak mampu” tidak mendapatkan jawaban responden. Ini berarti motivasi dan kerja sama interaksi belajar mengajar menunjukkan sangat besar di Madrasah tersebut. Berikut motivasi siswa mempelajari pendidikan agama Islam, maka dapat dilihat pada tabel berikut:
TABEL IV
GAMBARAN MOTIVASI SISWA
MEMPELAJARI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

No
Kategori Jawaban
Frekuensi
Prosentase
1
2
3
4
Senang
Sangat senang
Kurang senang
Tidak senang
18 Orang
12 Orang
-
-
60 %
40 %
-
-

Jumlah
30
100 %
Sumber data: Olahan angket No.2
Sesuai dengan hasil angket nomor 2 yang disebarkan kepada responden telah terjawab pula bahwa sangat besar motivasi siswa mempelajari pendidikan agama Islam dengan responden memberikan kategori jawaban “senang” sebanyak 60% dan “sangat senang” memberikan tanggapan sebanyak 40%, sedangkan dua kategori jawaban lainnya tidak mendapatkan jawaban dari responden.
Hal ini berarti siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Manimpahoi Sinjai Tengah diatas rata-rata mempunyai minat besar mempelajari berbagai mata pelajaran pendidikan agama Islam yang terbagi atas mata pelajaran Qur’an hadits, Aqidah Akhlak, Fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam, dan Bahasa Arab. hal tersebut menjadi prioritas mata pelajaran  pendidikan agama Islam yang diperuntukkan ditiap Madrasah Tsanawiyah pada umumnya dan di Madrasah Tsanawiyah Negeri Manimpahoi Sinjai Tengah khususnya. Tentunya dengan pemahaman materi pelajaran yang diberikan merupakan titik awal terciptanya aktualisasi nilai-nilai ilmu pendidikan Islam tersebut.
TABEL V
KRITERIA SISWA MAMPU MEMAHAMI MATERI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
No
Kategori Jawaban
Frekuensi
Prosentase
1
2
3
4
Mampu
Sangat mampu
Kurang mampu
Tidak mampu
29 Orang
1 Orang
-
-
96,6 %
3,4 %
-
-

Jumlah
30
100 %
 Sumber data : Olahan angket No.3
Dengan melihat pula pernyataan siswa tentang mampu tidaknya memahami berbagai materi mata pelajaran pendidikan agama Islam di Madrasah Tsanawiyah Negeri Manimpahoi, dapat dilihat pada tabel di atas bahwa yang memberikan tanggapan “mampu“ sebanyak 96,6%, dan yang “sangat mampu” hanya mendapatkan kategori jawaban 3,4%. Jawaban lainnya pun tidak mendapatkan tanggapan dari responden.
Hal tersebut dapat dipahami bahwa sebanyak populasi yang ada, rata-rata siswa mampu memahami materi pelajaran yang diberikan oleh guru dan beberapa diantara siswa sangat mampu untuk mengamalkan dan memaksimalkan materi pelajaran maupun intruksi yang diberikan guru tersebut.
Namun disisi lain tidak menutup kemungkinan juga ada siswa yang tidak mampu memahami dari beberapa materi pelajaran tersebut, meskipun yang memberikan kategori jawaban rata-rata mampu pada lembaran angket yang diberikan, tetapi yang dimaksudkan dalam hal ini siswa yang tidak dijadikan sampel.
Jadi penulis dapat menyimpulkan bahwa siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Manimpahoi Sinjai Tengah, mempunyai animo yang sangat besar untuk memahami dan meningkatkan kualitas belajar pendidikan agama Islam di sekolah mereka, yang tidak terlepas dari peranan siswa itu sendiri maupun guru selaku pembimbing dan motivator dengan tujuan mengoptimalkan belajar siswa. Kaitan dalam hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
TABEL VI
SISWA MENDAPATKAN PELAJARAN TAMBAHAN
DILUAR JAM SEKOLAH
No
Kategori Jawaban
Frekuensi
Prosentase
1
2
3
4
Suka
Sangat suka
Kurang suka
Tidak suka
21 Orang
4 Orang
3 Orang
2 Orang
70 %
13,4 %
10 %
6,6

Jumlah
30
100 %
Sumber data: olahan angket No.4
Dari hasil angket pada tabel di atas, responden memberikan kategori jawaban “suka” mendapatkan pelajaran tambahan diluar jam sekolah sebesar 70%, adapun kategori jawaban “sangat suka” mendapat tanggapan sebesar 13,4%, sedangkan yang “kurang suka” hanya mendapat 10 % dari jumlah responden yang memberikan jawaban, kemudian siswa yang memberikan kategori jawaban “kurang suka” dengan adanya pelajaran tambahan  diluar jam sekolah mendapat jawaban responden sebesar 6,6%.
Dari hasil analisa di atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata siswa menyukai dengan adanya pelajaran tambahan yang diberikan oleh guru, namun perlu disadari bahwa dari keluruhan siswa tidak semuanya ada yang mempunyai minat belajar diluar jam sekolah dalam artian guru memberikan jadwal atau pelajaran tambahan kepada siswa disebabkan siswa ada yang mempunyai minat dan motivasi serta kesadaran yang tinggi dalam belajar.
Disisi lain dorongan orang tua berupa bimbingan, perhatian,  pengawasan, pemberian petunjuk tentang cara belajar yang baik dan sebagainya adalah hal mutlak sebagai peranan orang tua dalam membantu guru di sekolah, ini mempunyai kaitan dengan siswa yang rajin menggunakan waktu luang mereka untuk belajar. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
TABEL VII
SISWA BELAJAR YANG MENGGUNAKAN WAKTU LUANG
No
Kategori Jawaban
Frekuensi
Prosentase
1
2
3
4
Sering
Sangat Sering
Kadang-kadang
Tidak Pernah
8 Orang
-
21 Orang
1 Orang
26,66 %
-
70,01 %
3,33 %

Jumlah
30
100 %
Sumber data : Olahan Angket No.5
Melihat data yang terdapat pada tabel 7 di atas, dapat memberikan informasi bahwa nilai siswa yang sering belajar pada waktu luang mereka dengan memberikan kategori jawaban “sering” sebesar 26,66 %, yang menunjukkan kategori jawaban kadang-kadang belajar pada siswa sebanyak 21 orang atau 70,01 % ini berarti lebih banyak jumlah siswa yang hanya menggunakan waktunya apabila memungkinkan bagi mereka untuk belajar, sedangkan pada siswa yang tidak pernah belajar pada waktu-waktu tertentu menunjukkan 3,33% atau hanya 1 orang yang menunjukkan sampel pada penelitian ini.
Dalam hubungan dengan optimalisasi belajar siswa serta prestasi yang diraih,ukuran itu bukanlah yang bersifat mutlak dalam mengukur keberhasilan, karena ada saja siswa malas belajar namun mempunyai prestasi yang baik demikian pula sebaliknya. Hal ini diakibatkan adanya keterkaitan antar satu aspek dengan aspek lainnya yang turut berpengaruh misalnya intelegensi anak, daya ingat, minat belajar dan kesadaran akan pentingnya selalu belajar.
Perlu disadari bahwa orang tua pun turut berpengaruh memberikan bimbingan kepada anak-anaknya. Dorongan dan bimbingan yang diberikan oleh orang tua di rumah dapat berbentuk pengawasan, pemberian petunjuk tentang cara belajar yang baik dan sebagainya.
TABEL VIII
PERNYATAAN SISWA YANG BERSEMANGAT MENGIKUTI PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH
No
Kategori Jawaban
Frekuensi
Prosentase
1
2
3
4
Bersemangat
Sangat bersemangat
Kadang-kadang
Tidak bersemangat
21 Orang
7 Orang
2 Orang
-
70,01 %
23,33 %
6,66 %
-

Jumlah
30
100 %
Sumber data : Olahan Angket No.6
Tabel di atas menunjukkan bahwa ternyata dengan menerapkan pelajaran yang bervariasi dan kedisiplinan mewarnai kenyamanan dalam kelas pada Madrasah Tsanawiyah Negeri Manimpahoi dengan usaha yang maksimal untuk mengarahkan siswa bersemangat dalam belajar mengikuti pelajaran pendidikan agama Islam. Hal ini mendapat persetujuan responden yang ditandai dengan jawaban mereka pada kategori jawaban “bersemangat” dengan persentase jawaban sebesar 70,01%, dan pada kategori jawaban “sangat bersemangat” mendapat tanggapan sebesar 23,33%. Adapun kategori jawaban “kadang-kadang” memperoleh jawaban sebesar 6,66%, dan yang “tidak bersemangat” tidak mendapat jawaban.
Analisis di atas mengindikasikan bahwa dalam rangka mengoptimalkan kegiatan belajar, maka guru senantiasa mengusahakan agar siswa bersikap disiplin dan bersemangat mengikuti pelajaran. Rasa kedisiplinan menunjukkan semangat siswa dalam menjalankan kegiatan sebagai siswa yaitu belajar.
Perasaan bersemangat mengantarkan siswa mengikuti mengikuti pelajaran pendidikan agama Islam dalam berkreasi dan menyenangi aspek permasalahan dalam pelajaran, ini menjadi salah satu faktor pendukung terpeliharanya siswa mengembangkan pelajaran di Madrasah Tsanawiyah Negeri Manimphoi.
TABEL IX
SISWA YANG SENANG BERDISKUSI SAAT DIBERI TUGAS
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

No
Kategori Jawaban
Frekuensi
Prosentase
1
2
3
4
Senang
Sangat senang
Kadang-kadang
Tidak senang
17 Orang
6 Orang
6 Orang
1 Orang
56,66 %
20 %
20 %
3,34 %

Jumlah
30
100 %
Sumber data : Olahan Angket No.7
Pada tabel 9 di atas menunjukkan bahwa semangat siswa dalam belajar, memberikan dorongan untuk senang berdiskusi dalam tugas pendidikan agama Islam, hal ini tampak pada pernyataan responden atas angket  yang diedarkan yang menyajikan pertanyaan tentang siswa yang senang berdiskusi saat diberi tugas pendidikan agama Islam. Pada kategori jawaban yang menyatakan “senang” mendapat respon jawaban 56,66%, sedangkan kategori jawaban “sangat senang” dan “kadang-kadang” masing-masing mendapat jawaban 20%, sebaliknya kategori jawaban “tidak bersemangat” mendapat tanggapan responden hanya 3,34%.
Dari analisa di atas hal ini umumnya dikatakan  bahwa siswa senang berdiskusi saat diberi tugas pendidikan agama Islam dengan semangat yang begitu besar atas dorogan guru dalam menerapkan pola belajar efektif.
Keberhasilan guru pada umumnya dalam memotifasi dan memberi semangat kepada siswa sehingga dalam upaya mengotimalkan misi pebelajaran di kelas dengan mempunyai kebiasaan dan kreatifitas mengembangkan bahan pelajaran dalam diskusi yang diberikan, disisi lain dalam hubungan dengan kegiatan sehari-hari seperti kebiasaan siswa baik dirumah terutama dalam ibadah atau shalat lima sehari semalam. Hal ini dapat dilihat pada tabel 9 berikut:
TABEL X
SISWA MELAKSANAKAN SHALAT LIMA WAKTU SEHARI SEMALAM

No
Kategori Jawaban
Frekuensi
Prosentase
1
2
3
Ya, melaksanakan
Kadang-kadang
Belum melaksanakan
10 Orang
20 Orang
-
33,34 %
66,66 %
-

Jumlah
30
100 %
Sumber data : Olahan Angket No.8
Tabel 10 menunjukkan pernyataan siswa yang melaksanakan shalat lima waktu sehari semalam tampak pada responden memberikan kategori jawaban “ya, melaksanakan” dengan persentase sebesar 33,34%, sedangkan pada kategori jawaban “kadang-kadang” responden memberikan tanggapan sebesar 66,66%, dan pada kategori “belum melaksakan” tidak mendapat jawaban responden.
Analisis di atas dapat diidentifikasi bahwa dengan dorongan dan motifasi guru di sekolah sehingga siswa bersemangat dalam belajar memberikan dampak positif bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari, dengan mengoptimalkan pembelajaran pendidikan agama Islam melalui tindakan yang nyata terlihat pada umumnya siswa melaksanakan shalat lima waktu sehari-semalam.
Dengan demikian tergambar prilaku siswa yang aktif dengan menciptakan kegiatan yang padat nuangsa keagamaan yang menunjang optimalnya belajar sesuai tujuan pendidikan agama Islam. Diatara kegiatan-kegiatan siswa tersebut dapat berupa menghafal doa-doa keseharian, hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
TABEL XI
SISWA MENGHAFAL DOA-DOA
KESEHARIAN DAN MENGAMALKANNYA
No
Kategori Jawaban
Frekuensi
Prosentase
1
2
3
4
Mampu
Sangat mampu
Kurang mampu
Tidak mampu
14 Orang
1 Orang
15 Orang
-
46,66 %
3,33 %
50,01 %
-

Jumlah
30
100 %
Sumber data : Olahan Angket No.9
Pada tabel 11 di atas menguraikan tentang keaktifan siswa terutama dalam menghafal doa-doa keseharian serta pengamalan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini terbukti dengan dengan responden yang memberikan kategori jawaban “mampu” mendapat persentase sebesar 46,66%, pada kategori jawaban “sangat mampu” sebesar 3,33%, sedangkan pada kategori jawaban “kurang mampu” mendapat persentase reponden sebesar 50,01%, dan “tidak mampu” tidak mendapat tanggapan dari responden.
Jadi pengembangan kegiatan belajar siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri Manimpahoi dengan mengoptimalkan aspek pelajaran dengan hafalan doa-doa keseharian, hal ini dibuktikan dengan hasil angket atau jawaban responden dengan menunjukkan bahwa kemampuan siswa diatas rata-rata mampu menghafal doa-doa keseharian dan mengamalkannya.
Bertolak dari itu, peranan kedisiplinan siswa tersebut dapat melahirkan pula aktifitas lain, seorang siswa yang belajar secara serius, bersungguh-sungguh, bergairah dan bersemangat membaca dan menulis serta memahami materi pelajaran yang diharapkan untuk dipelajari. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini : 


TABEL XII
SISWA MENULIS DAN MEMBACA AL-QURAN
TANPA BANTUAN ORANG LAIN

No
Kategori Jawaban
Frekuensi
Prosentase
1
2
3
4
Mampu
Sangat mampu
Kurang mampu
Tidak mampu
20 Orang
1 Orang
8 Orang
1 Orang
66,67 %
3,33 %
26,67 %
3,33 %

Jumlah
30
100 %
Sumber data : Olahan Angket No.10
Dengan tabel 12 di atas bahwa upaya mengoptimalkan aktifitas belajar siswa sehingga tujuan belajar dapat tercapai  maka upaya meningkatkan motifasi belajar dengan tidak mengesampingkan sisi lain yang menunjang proses belajar dan optimalnya pembelajaran, upaya tersebut dengan menulis dan membaca al-qur’an tanpa bantuan orang lain, hal ini tampak pada kategori jawaban yang diberikan oleh responden yaitu “mampu” dengan persentase sebesar 66.67%, dan “sangat mampu” dengan persentase sebesar 3.33%, sedangkan “kurang mampu” memberikan tanggapan responden sebesar 26.67%, adapun kategori jawaban yang “tidak mampu” memberikan tanggapan sebesar 3.33%.
Sesuai dengan hasil tabulasi di atas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa mampu menulis dan membaca al-qur’an dengan sendirinya, ini tercermin dari kedisiplinan terhadap efektifitas belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Manimpahoi sangat besar, karena tanpa kedisiplinan niscaya kondisi belajar yang optimal tidak akan terwujud.
Jika diperhatikan dari berbagai keaktifan siswa di atas melalui berbagai kegiatan keagamaan yang memiliki kemampuan diatas rata-rata bahwa hal tersebut dapat disimpulkan siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri Manimpahoi mengoptimalkan bentuk potensi siswa dengan pendidiknya yang senantiasa berupaya menciptakan kondisi  belajar efektif dengan berbagai cara masing-masing yang dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam di Madrasah Tsanawiyah Negeri Manimphoi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa upaya yang dilakukan oleh guru dalam rangka menciptakan kondisi belajar yang optimal di Madrasah Tsanawiyah Negeri Manimpahoi adalah (1) membina disiplin belajar dalam tiap kesempatan, (2) memotifasi siswa untuk senantiasa belajar, (3) menyelenggarakan tata tertib sekolah.


C.   Optimalisasi aktivitas belajar siswa melalui pendidikan Islam di Madrasah Tsanawiyah Negeri Manimpahoi.
Telah disinggung pada bab sebelumnya bahwa kondisi belajar yang optimal hanya mungkin dicapai jika guru mampu mengatur siswa, mampu menfungsikan sarana dan prasarana, mampu menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan, atau dengan kata lain adalah kondisi belajar yang optimal merupakan syarat untuk mencapai tujuan pembelajaran atau tujuan intruksional.
Dalam rangka mengoptimalkan belajar termasuk efektifitas belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Manimpahoi menjadi tuntutan bagi guru untuk dapat mencegah timbulnya prilaku-prilaku yang menyimpang dari siswa, prilaku-prilaku tersebut dapat dihindari  dengan menerapkan teknik memaksimalkan bentuk potensi baik dari segi waktu, maupun sarana dan prasarananya, Serta dengan mengarahkan siswa yang bersikap positif dan bertanggung jawab.
Pencapaian tujuan tersebut dapat pula dicapai dalam bentuk kerja sama antara satu sama lain yang sama-sama mempunyai tanggung jawab baik di lingkup Madrasah Tsanawiyah Negeri Manimpahoi, orang tua siswa maupun komite sekolah (masyarakat).
Menurut Muh. Ali ketika dikonfirmasi bahwa :
Salah satu upaya yang kami lakukan adalah dengan melakukan sosialisasi kepada guru, siswa, dan komite sekolah dalam upaya meningkatkan taraf belajar siswa, dalam artian  kerja sama antar elemen-elemen ini melakukan peranan dalam peningkatan belajar siswa tersebut.[36]

Hasil interview di atas menunjukkan bahwa dalam rangka terwujudnya optimal belajar siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri Manimpahoi maka perpaduan antara pendidik sebagai motifator dan orang tua, maupun masyarakat.
Disisi lain sarana penunjang dalam mengoptimalkan belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Manimpahoi juga menjadi faktor terpenting yang membantu pola aktifitas guru maupun siswa sehingga menampakkan kondisi belajar kelas yang disiplin, namun jika ditinjau sarana belajar Madrasah ini belum memadai seperti yang diharapkan.
Muh. Ali memaparkan kepada peneliti tentang sarana prasarana yang selama ini digunakan bahwa:
Sarana prasarana kami disini masih belum memadai untuk upaya optimalnya proses pembelajaran di Madrasah ini, namun kami tetap menggunakan yang ada disamping tetap mengupayakan sarana dengan meminta bantuan pemerintah.

Dari informasi di atas dipahami bahwa dalam meningkatkan belajar peranan sarana dan prasarana belajar menjadi mutlak disediakan.
Adapun sarana dan prasarana yang dimilki siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri Manimphoi adalah:
1.   Gedung/ruang belajar dan kantor
2.   Peralatan komputer
3.   perpustakaan
Dengan melihat kondisi Madrasah tersebut tidak memungkinkan untuk mempunyai lapangan atau sarana olah raga maupun masjid atau mushallah, hal ini disebabkan karena lokasi Madrasah sangat sempit. Hal tersebut pendidikan Islam dibutuhkan fasilitas yang cukup memadai seperti yang telah dimaksudkan di atas bahwa pusat penyelenggaraan ibadah misalnya masjid adalah hal mutlak dalam mengoptimalkan aktifitas belajar pendidikan agama Islam di Madrasah Tsanawiyah Negeri Manimpahoi.
Maka  dari itu penulis dapat menarik kesimpulan secara umum bahwa optimalisasi aktivitas belajar siswa melalui pendidikan Islam di Madrasah Tsanawiyah Negeri Manimpahoi dapat dilakukan dengan memaksimalkan bentuk potensi sarana, menerapkan kedisiplinan siswa (tata tertib siswa) dengan metode keagamaan, serta keterlibatan peranan segala elemen baik di Madrasah tersebut maupun masyarakat dan orang tua.


BAB V
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Bab ini merupakan bab penutup, maka di dalamnya akan dipaparkan pula beberapa kesimpulan yang ditarik dari pembahasan sebelunya, yakni:
1.   Optimalisasi aktifitas belajar siswa dengan melalui pendidikan agama Islam di Madrasah Tsanawiyah Negeri Manimphoi sangat besar dengan penerapan kedisiplinan yang tinggi, karena tanpa kedisiplinan niscaya efektifitas belajar tidak akan optimal dan terwujud.
2.   Terwujudnya prilaku belajar pendidikan agama Islam yang optimal bagi siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri Manimpahoi merupakan tujuan mutlak yang hendak dicapai dengan keterlibatan semua pihak dalam proses pendidikan.
3.   

67
 
Upaya-upaya yang dilakukan oleh guru dalam ranga menciptakan proses belajar yang optimal melalui pendidikan agama Islam di Madrasah Tsanawiyah Negeri Manimpahoi adalah memasukkan nuangsa-nuangsa keagamaan dalam prilaku kehidupan siswa sehari-hari, menyelenggarakan kedisiplinan (tata tertib) kelas maupun lingkungan dengan model keagamaan, memaksimalkan potensi sarana belajar, serta peranan elemen madrasah, masyarakat serta orang tua.

B.   Implikasi Penelitian
Adapun Implikasi penelitian  yang penulis akan sampaikan sebagai penutup pembahasan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1.   Bagi guru segala potensi yang dapat menunjang untuk mencapai optimalnya belajar siswa hendaknya dimanfaatkan sedemikian rupa untuk pengembangan pendidikan siswa sebagai wujud tugas pencapaian tujuan pendidikan Islam dan tujuan pendidikan secara umum, disamping kedisiplinan guru yang menjadi contoh, sebagai motivator bagi seluruh siswa.
2.   Kepada siswa dengan semaksimal mungkin mentaati bentuk peraturan sekolah, arahan dan petunjuk dari guru maupun orang tua jika menginginkan prestasi belajar yang optimal dan memuaskan.
3.   Skripsi ini hendaknya pula dapat dijadikan sebagai bahan acuan, komparasi dan bahan pelengkap bagi penulis selanjutnya dengan upaya mengoptimalkan proses belajar dalam membentuk generasi moral bangsa yang kokoh dan Islami.



DAFTAR PUSTAKA
Al-quran dan terjemahannya. 1989. Surabaya; Mahkota
Abdul Jabbar, Umar. Al-Muntahabat fi al-Mahfudzah. Juz II. Surabaya : Muar Salim Nabhan, t.th.
Abdurrahman. 1990. Pengelolaan Pengajaran. Bandung; Remaja Rosdakarya.
Ali, H. Muhammad. 1992. Guru dan Proses Belajar Mengajar. Bandung ; Sinar Baru
Arif, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta
Arifin. 2003. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta; Bumi Aksara.
Armas Admin, Anwar. 2003. http:www.insistnet.com..42
Athiyah Al-Abrasyi, Muhammad. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Pendidikan Islam. Bandung; CV Pustaka Setia.
Departemen Agama R.I. 2001. Kendali Mutu Pendidikan Islam. Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. Jakarta.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta; Balai Pustaka
Drost. 1998. Sekolah: Mengajar atau Mendidik?. Yokyakarta: Kanisius.
Enung  K. Rukiati dan Fenti Hikmawati. 2006. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Bandung; CV Pustaka Setia.
Hadi, Sutrisno. Statistif II. Yokyakarta: Universitas Gadjah Mada Press, t.th.
Husni, Rahim. 2001. Arah Baru Pendidikan Islam di IndonesiaJakarta; Logos Wacana Ilmu.
Maarif, Zainul. 2009 “Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Nilai-Nilai Keagamaan (Studi di SMP Muhammadiyah 3 Depok Yokyakarta). uinsuka-1917 (Online) http://digilib.uin-suka.ac.id
Muhaimin.  2001. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung; Remaja Rosdakarya.
Purwanto, Ngabalin. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung; Remaja Rosdakarya.
Rostiyah. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta; Rineka Cipta.
Sardiman. 2004. Interaksi dan Motifasi Belajar Mengajar. Jakarta; Raja Grafindo Persada.
Slameto. 1991. Proses Belajar Mengajar dan Sistem Kredit Semester. Jakarta: Bumi Aksara.
_______ 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang MempengaruhinyaJakarta; Rineka Cipta.
Sudjono, Anas, 1995. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Grafindo Persada.
Sartika, Dewi. 2008 ”Peran Lembar Kerja Siswa (LKS) Dalam Pembelajaran Pendidikan Islam”/2008/05/ .html.(online). http://aliciakomputer.blogspot.com
Sugiyono, 2006. Metode Penelitian Administarsi. Bandung: Alfabeta.
Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung; PT. Raja Grafindo
________ 1995. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung ; Remaja Rosda Karya
Tafsir, Ahmad. 2000. Ilmu Pendidikan dalam Persepektif Islam. Bandung :Remaja Rosdakarya.
_________1995. Methodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung; Remaja Rosdakarya.
_________2002 Pendidikan Agama Islam Agama Islam Di Sekolah”Ipi/p.10 (online). http: www.ilmupendidikan.net.
Usman, Moh. Uzer, 1994. Menjadi Guru Profesional, Cet.I; Remaja Rosdakarya,
Zulkarnain.2008. Transformasi Nilai-nilai Pendidikan Islam. Bengklu; Pustaka Pelajar.




[1] Departemen Agama R.I. Al-Quran dan Terjemahnya. (Jakarta:Mahkota Surabaya;1989), h.50
[2] Enung  K. Rukiati dan Fenti Hikmawati, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. (Cet.I; Bandung. CV Pustaka Setia, 2006), h. 121
[3] Depag RI, Kendali Mutu Pendidikan Agama Islam. (Cet.I; Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 2001).h.12.
[4] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Persepektif Islam. (Cet.III; Bandung : Remaja Rosdakarya: 2000), h. 46.
[5] Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. Op.cit h.45
[6] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Cet.III,Jakarta; Balai Pustaka: 2002). h.800
[7]Abdurrahman H. Pengelolaan Pengajaran. (Cet.V; Bandung. Remaja Rosdakarya:1990).h.84
          [8]Muhaimin M.A.Paradigma Pendidikan Islam. (Cet.I. Bandung. Remaja Rosdakarya:2001) h.46
1 M.Ngabalin Purwanto. Psikologi Pendidikan. (Cet.V.Bandung; Remaja Rosdakarya: 1990).h.22
2 Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. (Cet.IV: Jakarta;Rineka Cipta: 2003).h.2
              3 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. (Cet.I.Bandung; Remaja Rosdakarya; 1995).h.155
            4 Zulkarnain. Transformasi Nilai-nilai Pendidikan Islam. (Cet.I.Bengkulu; Pustaka Pelajar: 2008).h.17
[13]Dewi Sartika”Peran Lembar Kerja Siswa (LKS) Dalam Pembelajaran Pendidikan Islam”  (online).http://aliciakomputer.blogspot.com/2008/05/.html. (diakses.5 Mei 2008)

5Muhammad ‘Athiyyaah Al-Abrasyi, Prinsip-Prinsip Dasar Pendidikan Islam(Cet.I.Bandung;2003).h.13
6Arifin. Ilmu Pendidikan Islam. (Cet.I. Jakarta; Bumi Aksara:2003).h.29
7 Zulkarnain. op.cit. h.17
8Departemen Agama R.IOp.cith. 92
9  Rostiyah N.K. Strategi Belajar Mengajar(Cet.V.Jakarta; Rineka Cipta:1998).h.1
10 Slameto, Proses Belajar Mengajar dan Sistem Kredit Semester. (Cet.I.Jakarta; Bumi Aksara, 1991), h.90
11 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru.(Cet.I; Bandung:  PT. Raja Grafindo.1995) h. 226
12 Muhammad Ali, Guru dan Proses Belajar Mengajar. (Cet.VIII. Bandung: Sinar Baru; 1992), h.67
13 Departemen Agama R.I. Al-quran dan terjemahannya. op.cit, h. 623
14 A. Tafsir. “Pendidikan Agama Islam di Sekolah”. (online). http: www.ilmupendidikan.net. Ipi/p.10/ (diakses maret 2002)
15 Syarifuddin. Manajemen Lembaga Pendidikan Islam. (Cet.I. Medan; Ciputat Pres: 2005). h.26
16  Husni Rahim. Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia. (Cet.I.Jakarta; Logos Wacana Ilmu:2001). h.12
17 Drost. S.J.J.I.G. Sekolah: Mengajar atau Mendidik?. (Cet.III.Yokyakarta; Kanisius:1998).h.63
18 Zainul Maarif “Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Nilai-Nilai Keagamaan (Studi di SMP Muhammadiyah 3 Depok Yokyakarta). (Online) http://digilib.uin-suka.ac.id/ -1917 (diakses 19 Mei 2009)
19 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Cet.I; Remaja Rosdakarya, 1994), h. 1
20  Umar Abdul Jabbar, al-Muntahabat fi al-Mahfudzah, Juz II. (Surabaya: Umar Salim Nabham, t. th), h. 9
21 Sardiman. A.M, Interaksi dan Motifasi Belajar Mengajar. (Cet.11. Jakarta;Raja Grafindo Persada:2004).h.97
1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian. (Cet. VII; Jakarta : Rineka Cipta, 1991), h.102
2 Sutrisno Hadi, Statistik II. (Yokyakarta: Universitas Gadjah Mada Press, t.th.), h.220
3 Sutrisno Hadi. Ibid., h.124
4Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan (Cet. VI; Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1995), h. 40.
1 Muh. Ali, S.Ag, Kepala MTs Negeri Manimpahoi, “Wawancara”. Tanggal 25 November 2009, di Manimpahoi.
2Muh. Ali, S.Ag, Kepala MTs Negeri Manimpahoi, “Wawancara”. Tanggal 25 November 2009, di Manimpahoi.

Tidak ada komentar: