Sabtu, 14 September 2013

ILMU PENGETAHUAN DAN TEKHNOLOGI: Sebuah Perspektif Islam dan Urgensi Islamisasi

ILMU PENGETAHUAN DAN TEKHNOLOGI:  
Sebuah Perspektif Islam dan Urgensi Islamisasi
Oleh: Achmad Darwiz

A.    PENDAHULUAN
Ilmu Pengetahuan dan tekhnologi bukan lagi sesuatu yang asing ditelinga. Adanya kemajuan dan kemudahan yang terjadi atas kehidupan manusia  adalah merupakan peran dari ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang telah dikembangkan manusia dari masa kemasa. Maka dengan demikian ilmu pengetahuan dan tekhnologi memudahkan urusan manusia dan memenuhi kebutuhannya atau dengan kata lain mengantarkan kehidupan manusia menjadi lebih baik. Era globalisasi merupakan era yang tidak dapat lagi dihindari oleh manusia, penuh dengan polemik tantangan, kompetisi dan persaingan dalam berbagai bidang telah berlangsung demikian ketat. Dalam peradaban manusia dipersepsikan bahwa hanya dengan sumber dayalah atau memiliki ilmu pengetahuan akan mampu menguasai era tekhnologi dan kompetisi global tersebut.
Hal ini menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan dan tekhnologi sangat penting bagi umat manusia dan terlebih umat Islam pada khususnya. Dalam historisitas dan peradaban manusia, bersamaan muncul dengan ilmu pengetahuan yang digunakan untuk menunjang kehidupan manusia. Tekhnologi merupakan hasil implementasi dari ilmu pengetahuan dan melalui pengembangan sepanjang sejarah manusia dan menjadi parameter kemajuan sebuah peradaban manusia. Ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang berkembang demikian pesatnya melahirkan tantangan luar biasa yang membawa manusia jauh dari nilai fundamentalisme agama. Maka dengan demikian perkembangan teknologi tidak boleh melepaskan diri dari nilai-nilai agama. Sebagaimana adigum yang dibangun oleh fisikawan besar, Albert Einstin yang menyatakan: “Agama tanpa ilmu akan pincang, sedangkan ilmu tanpa agama akan Buta”. 
Dari historisitasnya agama Islam telah mengambil peran dengan membawa kejayaan ilmu pengetahuan masa lalu, dan tetap mengawal perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi masa kini yang digagas oleh barat selama satu abad terakhir. Peradaban barat modern dan postmodern sangat memperlihatkan kemajuan dan menjanjikan kebahagiaan hidup manusia. Ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang lahirkannya masa kini disisi lain membawa kecenderungan manusia pada pandangan dunia (iptek) yang positivistik-empirik sebagai anak kandung materialisme−sekuler, pragmatis, kehancuran (manusia maupun lingkungan) sehingga mendapat pula dukungan bahwa ilmu yang objektif itu bebas nilai. Ancaman tersebut dapatlah bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Maka melalui potret dan krisis yang terjadi ini sehingga agama Islam memberikan perspektif dan para pemikir-pemikir intelektual Islam mengambil langkah dengan Islamisasi pengetahuan sebagai langkah pemecahan masalah dan mengembalikan ruh ilmu pengetahuan sebagai rahmatan lilalamin.
Pada tulisan ini akan mengeksplorasi yaitu; Definisi llmu Pengetahuan dan Tekhnologi, Perspektif  Islam Terhadap Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi, Peranan Islam dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi, Urgensi Islamisasi Pengetahuan dan Tekhnologi, dan Telaah Langkah Strategis Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi dalam Implikasi Pendidikan. Dari hasil eksplorasi ini tentunya bertujuan memberikan informasi yang sedikit produktif disela-sela pesatnya pergulatan ilmu pengetahuan dan tekhnologi masa kini yang membutuhkan landasan epistemologis Islam dan sekaligus wacana keilmuan untuk kemaslahatan umat manusia−umat Islam.

B.    PEMBAHASAN
1.     Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi
Ilmu Pengetahuan dan tekhnologi atau sebutan sains dan technology[1] merupakan dua buah kata yang melambangkan kemajuan dan modernitas yang sering dirangkai begitu saja. Perangkaian ini memang tidak keliru karena munculnya tekhnologi modern bukan merupakan akibat sekunder dari sains. Sebaliknya, sudah sejak awal mula, riset tekhnologi menuntun riset ilmiah (sains) lewat trial and error. Istilah ilmu pengetahuan diambil dari kata bahasa Inggris science, yang berasal dari bahasa Latin scientia dari bentuk kata kerja  scire yang berarti mempelajari, mengetahui. Pertumbuhan selanjutnya pengertian ilmu mengalami perluasan arti sehingga menunjuk pada Islam, berikut terlebih dahulu didefinisikan antara ilmu dan pengetahuan.
a.     Definisi Ilmu dan Pengetahuan
Ilmu adalah pengetahuan yang dimiliki oleh manusia. Sedangkan pengetahuan adalah hasil dari aktivitas manusia tentang mengetahui segala sesuatu sehingga tidak diragukannya.  Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengetahuan adalah tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan) itu.[2]
Jika digabungkan menjadi “ilmu pengetahuan”, beberapa pendapat para ahli mendefinisikan, menurut Sidi Gazalba yang dikutip oleh Maragustam Siregar mengemukakan bahwa pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti, dan pandai.[3] Demikian pula mengutip Ashly Mountagu dalam bukunya the cultured man menyebutkan bahwa “science is a systematized knowledge services from observation, study, and Experimentation carried on order to determaine the natureor principlesof what being studied” (ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu system yang berasal dari pengalaman, studi dan pengalaman, studi dan pengalaman untuk menetukan hakikat dan prisip tentang sesuatu yang sedang dipelajari ).[4]
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang dimiliki oleh manusia yang didapatkan melalui proses dan study yang berbeda baik melalui pengalaman, eksprimen, klasifikasi−reduksi dan observasi, dan lain-lain serta menggunakan strategi dan metode berpikir secara objektif untuk memberi nilai dan makna sehingga dapat dimanfaatkan dalam dimensi kehidupan manusia.
Ramayulis dan Samsul Nizar[5] mengutip Quraish Shihab mengemukakan bahwa kata ilmu dalam berbagai bentuk terdapat 854 kali dalam al-Qur’an. Kata ini digunakan dalam proses pencapaian tujuan, ilmu dari segi bahasa berarti kejelasan jadi ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang jelas tentang sesuatu. Pengetahuan yang tidak jelas dari segi ontology, epistemology, maupun aksiologi di dalam Islam tidak dianggap sebagai ilmu walaupun orang menyebutnya ilmu juga.
Persoalan hakikat ilmu pengetahuan atau apa sebenarnya ilmu pengetahuan (ontology). Telah menjadi perdebatan antara kaum materialis dan kaum idealis. Kaum materialis hanya mengenal pengetahuan yang bersifat empiris, dengan pengertian bahwa pengetahuan hanya diperoleh dengan menggunakan akal atau indera yang bersifat empiris dan terdapat di alam materi yang ada di dunia ini. Sedangkan kaum idealis, termasuk Islam, ilmu pengetahuan bukan hanya diperoleh dengan perantaraan akal dan indera yang bersifat empiris saja, tetapi juga ada pengetahuan yang bersifat inmateri, yaitu pengetahuan yang berasal dari Allah sebagai khalik (pencipta) pengetahuan tersebut.
                                           Aktivitas

Ilmu
 





    Metode                  Pengetahuan
Dalam bagan tersebut memperlihatkan bahwa ilmu harus diusahakan dengan aktivitas manusia, aktivitas itu harus dilaksanakan dengan metode tertentu, dan akhirnya aktivitas metodis itu mendatangkan pengetahuan yang sistematis. Ilmu sebagai aktivitas ilmiah dapat berwujud penelaahan (study), penyelidikan (inquiry), usaha menemukan (attempt to find) atau pencarian (search). Oleh karena itu, pencarian biasanya dilakukan berulang kali, maka dalam dunia ilmu kini dipergunakan istilah yang paling berbobot guna menemukan pengetahuan baru. Metode ilmiah merupakan prosedur yang mencakup berbagai tindakan pikiran, pola kerja tata langkah, dan cara tekhnis untuk memperoleh pengetahuan baru atau memperkembangkan pengetahuan yang ada. Metode yang berkaitan dengan pola prosedural meliputi pengamatan, percobaan, pengukuran, survey, deduksi, induksi, analisis, dan lain-lain. Berkaitan dengan tata langkah meliputi penentuan masalah, perumusan hipotesis (bila perlu), pengumpulan data, penurunan kesimpulan, dan pengujian hasil.[6] Hasil pengujian tersebut yang telah tersusun dan sistematis seperti yang telah dikemukakan oleh imuan sebagai ilmu.
1)     Ciri-ciri ilmu pengetahuan
Ciri pengetahuan ilmiah adalah persoalan dalam ilmu itu penting untuk segera dipecahkan dengan maksud untuk memperoleh jawaban. Dalam hal ini memang ilmu muncul dari adanya problema atau harus dari suatu problema, tetapi problema itu telah diketahuinya sebagai suatu persoalan yang tidak terselesaikan dalam pengetahuan sehari-harinya. Disamping itu ilmu dapat memecahkan masalah sehingga mencapai suatu kejelasan dan kebenaran, walaupun bukan kebenaran akhir yang abadi dan mutlak. Kemudian bahwa setiap jawaban dalam masalah ilmu yang telah berupa kebenaran harus dapat diuji orang lain. Pengujiannya baik dalam pembenaran atau penyangkalan. Hal lain juga bahwa setiap masalah dalam ilmu harus dapat dijawab dengan cara penelaahan atau penelitian keilmuan yang seksama, sehingga dapat dijelaskan dan didefinisikan. Menurut The Liang Gie yang dikutip oleh Fuad Ihsan[7] bahwa ilmu pengetahuan atau pengetahuan ilmiah mempunyai ciri pokok yaitu; Pertama, Empiris, pengetahuan itu diperoleh berdasarkan pengamatan dan percobaan. Kedua, Sistematis, berbagai keterangan dan atau yang tersusun sebagai kumpulan pengetahuan itu mempunyai hubungan ketergantungan dan teratur. Ketiga, Objektif, ilmu berarti pengetahuan itu bebas dari prasangka perseorangan dan kesukaan pribadi. Keempat, Analitis, pengetahuan ilmiah berusaha membeda-bedakan pokok soalnya kedalam bagian yang terperinci untuk memahami berbagai sifat, hubungan, dan peranan dari bagian-bagian itu. Kelima, Verifikatif, dapat diperiksa kebenarannya, oleh siapa pun juga.
b.     Definisi Tekhnologi
Ilmu adalah sumber teknologi yang mampu memberikan kemungkinan munculnya berbagai penemuan rekayasa dan ide-ide. Adapun teknologi adalah terapan atau aplikasi dari ilmu yang dapat ditunjukkan dalam hasil nyata yang lebih canggih dan dapat mendorong manusia untuk berkembang lebih maju lagi.[8] Tekhnologi adalah kemampuan tekhnik yang berlandaskan pengetahuan ilmu eksakta yang berdasarkan proses tekhnis, ilmu tekhnik.[9] Menurut Paul W.Devore yang dikutip oleh Fuad Ihsan, tekhnologi adalah ilmu terapan yang dikembangkan lebih lanjut, dan meliputi perangkat keras dan perangkat lunak yang merupakan manifestasi atas kekuasaan alam, manusia dan kebudayaannya.[10] Sindung Tjahyadi merangkum berbagai definisi atas teknologi bahwa, pertama teknologi adalah penerapan ilmu, kedua, teknologi adalah ilmu yang dirumuskan dalam kaitan dengan aspek eksternal, yaitu industri, dan aspek internal yang dikaitkan dengan objek material ilmu maupun aspek ‘murni-terapan’, dan ketiga,teknologi merupakan keahlian yang terkait dengan realitas kehidupan sehari-hari.[11]
Dari beberapa definisi tersebut di atas dapat simpulkan bahwa tekhnologi adalah hasil olahan dari ilmu pengetahuan yang diterapkan sebagai hasil yang nyata meliputi kemampuan tekhnik baik dari gabungan piranti software (perangkat lunak) dan hardware (perangkat keras), atau dengan kata lain hasil kreatifitas dan keahlian manusia dalam kehidupannya untuk menunjang keinginan dan kebutuhan manusia tersebut.

2.     Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi dalam Perspektif Islam
Peradaban Islam sangat berbeda dengan Yunani, Romawi dan Byzantium dalam memandang teknologi.  Para cendekiawan Muslim di era kekhalifahan menganggap teknologi sebagai sebuah cabang ilmu pengetahuan yang sah.  Fakta itu terungkap berdasarkan pengamatan para sejarawan sains Barat di era modern terhadap sejarah sains di Abad Pertengahan. Demikian pula ajaran Islam ia tidak akan bertentangan dengan teori-teori pemikiran modern yang teratur dan lurus dan analisa-analisa yang teliti dan obyekitf. Dalam pandangan Islam menurut hukum asalnya segala sesuatu itu adalah mubah termasuk segala apa yang disajikan oleh berbagai peradaban baik yang lama ataupun yang baru. Semua itu sebagaimana diajarkan oleh Islam tidak ada yang hukumnya haram kecuali jika terdapat nash atau dalil yang tegas dan pasti mengherankannya.[12]
Sebagai umat Islam kita harus menyadari bahwa dasar-dasar filosofis untuk mengembangkan ilmu dan teknologi itu bisa dikaji dan digali dalam Alquran sebab kitab suci ini banyak mengupas keterangan-keterangan mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi.
a.     Al -Qur’an sebagai sumber Inspirasi Ilmu Pengetahuan
Salah satu ciri yang membedakan islam dengan yang lain adalah penekanannya terhadap masalah ilmu. Al-qur’an, sebagai sumber utama ajaran islam, telah memberikan landasan yang kuat bagi umat islam dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Al-qur’an dan As Sunnah mengajak kaum muslimin untuk mencari dan mendapatkan ilmu dan kearifan, serta menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada derajat yang tinggi.[13]
Sumber utama ilmu pengetahaun adalah Allah SWT karena Allah yang menciptakan ilmu pengetahuan tersebut. Dialah yang menurunkan ilmu pengetahuan melalui ayat ilahiyahnya dan insaniyahnya. Sebagai epistemology ilmu pengetahuan, maka Al-Qur’an sebagai ayat ilahiyah dan hadis adalah basis perumusan teori dalam tradisi penelitian umat Islam, namun sumber pengetahuan lain selain sumber ilahiyah tersebut terdapat pula diri insaniyah atau potensi-potensi manusia. Potensi manusia untuk berpikir untuk menemukan ilmu pengetahuan baik melalui dirinya sendiri  maupun alam sekitarnya.
Kuntowijoyo[14] mengemukakan bahwa paradigma Al-Qur’an berarti suatu konstruk pengetahuan yang memungkinkan kita memahami realitas sebagaimana Al-Qur’an memahaminya. Konstruk ilmu pengetahuan itu dibangun oleh Al-Qur’an pertama-tama dengan tujuan agar kita memiliki “hikmah” yang atas dasar itu dapat dibentuk prilaku yang sejalan dengan nilai-nilai normatif Al-Qur’an, baik pada level moral maupun sosial. Tetapi rupanya, konstruk pengetahuan itu juga memungkinkan kita merumuskan desain-desain mengenai system pendidikan Islam, termasuk dalam hal system Ilmu pengetahuannya. Jadi, disamping memberikan gambaran aksiologis, paradigma Al-Qur’an juga dapat berfungsi untuk memberikan wawasan epistemologis.
Beberapa ayat Al-Qur’an menjelaskan yaitu diantaranya:
1)     Al-Alaq ayat 1-5:
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈù y7š/uur&tø%$# ãPtø.F{$# ÇÌÈ Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ  
Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan-mu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.(QS.Al-Alaq [96]:1-5.[15]

Dari ayat di atas sebagai ayat yang pertama kali turun yang diterima oleh Rasulullah Muhammad SAW di Gua Hira, kata “Iqraa” yang berarti bacalah, perintah membaca tersebut sebagai acuan dasar belajar. Kendati membaca disini diperuntukkan “menyebut nama Tuhan−Allah SWT”, namun Al-Qur’an itu sendiri menghendaki membaca apa saja selama membaca itu dalam konteks makro, bermanfaat dan berskala kemanusiaan. Kata “bacalah” disini dapat dimaknai pula sebagai perintah “telitilah, amatilah, dalamilah. Meneliti dan mengamati apa saja baik kekuasaan Allah−tanda-tanda alam, ilmu yang diturungkan baik yang tersurat maupun yang tersirat. Hal ini mencakup secara umum yang berkaitan kegiatan manusia untuk mengetahui segala sesuatu yang dapat membawa manfaat dan kemaslahatan manusia umumnya dan ummat Islam khususnya.
Selanjutnya, dari wahyu pertama Al-Qur’an diperoleh isyarat bahwa ada dua cara perolehan dan pengembangan ilmu, yaitu Allah swt mengajar dengan pena yang telah diketahui manusia lain sebelumnya, dan mengajar manusia (tanpa pena) yang belum diketahuinya. Cara pertama adalah mengajar dengan alat atas dasar usaha manusia, sedangkan cara kedua mengajar tanpa alat dan tanpa usaha manusia. Walaupun berbeda, keduanya berasal dari satu sumber, yaitu Allah SWT. Manusia, menurut Al-Qur’an memiliki potensi untuk meraih ilmu dan mengembangkan dan menikmati manfaatnya dengan izin Allah SWT. Karena itu, bertebaran ayat yang memerintahkan manusia menempuh berbagai cara untuk mewujudkan hal tersebut. Berkali-kali Al-Qur’an menunjukkan betapa tingginya kedudukan orang-orang yang berpengetahuan. Al-Qur’an memerintahkan manusia untuk terus berupaya meningkatkan kemampuan ilmiahnya, karena manusia memiliki naluri selalu haus akan (rasa ingin tahu) apa saja yang ada di sekitarnya. Hal ini dapat menjadi pemicu manusia untuk terus mengembangkan teknologi dengan memanfaatkan anugerah Allah swt yang dilimpahkan kepadanya.[16]
2)     Surat Al-Anbiya ayat 80:
çm»oY÷K¯=tæur spyè÷Y|¹ <¨qç7s9 öNà6©9 Nä3oYÅÁósçGÏ9 .`ÏiB öNä3Åù't/ ( ö@ygsù öNçFRr& tbrãÅ3»x© ÇÑÉÈ    
Artinya: “Telah kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu guna memelihara diri dalam peperanganmu.” (QS.Al.Anbiya [21] : 80.[17]

Dari ayat tersebut diatas jelas bahwa manusia telah diperintahkan membuat sarana tekhnologi untuk menunjang aktifitas dan kelansungan hidupnya. Maka tidak heran jika kembali merefiew sejarah yang sebelum abad ke 10 Masehi manusia-manusia muslim (pemikir-pemikir muslim) telah mampu mempelihatkan tekhnologi dan produktif dalam upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Keunggulan ummat Islam dalam ilmu pengetahuan dan tekhnologi masa lalu sangat mempengaruhi kehidupan dan kemajuan ilmu pengetahuan hingga masa-masa kejayaan Islam hingga dibidang ini mengalami kemunduran akhirnya ilmu pengetahuan dan tekhnologi ummat Islam itu beralih ke dunia barat hingga era modern ini barat masih menjadi pengendali utama tekhnologi.
3)     Surat Yunus ayat 101:
È@è% (#rãÝàR$# #sŒ$tB Îû ÅVºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur 4 $tBur ÓÍ_øóè? àM»tƒFy$# âäY9$#ur `tã 7Qöqs% žw tbqãZÏB÷sムÇÊÉÊÈ  
Artinya: Katakanlah, ”Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi!. Tidaklah bermanfat tanda kekuasaan Allah dan asul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman ” (QS.Yunus [10]:101.[18]

4)     Surat Thaahaa ayat 114:
n?»yètGsù ª!$# à7Î=yJø9$# ,ysø9$# 3 Ÿwur ö@yf÷ès? Èb#uäöà)ø9$$Î/ `ÏB È@ö6s% br& #Ó|Óø)ムšøs9Î) ¼çmãômur ( @è%ur Éb>§ ÎT÷ŠÎ $VJù=Ïã ÇÊÊÍÈ  
Artinya: Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al Qur’an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katkanlah:”Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku Ilmu Pengetahuan. (QS. Thaaha [20]:114.[19]

Makna ayat-ayat diatas sangat jelas bahwa manusia dituntut untuk memahami relaita cipataan Allah SWT sekaligus menjadikan kitab suci Al-Qur’an sebagai sumber Ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Karena agama Islam mengarahkan ummatnya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan maupun tekhnologi berada pada koridor yang dipersyaratkan.
b.     Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi dalam Islam: Antara Kebutuhan dan Tantangan
Dengan tekhnologi aktifitas dan kebutuhan manusia dapat dengan mudah dilakukan hingga mencapai hasil maksimal yang diinginkan. Baik dari segi komunikasi informasi dan pelayanan yang tidak lagi menguras waktu dan tenaga manusia untuk melakukannya. Akses infomasi yang demikian cepat (internet: sumber informasi utama manusia masa kini) dengan hadirnya fasilitas internet telah memberikan peluang dan strategi bagi siapa saja untuk mengaksesnya baik yang ada dalam situs-situs jejaring social mengarahkan manusia untuk beradu pemikiran. Perkembangan Ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang demikian pesat ini, menyebabkan manusia larut dan terlena dalam buaian tekhnologi itu yang tanpa disadari, peran dan terjangan pola budaya kapitalistik dan hedonis yang dipelopori oleh Barat (Yahudi dan Nasrani) yang membawa pada pola hidup individualis, pragmatis, materialis, dan sekuler hingga menyebabkan manusia lupa akan eksistensinya, baik eksistensi berketuhanan dan eksistensi kemanusiaan pun kian tercerabut dari hakikat dasarnya sehingga tidak akan membawa manusia pada kemaslahatan hidup. Waktu yang nyaris hilang bagi ummat manusia−khususnya ummat Islam dengan larutnya pada kesibukan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dan menjauhkan diri dari kegiatan-kegiatan spiritual, dan nilai-nilai ketauhidan hingga berimplikasi pada redupnya akhlak, imam dan keislaman. Kecenderungan lain manusia mengalami kegersangan jiwa yang nyaris hilang dan tanpa kendali, menghilangkan bentuk kesalehan spiritual dan mendewakan piranti soft dan hard, hingga mengalami kebingungan dalam pusaran global dan menjauhkannya dari Tuhan.
Pada sisi lain krisis multidimensi ini dari pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan iptek juga membawa aspek hilangnya kendali nilai-nilai moral Ketuhanan dan agama. Krisis ekologis,[20] misalnya: berbagai bencana alam: tsunami, gempa dan kacaunya iklim dan cuaca dunia akibat pemanasan global yang disebabkan tingginya polusi industri di negara-negara maju; Kehancuran ekosistem laut dan keracunan pada penduduk pantai akibat polusi yang diihasilkan oleh pertambangan mineral emas, perak dan tembaga, seperti yang terjadi di Buyat, Sulawesi Utara dan di Freeport Papua, Minamata Jepang. Kebocoran reaktor Nuklir di Chernobil, Rusia, dan di India, dll. Krisis Ekonomi dan politik yang terjadi di banyak negara berkembang dan negara miskin, terjadi akibat ketidakadilan dan ’penjajahan’ (neo-imperialisme) oleh negara-negara maju yang menguasai perekonomian dunia dan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Demikianlah yang terjadi maka ilmu pengetahuan dan tekhnologi tidak lagi membawa manusia pada jalan kesejahteraan, kedamaian dan kebenaran yang diridhoi Allah SWT.
Terkadang manusia tidak menyadari bahwa jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam pemikiran mereka akan alam beserta isinya terdapat dalam Al-Qur’an. Namun bukannya justru kembali ke Al-Qur’an, malah mencari sumber dari berbagai buku, internet dan sebagainya. Padahal jawaban dari masalah pengetahuan itu secara tersurat/tersirat terdapat dalam Al-Qur’an.[21] Maka dengan demikian sebagai insan dan generasi Islam telah seyogyanya menuntut ilmu pengetahuan dan mengikuti pola perkembangan serta mengambil peran pengembangan tekhnologi yang tentunya berlandaskan pada iman, nilai-nilai keislaman dan budaya baik dalam bentuk memanfatan dan mengendalikan guna perwujudan kemaslahatan hidup.

3.     Peran Islam Dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi
Al-Qur’an menuntun umat Islam untuk mengembangan kapasitas ilmiahnya terutama dalam upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Manusia−umat Islam yang sadar akan eksistensinya dan sebagai insan yang memiliki naluri ingin serba tahu terhadap hal-hal yang dianggapnya masih misteri membuatnya terus berupaya membuka tabir ilmu pengetahuan. Jika dieksplorasi pandangan Al-Qur’an tentang ilmu pengetahuan dan tekhnologi ini, sebagai contoh yang membicarakan tentang fenomena alam, dan sekaligus memerintahkan manusia untuk memahaminya maka hal ini dapat ditelaah perintah Al-Qur’an yang terdapat dalam surat Al-Ghasyiyah ayat 17-20 yaitu:
Ÿxsùr& tbrãÝàYtƒ n<Î) È@Î/M}$# y#øŸ2 ôMs)Î=äz ÇÊÐÈ n<Î)ur Ïä!$uK¡¡9$# y#øŸ2 ôMyèÏùâ ÇÊÑÈ n<Î)ur ÉA$t6Ågø:$# y#øx. ôMt6ÅÁçR ÇÊÒÈ n<Î)ur ÇÚöF{$# y#øx. ôMysÏÜß ÇËÉÈ  
Artinya:Maka Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana Dia diciptakan?, dan langit, bagaimana ia ditinggikan?, dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?, dan bumi bagaimana ia dihamparkan?. (QS. Al-Ghasyiyah [88]:17-20.[22]

Dari pandangan Al-Qur’an tersebut umat Islam membuktikan kemampuan ilmiahnya dengan mengambil peran terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, sebagaimana sejarah telah mencatat bahwa puncak kejayaan ilmu pengetahuan adalah berasal dari Islam hingga mengalami kemunduran lalu tradisi tersebut beralih ke dunia barat (non Islam). Namun demikian hingga hari ini peranan ummat Islam terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi patut diapresiasi sebagai kemajuan yang luar biasa. Peranan Islam tersebut sebagai contoh yang jadi perbincangan yakni keberhasilan dan keunggulan Negara Republik Islam Iran mengembangkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi sehingga menjadikan negara ini disegani oleh negara maju seperti Amerika dan sekutunya terkait tekhnologi yang diciptakannya. Ini sebagai bukti peranan Islam dalam kemajuan tekhnologi modern.
Perkembangan kebudayaan Iran, khususnya berkenaan dengan teknologi dan sains Iran yang sungguh luar biasa, bahkan hasil penelitian dari Kanada menunjukkan 11 lebih cepat perkembangan sains dan teknologi yang terjadi di Iran jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Ini yang membanggakan kita semua karena Iran merupakan negara Islam dan bagian dari kita. Menurut pemaparan Prof. Dr. Naderin Manesh, Wakil Menteri Sains, Riset dan Teknologi Republik Islam Iran, perkembangan peradaban Islam yang terjadi di Iran dilandasi; Pertama, Ijtihad yang sungguh-sungguh, kedisiplinan dan semangat yang tinggi dalam mencapai dan belajar ilmu pengetahuan. Kedua, Pandangan dunia yang benar. Tahap ini tidak akan tercapai. Ketiga, Semua yang melandasi itu kemandirian berfikir, tanpa tekanan dari yang lain dan negara manapun. Lebih lanjut Naderin mengemukakan bahwa, ihwal kemajuan teknologi ada prinsip yang harus dipegang para ilmuan. “Apapun yang dibentuk dari uranium dan bisa memusnahkan itu haram hukumnya untuk dilakukan. Meskipun dari ini kita bisa berbuta dan menciptakan apa saja,” Ketika ahli nuklir Ahmad mati dibunuh orang-orang Barat, empat ribu orang siap untuk menggantikanya. Ini menunjukkan betapa penting dan banyak orang yang ahli nuklir di Iran ini. Kemajuan ini semuanya bukan untuk Iran, tetapi untuk Islam karena islam itu satu.[23]
Menurut Alpiadi Prawiraningrat[24] yang mengutip Rizky mengemukakan bahwa peran Islam dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada dasarnya ada 2 (dua), yaitu: (1) Menjadikan aqidah Islam sebagai paradigma pemikiran dan ilmu pengetahuan. Jadi, paradigma Islam, dan bukannya paradigma sekuler, yang seharusnya diambil oleh umat Islam dalam membangun struktur ilmu pengetahuan;  (2)  Menjadikan syariah Islam sebagai standar penggunaan ilmu pengetahuan. Jadi, syariah Islam-lah, bukannya standar manfaat (utilitarianisme), yang seharusnya dijadikan tolok ukur umat Islam dalam mengaplikasikan iptek.
Berkaitan dengan peran agama Islam yang pertama, aqidah Islam sebagai dasar ilmu pengetahuan dan teknologi.  Inilah peran pertama yang dimainkan Islam dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, yaitu aqidah Islam harus dijadikan basis segala konsep dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Inilah paradigma Islam sebagaimana yang telah dibawa oleh Rasulullah SAW.  Namun di sini perlu dipahami dengan seksama, bahwa ketika aqidah Islam dijadikan landasan iptek, bukan berarti konsep-konsep iptek harus bersumber dari Al-Qur`an dan Al-Hadits, tapi maksudnya adalah konsep iptek harus distandardisasi benar salahnya dengan tolok ukur Al-Qur`an dan Al-Hadits dan tidak boleh bertentangan dengan keduanya. Maksud dari menjadikan aqidah Islam sebagai landasan ilmu pengetahuan dan teknologi bukanlah bahwa konsep ilmu pengetahuan dan teknologi wajib bersumber kepada Al-Qur`an dan Al-Hadits, tapi yang dimaksud, bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi wajib berstandar pada Al-Qur`an dan Al-Hadits.  Ringkasnya, Al-Qur`an dan Al-Hadits adalah standar (miqyas) ilmu pengetahuan dan teknologi, dan bukannya sumber (mashdar) ilmu pengetahuan dan teknologi. Artinya, apa pun konsep yang dikembangkan, harus sesuai dengan Al-Qur`an dan Al-Hadits.
Peran kedua agama Islam dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah bahwa syariah Islam harus dijadikan standar pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam) wajib dijadikan tolok ukur dalam pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi, bagaimana pun juga bentuknya. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang boleh dimanfaatkan, adalah yang telah dihalalkan oleh syariah Islam. Sedangkan iptek yang tidak boleh dimanfaatkan, adalah yang telah diharamkan syariah Islam.  Keharusan tolok ukur syariah ini didasarkan pada banyak ayat dan juga hadits yang mewajibkan umat Islam menyesuaikan perbuatannya (termasuk menggunakan iptek) dengan ketentuan hukum Allah dan Rasul-Nya. 
Jika kedua peran tersebut dijalankan oleh ummat Islam dengan semaksimal mungkin maka kemaslahatan ummat akan terwujud diera modern sekarang ini. Kemaslahatan ummat dengan hadirnya ilmu pengetahuan dan tekhnologi adalah cita-cita Islam dan dambaan seluruh ummat Islam. Kedamaian, ketentraman dan kesejahteraan hidup manusia dalam segala dimensi kehidupannya adalah wujud yang dilandasi oleh nilai-nilai moralitas agama.

4.     Islamisasi Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi: Sebuah Analisis Urgensi
Fungsi ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang pada hakekatnya membawa kemaslahatan umat manusia−umat Islam, dan pada sisi lain membawa kehancuran bagi ummat manusia tanpa memandang usia, ruang dan waktu, maka penting dilakukan penelahan lebih mendalam terutama bagi para intelektual Islam baik dalam bentuk penggunaan dan kemanfaatannya. Islam sebagai agama yang suci memberikan ruang terbuka bagi manusia untuk melakukan strategi pengembangan dalam dimensi kehidupan manusia itu sendiri terutama ilmu pengetahuan dan tekhnologi sepanjang dalam aplikatif dapat membawa manfaat dan tidak menimbulkan kemudaratan.
Para ilmuan-ilmuan Islam terkenal dan bahkan ilmuan barat pada sepanjang sejarah baik dalam proses pengkajiannya terhadap ilmu pengetahuan maupun tekhnologi tidak hanya memiliki komitmen teguh untuk membawa hasil pemikirannya pada arah tatanan kehidupan manusia yang lebih bermanfaat dan berperadaban, namun memiliki pula landasan filsafat ketuhanan dan nilai-nilai fundamental agama yang mumpuni, sebagaimana contoh ungkapan Albert Einstein pada pendahuluan di awal. Maka dengan demikian antara ilmu dan agama tidak dapat terpisahkan. Karna sumber utama ilmu pengetahuan dapat melalui teks-teks keagamaan yang dalam konteks ini nash Al-Qur’an dan Hadis-hadis Nabi SAW yang sahih.
Peranan Ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang disatu sisi memiliki aspek nilai kemanfaatan dan dapat menunjang kebutuhan dan kelangsungan hidup manusia, dan disisi lain memiliki nilai yang dapat membawa pada kehancuran manusia atau dengan kata lain menjauhkan manusia dari aspek moralitas dan keagamaan−(Sekularisme). Dengan demikian disinilah pentingnya ummat Islam memposisikan diri dalam mengambil peran untuk mengarahkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dengan semaksimal mungkin pada tatanan kemaslahatan ummat manusia. Kajian dan penerapan-penerapan tekhnologi sebagai bias dari ilmu pengetahuan perlu control dan pengawalan sesuai batas-batas garis nilai agama dan kaidah syariah−Islam. Bentuk tindakan yang demikian ini sebagai salah satu bentuk strategi Islamisasi ilmu pengetahuan dan tekhnologi.
Islamisasi sebagai gerakan intelektual internasional pertama kali dimunculkan oleh Isma’il Raji Al-Faruqi dari Lembaga Pemikiran Islam Internasional (International Institute of Islamic Thought) di Amerika Serikat menjelang 1980-an. Gagasan Islamisasi ilmu pengetahuan sudah dicetuskan sebelumnya oleh Naquib Al-attas dari Malaysia. Kuntowijoyo[25] mengemukakan bahwa Islamisasi pengetahuan berusaha supaya ummat Islam tidak begitu saja meniru metode-metode dari luar yang mengembalikan pengetahuan pada pusatnya, yaitu tauhid. Dari tauhid aka ada tiga macam kesatuan, yaitu kesatuan pengetahuan, kesatuan kehidupan, dan kesatuan sejarah. Selama ummat Islam tidak mempunyai metodologi sendiri, ummat akan selalu dalam bahaya. Kesatuan pengetahuan artinya pengetahuan harus menuju kepada kebenaran yang satu. Kesatuan hidup berarti hapusnya perbedaan antara ilmu yang sarat nilai dengan ilmu yang bebas nilai. Kesatuan sejarah artinya pengetahuan harus mengabdi pada ummat dan pada manusia.
Pengetahuan dalam Islam, dapat dikatakan bahwa pengetahuan adalah kebudayaan. Kebudayaan sebagai sebuah rumusan adalah hal yang bermanfaat untuk berlakunya suatu ilmu pengetahuan. Dilain halnya jika pengetahuan tersebut telah berbudaya dalam bentuk egoisitik dan individualis maupun melebihi batasannya sehingga tidak lagi memiliki status maka pengetahuan akan kehilangan hakekat murninya dari Islam. Beragam bentuk eksperimen yang dilakukan oleh ilmuan misalnya terutama ilmuan barat sehingga menyebabkan pemahaman dalam dirinya melakukan klaim kebenaran. Agama sebagai kebenaran banyak dipersepsikan oleh manusia orientalis akan dimusnahkan dengan pengetahuannya, karna cita-cita demikian itu dibarengi dengan sikap penghancuran perabadan melalui sekularisme. Nilai fundamental dan agama Islam yang mengakui objektifitasnya pengetahuan melalui metode penelahan, suvey dan eksperimen. Penggunaan metode tersebut tentunya harus terbawa dengan sikap kesadaran ilahiyah yang bermuatan iman sehingga resiko yang bakal muncul dapat diatasi tanpa ada kekhawatiran.
Dalam bentuk ilmu pengetahuan dan kesenian ada tentang dari objentive-veriable sampai yang ke subjective. Kuntowijoyo mengutip Arthur Koestler mengemukakan bahwa rentang itu ialah, Kimia, Biokimia, Biologi, Kedokteran, Psikologi, Antropologi, Sejarah, Biografi, Novel, Epik dan Lirik. Untuk ilmu yang betul-betul objektif kiranya sangat bergantung pada niyat individu, maka niat itulah yang perlu diislamisasi, dan bukan ilmunya.[26]Jika ditinjau demikian, penulis salah satu orang yang sepakat dengan Islamisasi niat tersebut yang melandasi terwujudnya hasil ilmu pengetahuan, namun ilmu pun penting berada pada lingkaran islamisasi dalam artian aplikatif ilmu pengetahuan tersebut mestinya berada pada alur nilai keislaman yang mengarah pada kemaslahatan dan kebahagiaan manusia. Dengan demikian islamisasi ilmu pengetahuan dan tekhnologi menjadi salah satu hal yang terpenting bagi kita khususnya umat Islam dalam era modernitas sekarang ini, guna mengcounter pengaruh sekularisasi Barat yang bebas nilai.
Dalam hal lain beberapa catatan tentang pentingnya islamisasi ilmu pengetahuan adalah pertama, Islamisasi ilmu pengetahuan lahir sebagai koreksi dari ilmu-ilmu modern yang dihasilkan oleh dunia Barat yang cenderung bebas nilai dari tuntunan wahyu. Secara ontologis, Islamisasi ilmu pengetahuan memandang bahwa realitas alam semesta, realitas sosial dan historis ada hukum-hukum yang mengatur dan hukum itu adalah ciptaan Tuhan. Kedua, Islamisasi ilmu pengetahuan dalam tataran epistimologinya mengkaji ayat-ayat al-Qur'an karena sebagian ayat al-Qur'an memasuki wilayah kajian empiris dan historis sehingga kebenaran pernyataannya terbuka untuk dibuktikan dan dihadapkan dengan metodologi keilmuan. Ketiga, Islamisasi ilmu pengetahuan secara aksiologi memandang bahwa ilmu pengetahuan itu sarat dengan nilai-nilai moral (moral value) dengan kata lain ilmu itu tidak netral nilai melainkan dalam ilmu pengetahuan itu terkandung nilai-nilai luhur berdasarkan ajaran Islam yang mengkristal pada akar-akar Ilahi.[27] Adapun tujuan Islamisasi pengetahuan ini menurut Al-Faruqi, yaitu; Pertama, Penguasaan disiplin ilmu modern. Kedua, Penguaasaan warisan Islam. Ketiga, Penentuan relevansi khusus Islam bagi setiap bidang pengetahuan modern. Keempat, Pencarian cara-cara untuk menciptakan perpaduan kreatif antara warisan Islam dan pengetahuan modern (melalui survey masalah umat Islam dan umat manusia seluruhnya). Kelima, Pengarahan pemikiran Islam ke jalan yang menuntunnya menuju pemenuhan pola Ilahiyah dari Allah. Keenam, Realisasi praktis islamisasi pengetahuan melalui: penulisan kembali disiplin ilmu modern ke dalam kerangka Islam dan menyebarkan pengetahuan Islam.[28]
Dari gambaran akan tujuan dan pentingnya Islamisasi ilmu pengetahuan maka berikut diuraikan beberapa model pengembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi sebagaimana yang dikemukakan oleh Muhaimin[29] yaitu:
a.      Model purifikasi, pada model ini diartikan sebagai pembersihan dan penyucian, yakni dengan berusaha menyelenggarakan pengkudusan ilmu pengetahuan agar sesuai dan sejalan dengan nilai dan norma islam. Seperti halnya yang telah digagas oleh Al-Faruqi dan Al-Attas, yang telah merekomendasikan islamisasi ilmu pengetahuan dengan : Penguasaan khasanan ilmu pengetahuan muslim, penguasaan khasanah pengetahuan masa kini, identifikasi kekurangan ilmu pengetahuan itu dalam kaitannya dengan ideal Islam, dan rekontruksi ilmu-ilmu itu sehingga menjadi suatu paduan yang selaras dengan wawasan dan ideal Islam.
b.     Model modernisasi Islam, yaitu dengan membuka mata dunia Islam untuk cenderung mengembangkan pesan Islam dalam konteks perubahan sosial dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Serta melakukan liberalisasi pandangan yang adaftif terhadap kemajuan zaman tanpa harus meninggalkan sikap kritis terhadap unsur negatif dari proses modernisasi, sehingga ia lebih menampilkan kelenturan dan keterbukaan dalam menanggapi dunia yang plural dan terus berubah. Dengan kata lain bersikap modern berarti bersikap lentur, terbuka, ilmiah, rasional, progresif dan dinamis, serta tanpa segan melakukan transformasi, akomodasi bahkan adopsi terhadap pemikiran dan temuan dari ilmu pengetahuan dan teknologi.
c.      Model neo-modernis, yaitu berupaya memahami ajaran-ajaran dan nilai mendasar yang terkandung dalam Al-Qur’an dan sunnah dengan mengikutsertakan dan mempertimbangkan khasanah intelektual muslim klasik serta mencermati kesulitan-kesulitan dan kemudahan-kemudahan yang ditawarkan oleh dunia ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
5.     Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi dalam Implikasi Pendidikan: Sebuah Wacana Langkah Strategis
Berangkat dari pembahasan tersebut diatas maka sesuai analisis penulis, beberapa langkah yang harus dilakukan dalam upaya menyikapi perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dan implikasinya terhadap pendidikan−pendidikan Islam pada masa kini yaitu; pertama, dalam pendidikan pentingnya dilakukan pengajaran dan pembelajaran dengan mengintegrasikan dan menyelaraskan antara ilmu pengetahuan dan tekhnologi (iptek) dengan iman takwa (imtak). Kedua, pentingnya memperkenalkan atau mensosialisasikan dampak positif dan negative serta pengaruh dari tekhnologi baik pada siswa ditiap tingkatan dan satuan pendidikan, hingga masyarakat luas. Ketiga, pentingnya mengintegrasikan nilai-nilai akhlak dan keagamaan pada tiap kurikulum materi pengajaran ilmu terapan di sekolah-sekolah. Keempat,  Pendidikan nilai (baik nilai moralitas Islam dan nilai karakter budaya lokal) sebagai salah satu indicator terbentuknya kepribadian yang berkarakter dalam menghadapi dinamika perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Kelima, dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang dalam pandangan Islam−manusia sebagai khalifah, perlunya dipahami bahwa tujuan dari ilmu pengetahuan dan tekhnologi tersebut adalah untuk kemakmuran manusia dimuka bumi atau sebagai rahmatan lilalamin. Keenam, Pentingnya penelaahan lebih mendalam makna dan hakekat ilmu pengetahuan dan tekhnologi melalui pesan-pesan (ayat) Al-Qur’an sebagai dasar teori dan sumber inspirasi pengembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Ketujuh, berkembangnya sebuah tekhnologi adalah bagian dari kebijakan para pemimpin negeri (penguasa, pemegang kebijakan) yang sangat strategis dan berpengaruh, maka dengan demikian hendaknya menyadari dan memberikan peluang kebijakan pengembangan tekhnologi yang berbasis pada daya manfaat serta batas kebutuhan masyarakat yang berlandaskan pada nilai-nilai keagamaan−(keislaman) dan kemanusiaan.

C.    PENUTUP
Kesimpulan
1.     Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang dimiliki oleh manusia yang didapatkan melalui proses dan study yang berbeda baik melalui pengalaman, eksprimen, klasifikasi−reduksi dan observasi, dan lain-lain serta menggunakan strategi dan metode berpikir secara objektif untuk memberi nilai dan makna sehingga dapat dimanfaatkan dalam dimensi kehidupan manusia. Sedangkan tekhnologi adalah hasil olahan dari ilmu pengetahuan yang diterapkan sebagai hasil yang nyata meliputi kemampuan tekhnik baik dari gabungan piranti software (perangkat lunak) dan hardware (perangkat keras), atau dengan kata lain hasil kreatifitas dan keahlian manusia dalam kehidupannya untuk menunjang keinginan dan kebutuhan manusia tersebut.
2.     Ajaran Islam ia tidak akan bertentangan dengan teori-teori pemikiran modern sehingga pengembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi merupakan hal yang terpenting dalam membawa kemaslahatan manusia. Dalam pandangan Islam menurut hukum asalnya segala sesuatu itu adalah mubah termasuk segala apa yang disajikan sebagai ilmu pengetahuan dan tekhnologi oleh berbagai peradaban. Hal tersebut tidaklah bertentangan sepanjang niat dan penggunaannya dapat membawa kemaslahatan manusia.
3.     Sumber utama ilmu pengetahaun adalah Allah SWT karena Allah yang menciptakan ilmu pengetahuan tersebut. Dialah yang menurunkan ilmu pengetahuan melalui ayat ilahiyahnya dan insaniyahnya. Sebagai epistemology ilmu pengetahuan, maka Al-Qur’an sebagai ayat ilahiyah dan hadis adalah basis perumusan teori dalam tradisi penelitian umat Islam, namun sumber pengetahuan lain selain sumber ilahiyah tersebut terdapat pula diri insaniyah atau potensi-potensi manusia. Potensi manusia untuk berpikir untuk menemukan ilmu pengetahuan baik melalui dirinya sendiri  maupun alam sekitarnya.
4.     Ilmu pengetahuan dan tekhnologi memiliki memiliki peranan yang cukup memenuhi kebutuhan dan mengantarkan pola kehidupan umat manusia menjadi lebih baik, namun disisi lain membawa pula kecenderungan manusia pada kehancuran, baik pada kehancuran peradaban, kehancuran lingkungan dan bahkan membawa manusia pada sikap yang jauh dari nilai-nilai spiritual keagamaan. Disinilah pentingnya manusia memilah dan memilih pengembangan ilmu pengetahuan dan penggunaan tekhnologi sesuai kapasitas dan kebutuhannya.
5.     Peran Islam dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada dasarnya ada 2 (dua), yaitu: (1) Menjadikan aqidah Islam sebagai paradigma pemikiran dan ilmu pengetahuan. Jadi, paradigma Islam, dan bukannya paradigma sekuler, yang seharusnya diambil oleh umat Islam dalam membangun struktur ilmu pengetahuan;  (2)  Menjadikan syariah Islam sebagai standar penggunaan ilmu pengetahuan.
6.     Pentingnya Islamisasi ilmu pengetahuan dan tekhnologi sebagai langkah mengantarkan manusia menuju pada pola kehidupan yang damai, karena dalan aspek aksiologi memandang bahwa ilmu pengetahuan itu sarat dengan nilai-nilai moral (moral value) dengan kata lain ilmu itu tidak netral nilai melainkan dalam ilmu pengetahuan itu terkandung nilai-nilai luhur berdasarkan ajaran Islam yang mengkristal pada akar-akar Ilahiyah.
7.     Pengembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi hendaknya menelaah langkah-langkah yang sarat melalui proses pendidikan yang tetap berasas pada pesan-pesan ketuhanan melalui teks-teks keagamaan. Manusia sebagai khalifah hendaknya memiliki kesadaran akan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang dikembangkannya sebagai rahmatan lilalamin.


DAFTAR PUSTAKA

Alfatih, Sekularisasi dan Islamisasi Ilmu, dalam Website: http://alfatihberkah.blogspot.com /2013/01/ sekularisasi-dan-islamisasi-ilmu.html.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah-Nya, Bandung: Sigma Examedia Arkanleema, 2009.
Fahreena, Islamisasi Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi, dalam Website, http://fahreena. wordpress.com/2010/07/02/islamisasi-ilmu-pengetahuan-dan-teknologi/.

Firmanto, Taufik , Islam dan Tekhnologi, dalam Website:http://humaniora.kompasiana.com /agama /2010/11/15/3/319311/islam-dan-teknologi.html,
Ghifarie, Ibn, Revolusi Sains dan Tekhnologi untuk Kemajuan Islam, dalam website: http://www.uinsgd.ac.id/front/detail/berita/revolusi-sains-dan-teknologi-untuk-kemajuan-islam,

Junaedi, Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi, dalam Website: http://edijunaedipoenya. blogspot.com/2009/01/ilmu-pengetahuan-dan-teknologi-dalam.html,   
Kuntowijoyo, Islam Sebagai Ilmu, (Epistemologi, Metodologi dan Etika), Jakarta: PT.Mizan Publika, 2004.
Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006.

Nazaruddin, Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Islam, dalam website: http://kepribangkit. com/2013/01/ilmu-pengetahuan-dalam-persepektif-islam/.
Nizar, Syamsul, dan Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam, Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya, Jakarta: Kalam Mulia, 2009.
Prawiraningrat, Alpiadi, Peran Islam dalam Perkembangan Ilmu, dalam Website:  http://alpiadiprawiraningrat.blogspot.com/2012/09/peran-islam-dalam-perkembangan-ilmu.html,
Retnoningsih, Ana, dan Suharso  Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Lux, Semarang: CV. Widia Karya, 2011.
Siregar, Maragustam, Hand Out Perkuliahan Filsafat Pendidikan Islam, (dalam Power Point).

Tjaya, Hidya, Thomas, Kosmos Tanda Keagungan Allah, (Refleksi Menurut Louis Bouyer), Yogyakarta: Kanisius, 2002.



[1]Thomas Hidya Tjaya, Kosmos Tanda Keagungan Allah, (Refleksi Menurut Louis Bouyer), (Yogyakarta: Kanisius, 2002), hlm. 85.
[2] Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Lux, (Semarang: CV. Widia Karya, 2011), hlm. 176
[3] Maragustam Siregar, Hand Out Perkuliahan Filsafat Pendidikan Islam, (dalam Power Point), Slide. 48.
[4] Maragustam Siregar, Hand Out., Ibid, slide. 51.
[5] Ramayulis dan Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), hlm. 75.
[6] Dari aktivitas ilmiah dengan metode ilmiah yang dilakukan oleh para ilmuan dapatlah dihimpun sekumpulan pengetahuan yang baru atau disempurnakan pengetahuan yang ada, sehingga dikalangan ilmuan atau filsuf pada umumnya terdapat kesepakatan bahwa ilmu adalah sesuatu kumpulan pengetahuan yang sistematis. H.A Fuad Ihsan, Filsafat., hlm. 109-110.
[7] H.A Fuad Ihsan, Filsafat., Ibid, hlm.112-113.
[8]Taufik Firmanto, Islam dan Tekhnologi, dalam Website:http://humaniora.kompasiana.com/agama /2010/11/15/3/319311/islam-dan-teknologi.html, diakses, 19 Maret 2013, pukul 17.15 WIB.
[9] Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus,.hlm. 542.
[10] H.A Fuad Ihsan, Filsafat., hlm. 143,
[11]Hal ini dikutip oleh penulis dalam Website, http://fahreena.wordpress.com/2010/07/02/islamisasi ilmu-pengetahuan-dan-teknologi/, lihat juga, Sindung Tjahyadi, “Ilmu, Teknologi dan Kebudayaan”, dalam Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM, Filsafat Ilmu, cet. III (Yogyakarta : Liberty Yogyakarta, 2003), hlm. 153.
[13]Nazaruddin, Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Islam, dalam website: http://kepribangkit.com /2013/01/ilmu-pengetahuan-dalam-persepektif-islam/, diakses, 19 Maret 2013, Pukul 21.00 WIB.
[14] Kuntowijoyo, Islam Sebagai Ilmu, (Epistemologi, Metodologi dan Etika), (Jakarta: PT.Mizan Publika, 2004), hlm. 12.
[15] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah-Nya, (Bandung: Sigma Examedia Arkanleema, 2009), hlm. 597.
[16] Nazaruddin, Ilmu Pengetahuan..
[17] Departemen Agama RI,Al-Qur’an dan Terjemah-Nya., hlm. 328.
[18] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah-Nya,., Ibid, hlm. 220.
[19] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah-Nya,., Ibid, hlm. 320.
[20] Hal ini dikutip oleh penulis dari Website http://www.al-shia.org/html/id/books/001/index.html, Iptek dan Peradaban Islam, diakses pada Tanggal 20 Maret 2013, pukul 16.00 WIB.
[21] Junaedi, Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi, dalam Website: http://edijunaedipoenya.blogspot. com/2009/01/ilmu-pengetahuan-dan-teknologi-dalam.html, diakses, 19 Mater 2013, Pukul 17.15 WIB.
[22] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah-Nya,., hlm. 592.
[23]Semua kemajuan peradaban Iran yang diharapkan bisa menjadi masyarakat ideal untuk dijadikan idola masyarakat dunia yang tampil gemilang ini tidak bisa dilepaskan dari sosok Nabi Muhammad. Masyarakat Iran ini bercermin dari Muhammad yang dalam waktu singkat bisa menguasai dunia dengan pengetahuan dan kebudayaannya. Ibn Ghifarie, Revolusi Sains dan Tekhnologi untuk Kemajuan Islam, dalam website, http://www.uinsgd.ac.id/front/detail/berita/revolusi-sains-dan-teknologi-untuk-kemajuan-islam, diakses, 20 Maret, 2013, pukul 13.00 WIB.
[24]Alpiadi Prawiraningrat, Peran Islam dalam Perkembangan Ilmu, dalam Website:  http://alpiadiprawiraningrat.blogspot.com/2012/09/peran-islam-dalam-perkembangan-ilmu.html, diakses, 19 Maret, 2013, pukul 17.30 WIB.
[25] Kuntowijoyo, Islam., hlm. 8.
[26] Kuntowijoyo, Islam., Ibid,  hlm. 9.
[27] Alfatih, Sekularisasi dan Islamisasi Ilmu, dalam Website: http://alfatihberkah.blogspot.com /2013/01/ sekularisasi-dan-islamisasi-ilmu.html. diakses, 22 Maret 2013. Pukul 15.00.
[28] Hal ini dikuti oleh penulis dalam Website, http://www.al-shia.org/html/id/books/001/index.html, Iptek.,
[29] Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 61-65

Tidak ada komentar: