ILMU
PENGETAHUAN DAN TEKHNOLOGI:
Sebuah Perspektif
Islam dan Urgensi Islamisasi
Oleh: Achmad Darwiz
A.
PENDAHULUAN
Ilmu Pengetahuan
dan tekhnologi bukan lagi sesuatu yang asing ditelinga. Adanya kemajuan dan
kemudahan yang terjadi atas kehidupan manusia
adalah merupakan peran dari ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang telah
dikembangkan manusia dari masa kemasa. Maka dengan demikian ilmu pengetahuan
dan tekhnologi memudahkan urusan manusia dan memenuhi kebutuhannya atau dengan
kata lain mengantarkan kehidupan manusia menjadi lebih baik. Era globalisasi
merupakan era yang tidak dapat lagi dihindari oleh manusia, penuh dengan
polemik tantangan, kompetisi dan persaingan dalam berbagai bidang telah
berlangsung demikian ketat. Dalam peradaban manusia dipersepsikan bahwa hanya
dengan sumber dayalah atau memiliki ilmu pengetahuan akan mampu menguasai era
tekhnologi dan kompetisi global tersebut.
Hal ini
menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan dan tekhnologi sangat penting bagi umat
manusia dan terlebih umat Islam pada khususnya. Dalam historisitas dan
peradaban manusia, bersamaan muncul dengan ilmu pengetahuan yang digunakan
untuk menunjang kehidupan manusia. Tekhnologi merupakan hasil implementasi dari
ilmu pengetahuan dan melalui pengembangan sepanjang sejarah manusia dan menjadi
parameter kemajuan sebuah peradaban manusia. Ilmu pengetahuan dan tekhnologi
yang berkembang demikian pesatnya melahirkan tantangan luar biasa yang membawa
manusia jauh dari nilai fundamentalisme agama. Maka dengan demikian perkembangan teknologi
tidak boleh melepaskan diri dari nilai-nilai agama. Sebagaimana adigum yang
dibangun oleh fisikawan besar, Albert Einstin yang menyatakan: “Agama
tanpa ilmu akan pincang, sedangkan ilmu tanpa agama akan Buta”.
Dari historisitasnya agama Islam telah
mengambil peran dengan membawa kejayaan ilmu pengetahuan masa lalu, dan tetap
mengawal perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi masa kini yang digagas
oleh barat selama satu abad terakhir. Peradaban barat modern dan postmodern sangat
memperlihatkan kemajuan dan menjanjikan kebahagiaan hidup manusia. Ilmu
pengetahuan dan tekhnologi yang lahirkannya masa kini disisi lain membawa
kecenderungan manusia pada pandangan dunia (iptek) yang positivistik-empirik sebagai anak kandung materialisme−sekuler, pragmatis,
kehancuran (manusia maupun lingkungan) sehingga mendapat pula dukungan bahwa
ilmu yang objektif itu bebas nilai. Ancaman tersebut dapatlah bertentangan
dengan nilai-nilai Islam. Maka melalui potret dan krisis yang terjadi ini
sehingga agama Islam memberikan perspektif dan para pemikir-pemikir intelektual
Islam mengambil langkah dengan Islamisasi pengetahuan sebagai langkah pemecahan
masalah dan mengembalikan ruh ilmu pengetahuan sebagai rahmatan lilalamin.
Pada tulisan ini akan mengeksplorasi yaitu;
Definisi llmu Pengetahuan dan Tekhnologi, Perspektif Islam Terhadap Ilmu Pengetahuan dan
Tekhnologi, Peranan Islam dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi,
Urgensi Islamisasi Pengetahuan dan Tekhnologi, dan Telaah Langkah Strategis
Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi dalam Implikasi Pendidikan. Dari hasil eksplorasi ini tentunya bertujuan memberikan
informasi yang sedikit produktif disela-sela pesatnya pergulatan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi masa kini yang membutuhkan landasan epistemologis
Islam dan sekaligus wacana keilmuan untuk kemaslahatan umat manusia−umat Islam.
B.
PEMBAHASAN
1.
Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi
Ilmu
Pengetahuan dan tekhnologi atau sebutan sains dan technology[1]
merupakan dua buah kata yang melambangkan kemajuan dan modernitas yang sering
dirangkai begitu saja. Perangkaian ini memang tidak keliru karena munculnya
tekhnologi modern bukan merupakan akibat sekunder dari sains. Sebaliknya, sudah
sejak awal mula, riset tekhnologi menuntun riset ilmiah (sains) lewat trial
and error. Istilah ilmu pengetahuan diambil dari kata bahasa Inggris science,
yang berasal dari bahasa Latin scientia dari bentuk kata kerja scire yang berarti mempelajari, mengetahui.
Pertumbuhan selanjutnya pengertian ilmu mengalami perluasan arti sehingga
menunjuk pada Islam, berikut terlebih dahulu didefinisikan antara ilmu dan
pengetahuan.
a.
Definisi Ilmu dan Pengetahuan
Ilmu
adalah pengetahuan yang dimiliki oleh manusia. Sedangkan pengetahuan adalah
hasil dari aktivitas manusia tentang mengetahui segala sesuatu sehingga tidak
diragukannya. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, pengetahuan adalah tentang suatu bidang yang disusun secara
bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan
gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan) itu.[2]
Jika
digabungkan menjadi “ilmu pengetahuan”, beberapa pendapat para ahli
mendefinisikan, menurut Sidi Gazalba yang dikutip oleh Maragustam Siregar
mengemukakan bahwa pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan
tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti,
dan pandai.[3]
Demikian pula mengutip Ashly Mountagu dalam bukunya the cultured man menyebutkan
bahwa “science is a systematized knowledge services from observation, study,
and Experimentation carried on order to determaine the natureor principlesof
what being studied” (ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu system
yang berasal dari pengalaman, studi dan pengalaman, studi dan pengalaman untuk
menetukan hakikat dan prisip tentang sesuatu yang sedang dipelajari ).[4]
Dari definisi
tersebut dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang
dimiliki oleh manusia yang didapatkan melalui proses dan study yang berbeda
baik melalui pengalaman, eksprimen, klasifikasi−reduksi dan observasi, dan
lain-lain serta menggunakan strategi dan metode berpikir secara objektif untuk
memberi nilai dan makna sehingga dapat dimanfaatkan dalam dimensi kehidupan
manusia.
Ramayulis
dan Samsul Nizar[5]
mengutip Quraish Shihab mengemukakan bahwa kata ilmu dalam berbagai bentuk
terdapat 854 kali dalam al-Qur’an. Kata ini digunakan dalam proses pencapaian
tujuan, ilmu dari segi bahasa berarti kejelasan jadi ilmu pengetahuan adalah
pengetahuan yang jelas tentang sesuatu. Pengetahuan yang tidak jelas dari segi
ontology, epistemology, maupun aksiologi di dalam Islam tidak dianggap sebagai
ilmu walaupun orang menyebutnya ilmu juga.
Persoalan
hakikat ilmu pengetahuan atau apa sebenarnya ilmu pengetahuan (ontology). Telah
menjadi perdebatan antara kaum materialis dan kaum idealis. Kaum materialis
hanya mengenal pengetahuan yang bersifat empiris, dengan pengertian bahwa
pengetahuan hanya diperoleh dengan menggunakan akal atau indera yang bersifat
empiris dan terdapat di alam materi yang ada di dunia ini. Sedangkan kaum
idealis, termasuk Islam, ilmu pengetahuan bukan hanya diperoleh dengan
perantaraan akal dan indera yang bersifat empiris saja, tetapi juga ada
pengetahuan yang bersifat inmateri, yaitu pengetahuan yang berasal dari Allah
sebagai khalik (pencipta) pengetahuan tersebut.
Aktivitas
|
Ilmu
|
Metode Pengetahuan
Dalam
bagan tersebut memperlihatkan bahwa ilmu harus diusahakan dengan aktivitas
manusia, aktivitas itu harus dilaksanakan dengan metode tertentu, dan akhirnya
aktivitas metodis itu mendatangkan pengetahuan yang sistematis. Ilmu sebagai
aktivitas ilmiah dapat berwujud penelaahan (study), penyelidikan (inquiry),
usaha menemukan (attempt to find) atau pencarian (search). Oleh
karena itu, pencarian biasanya dilakukan berulang kali, maka dalam dunia ilmu
kini dipergunakan istilah yang paling berbobot guna menemukan pengetahuan baru.
Metode ilmiah merupakan prosedur yang mencakup berbagai tindakan pikiran, pola
kerja tata langkah, dan cara tekhnis untuk memperoleh pengetahuan baru atau
memperkembangkan pengetahuan yang ada. Metode yang berkaitan dengan pola prosedural
meliputi pengamatan, percobaan, pengukuran, survey, deduksi, induksi, analisis,
dan lain-lain. Berkaitan dengan tata langkah meliputi penentuan masalah,
perumusan hipotesis (bila perlu), pengumpulan data, penurunan kesimpulan, dan
pengujian hasil.[6]
Hasil pengujian tersebut yang telah tersusun dan sistematis seperti yang telah
dikemukakan oleh imuan sebagai ilmu.
1)
Ciri-ciri
ilmu pengetahuan
Ciri
pengetahuan ilmiah adalah persoalan dalam ilmu itu penting untuk segera
dipecahkan dengan maksud untuk memperoleh jawaban. Dalam hal ini memang ilmu
muncul dari adanya problema atau harus dari suatu problema, tetapi problema itu
telah diketahuinya sebagai suatu persoalan yang tidak terselesaikan dalam
pengetahuan sehari-harinya. Disamping itu ilmu dapat memecahkan masalah
sehingga mencapai suatu kejelasan dan kebenaran, walaupun bukan kebenaran akhir
yang abadi dan mutlak. Kemudian bahwa setiap jawaban dalam masalah ilmu yang
telah berupa kebenaran harus dapat diuji orang lain. Pengujiannya baik dalam
pembenaran atau penyangkalan. Hal lain juga bahwa setiap masalah dalam ilmu
harus dapat dijawab dengan cara penelaahan atau penelitian keilmuan yang
seksama, sehingga dapat dijelaskan dan didefinisikan. Menurut The Liang Gie
yang dikutip oleh Fuad Ihsan[7]
bahwa ilmu pengetahuan atau pengetahuan ilmiah mempunyai ciri pokok yaitu; Pertama,
Empiris, pengetahuan itu diperoleh berdasarkan pengamatan dan percobaan. Kedua,
Sistematis, berbagai keterangan dan atau yang tersusun sebagai kumpulan
pengetahuan itu mempunyai hubungan ketergantungan dan teratur. Ketiga, Objektif,
ilmu berarti pengetahuan itu bebas dari prasangka perseorangan dan kesukaan
pribadi. Keempat, Analitis, pengetahuan ilmiah berusaha membeda-bedakan
pokok soalnya kedalam bagian yang terperinci untuk memahami berbagai sifat,
hubungan, dan peranan dari bagian-bagian itu. Kelima, Verifikatif, dapat
diperiksa kebenarannya, oleh siapa pun juga.
b.
Definisi Tekhnologi
Ilmu adalah sumber teknologi yang mampu
memberikan kemungkinan munculnya berbagai penemuan rekayasa dan ide-ide. Adapun
teknologi adalah terapan atau aplikasi dari ilmu yang dapat ditunjukkan dalam
hasil nyata yang lebih canggih dan dapat mendorong manusia untuk berkembang
lebih maju lagi.[8]
Tekhnologi adalah kemampuan tekhnik yang berlandaskan pengetahuan
ilmu eksakta yang berdasarkan proses tekhnis, ilmu tekhnik.[9]
Menurut Paul W.Devore yang dikutip oleh Fuad Ihsan, tekhnologi adalah ilmu
terapan yang dikembangkan lebih lanjut, dan meliputi perangkat keras dan
perangkat lunak yang merupakan manifestasi atas kekuasaan alam, manusia dan
kebudayaannya.[10]
Sindung Tjahyadi merangkum berbagai definisi atas teknologi bahwa, pertama teknologi adalah penerapan ilmu, kedua, teknologi adalah ilmu yang dirumuskan dalam kaitan dengan aspek
eksternal, yaitu industri, dan aspek internal yang dikaitkan dengan objek
material ilmu maupun aspek ‘murni-terapan’, dan ketiga,teknologi
merupakan keahlian yang terkait dengan realitas kehidupan sehari-hari.[11]
Dari
beberapa definisi tersebut di atas dapat simpulkan bahwa tekhnologi adalah
hasil olahan dari ilmu pengetahuan yang diterapkan sebagai hasil yang nyata
meliputi kemampuan tekhnik baik dari gabungan piranti software (perangkat
lunak) dan hardware (perangkat keras), atau dengan kata lain hasil
kreatifitas dan keahlian manusia dalam kehidupannya untuk menunjang keinginan
dan kebutuhan manusia tersebut.
2.
Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi dalam Perspektif Islam
Peradaban Islam sangat berbeda dengan Yunani,
Romawi dan Byzantium dalam memandang teknologi. Para cendekiawan Muslim
di era kekhalifahan menganggap teknologi sebagai sebuah cabang ilmu pengetahuan
yang sah. Fakta itu terungkap berdasarkan pengamatan para sejarawan sains
Barat di era modern terhadap sejarah sains di Abad Pertengahan. Demikian pula
ajaran Islam ia tidak akan bertentangan dengan teori-teori pemikiran modern
yang teratur dan lurus dan analisa-analisa yang teliti dan obyekitf. Dalam
pandangan Islam menurut hukum asalnya segala sesuatu itu adalah mubah termasuk
segala apa yang disajikan oleh berbagai peradaban baik yang lama ataupun yang
baru. Semua itu sebagaimana diajarkan oleh Islam tidak ada yang hukumnya haram
kecuali jika terdapat nash atau dalil yang tegas dan pasti mengherankannya.[12]
Sebagai umat Islam kita harus menyadari bahwa
dasar-dasar filosofis untuk mengembangkan ilmu dan teknologi itu bisa dikaji
dan digali dalam Alquran sebab kitab suci ini banyak mengupas
keterangan-keterangan mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi.
a.
Al -Qur’an sebagai sumber Inspirasi Ilmu Pengetahuan
Salah satu ciri yang membedakan islam dengan
yang lain adalah penekanannya terhadap masalah ilmu. Al-qur’an, sebagai sumber
utama ajaran islam, telah memberikan landasan yang kuat bagi umat islam dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Al-qur’an dan As Sunnah mengajak
kaum muslimin untuk mencari dan mendapatkan ilmu dan kearifan, serta
menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada derajat yang tinggi.[13]
Sumber utama ilmu pengetahaun adalah Allah SWT
karena Allah yang menciptakan ilmu pengetahuan tersebut. Dialah yang menurunkan
ilmu pengetahuan melalui ayat ilahiyahnya dan insaniyahnya. Sebagai
epistemology ilmu pengetahuan, maka Al-Qur’an sebagai ayat ilahiyah dan hadis adalah
basis perumusan teori dalam tradisi penelitian umat Islam, namun sumber
pengetahuan lain selain sumber ilahiyah tersebut terdapat pula diri insaniyah
atau potensi-potensi manusia. Potensi manusia untuk berpikir untuk menemukan
ilmu pengetahuan baik melalui dirinya sendiri
maupun alam sekitarnya.
Kuntowijoyo[14] mengemukakan
bahwa paradigma Al-Qur’an berarti suatu konstruk pengetahuan yang memungkinkan
kita memahami realitas sebagaimana Al-Qur’an memahaminya. Konstruk ilmu
pengetahuan itu dibangun oleh Al-Qur’an pertama-tama dengan tujuan agar kita
memiliki “hikmah” yang atas dasar itu dapat dibentuk prilaku yang sejalan
dengan nilai-nilai normatif Al-Qur’an, baik pada level moral maupun sosial.
Tetapi rupanya, konstruk pengetahuan itu juga memungkinkan kita merumuskan
desain-desain mengenai system pendidikan Islam, termasuk dalam hal system Ilmu
pengetahuannya. Jadi, disamping memberikan gambaran aksiologis, paradigma
Al-Qur’an juga dapat berfungsi untuk memberikan wawasan epistemologis.
Beberapa ayat Al-Qur’an menjelaskan yaitu
diantaranya:
1)
Al-Alaq ayat
1-5:
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈù y7/uur&tø%$# ãPtø.F{$# ÇÌÈ Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷èt ÇÎÈ
Artinya:
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan-mu Yang menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha
Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.(QS.Al-Alaq [96]:1-5.[15]
Dari ayat di
atas sebagai ayat yang pertama kali turun yang diterima oleh Rasulullah
Muhammad SAW di Gua Hira, kata “Iqraa” yang
berarti bacalah, perintah membaca tersebut sebagai acuan dasar belajar. Kendati
membaca disini diperuntukkan “menyebut nama Tuhan−Allah SWT”, namun Al-Qur’an
itu sendiri menghendaki membaca apa saja selama membaca itu dalam konteks
makro, bermanfaat dan berskala kemanusiaan. Kata “bacalah” disini dapat
dimaknai pula sebagai perintah “telitilah, amatilah, dalamilah. Meneliti
dan mengamati apa saja baik kekuasaan Allah−tanda-tanda alam, ilmu yang
diturungkan baik yang tersurat maupun yang tersirat. Hal ini mencakup secara
umum yang berkaitan kegiatan manusia untuk mengetahui segala sesuatu yang dapat
membawa manfaat dan kemaslahatan manusia umumnya dan ummat Islam khususnya.
Selanjutnya, dari wahyu pertama Al-Qur’an diperoleh isyarat bahwa
ada dua cara perolehan dan pengembangan ilmu, yaitu Allah swt mengajar dengan
pena yang telah diketahui manusia lain sebelumnya, dan mengajar manusia (tanpa
pena) yang belum diketahuinya. Cara pertama adalah mengajar dengan alat atas
dasar usaha manusia, sedangkan cara kedua mengajar tanpa alat dan tanpa usaha
manusia. Walaupun berbeda, keduanya berasal dari satu sumber, yaitu Allah SWT.
Manusia, menurut Al-Qur’an memiliki potensi untuk meraih ilmu dan mengembangkan
dan menikmati manfaatnya dengan izin Allah SWT. Karena itu, bertebaran ayat
yang memerintahkan manusia menempuh berbagai cara untuk mewujudkan hal
tersebut. Berkali-kali Al-Qur’an menunjukkan betapa tingginya kedudukan orang-orang
yang berpengetahuan. Al-Qur’an memerintahkan manusia untuk terus berupaya
meningkatkan kemampuan ilmiahnya, karena manusia memiliki naluri selalu haus
akan (rasa ingin tahu) apa saja yang ada di sekitarnya. Hal ini dapat menjadi
pemicu manusia untuk terus mengembangkan teknologi dengan memanfaatkan anugerah
Allah swt yang dilimpahkan kepadanya.[16]
2)
Surat Al-Anbiya ayat 80:
çm»oY÷K¯=tæur spyè÷Y|¹ <¨qç7s9 öNà6©9 Nä3oYÅÁósçGÏ9 .`ÏiB öNä3Åù't/ (
ö@ygsù öNçFRr& tbrãÅ3»x© ÇÑÉÈ
Artinya: “Telah
kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu guna memelihara diri
dalam peperanganmu.” (QS.Al.Anbiya [21] : 80.[17]
Dari ayat
tersebut diatas jelas bahwa manusia telah diperintahkan membuat sarana
tekhnologi untuk menunjang aktifitas dan kelansungan hidupnya. Maka tidak heran
jika kembali merefiew sejarah yang sebelum abad ke 10 Masehi manusia-manusia
muslim (pemikir-pemikir muslim) telah mampu mempelihatkan tekhnologi dan
produktif dalam upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Keunggulan
ummat Islam dalam ilmu pengetahuan dan tekhnologi masa lalu sangat mempengaruhi
kehidupan dan kemajuan ilmu pengetahuan hingga masa-masa kejayaan Islam hingga
dibidang ini mengalami kemunduran akhirnya ilmu pengetahuan dan tekhnologi
ummat Islam itu beralih ke dunia barat hingga era modern ini barat masih
menjadi pengendali utama tekhnologi.
3)
Surat
Yunus ayat 101:
È@è% (#rãÝàR$# #s$tB Îû ÅVºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur 4
$tBur ÓÍ_øóè? àM»tFy$# âäY9$#ur `tã 7Qöqs% w tbqãZÏB÷sã ÇÊÉÊÈ
Artinya:
Katakanlah, ”Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi!. Tidaklah
bermanfat tanda kekuasaan Allah dan asul-rasul yang memberi peringatan bagi
orang-orang yang tidak beriman ” (QS.Yunus [10]:101.[18]
4)
Surat Thaahaa
ayat 114:
n?»yètGsù ª!$# à7Î=yJø9$# ,ysø9$# 3
wur ö@yf÷ès? Èb#uäöà)ø9$$Î/ `ÏB È@ö6s% br& #Ó|Óø)ã øs9Î) ¼çmãômur (
@è%ur Éb>§ ÎT÷Î $VJù=Ïã ÇÊÊÍÈ
Artinya:
Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu
tergesa-gesa membaca Al Qur’an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu,
dan katkanlah:”Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku Ilmu Pengetahuan. (QS. Thaaha
[20]:114.[19]
Makna ayat-ayat
diatas sangat jelas bahwa manusia dituntut untuk memahami relaita cipataan
Allah SWT sekaligus menjadikan kitab suci Al-Qur’an sebagai sumber Ilmu
pengetahuan dan tekhnologi. Karena agama Islam mengarahkan ummatnya dalam mengembangkan
ilmu pengetahuan maupun tekhnologi berada pada koridor yang dipersyaratkan.
b.
Ilmu
Pengetahuan dan Tekhnologi dalam Islam: Antara Kebutuhan dan Tantangan
Dengan
tekhnologi aktifitas dan kebutuhan manusia dapat dengan mudah dilakukan hingga
mencapai hasil maksimal yang diinginkan. Baik dari segi komunikasi informasi
dan pelayanan yang tidak lagi menguras waktu dan tenaga manusia untuk
melakukannya. Akses infomasi yang demikian cepat (internet: sumber informasi
utama manusia masa kini) dengan hadirnya fasilitas internet telah
memberikan peluang dan strategi bagi siapa saja untuk mengaksesnya baik yang
ada dalam situs-situs jejaring social mengarahkan manusia untuk beradu
pemikiran. Perkembangan Ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang demikian pesat
ini, menyebabkan manusia larut dan terlena dalam buaian tekhnologi itu yang
tanpa disadari, peran dan terjangan pola budaya kapitalistik dan hedonis yang
dipelopori oleh Barat (Yahudi dan Nasrani) yang membawa pada pola hidup
individualis, pragmatis, materialis, dan sekuler hingga menyebabkan manusia
lupa akan eksistensinya, baik eksistensi berketuhanan dan eksistensi
kemanusiaan pun kian tercerabut dari hakikat dasarnya sehingga tidak akan
membawa manusia pada kemaslahatan hidup. Waktu yang nyaris hilang bagi ummat
manusia−khususnya ummat Islam dengan larutnya pada kesibukan ilmu pengetahuan
dan tekhnologi dan menjauhkan diri dari kegiatan-kegiatan spiritual, dan
nilai-nilai ketauhidan hingga berimplikasi pada redupnya akhlak, imam dan
keislaman. Kecenderungan lain manusia mengalami kegersangan jiwa yang nyaris
hilang dan tanpa kendali, menghilangkan bentuk kesalehan spiritual dan
mendewakan piranti soft dan hard, hingga mengalami kebingungan
dalam pusaran global dan menjauhkannya dari Tuhan.
Pada sisi lain
krisis multidimensi ini dari pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan iptek
juga membawa aspek hilangnya kendali nilai-nilai
moral Ketuhanan dan agama. Krisis ekologis,[20]
misalnya: berbagai bencana alam: tsunami, gempa dan kacaunya iklim dan cuaca
dunia akibat pemanasan global yang disebabkan tingginya polusi industri di
negara-negara maju; Kehancuran ekosistem laut dan keracunan pada penduduk
pantai akibat polusi yang diihasilkan oleh pertambangan mineral emas, perak dan
tembaga, seperti yang terjadi di Buyat, Sulawesi Utara dan di Freeport Papua,
Minamata Jepang. Kebocoran reaktor Nuklir di Chernobil, Rusia, dan di India,
dll. Krisis Ekonomi dan politik yang terjadi di banyak negara berkembang dan
negara miskin, terjadi akibat ketidakadilan dan ’penjajahan’ (neo-imperialisme)
oleh negara-negara maju yang menguasai perekonomian dunia dan ilmu pengetahuan
dan teknologi modern. Demikianlah yang terjadi maka ilmu pengetahuan dan
tekhnologi tidak lagi membawa manusia pada jalan kesejahteraan, kedamaian dan
kebenaran yang diridhoi Allah SWT.
Terkadang manusia tidak menyadari bahwa jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam pemikiran mereka akan alam beserta
isinya terdapat dalam Al-Qur’an. Namun bukannya justru kembali ke Al-Qur’an,
malah mencari sumber dari berbagai buku, internet dan sebagainya. Padahal
jawaban dari masalah pengetahuan itu secara tersurat/tersirat terdapat dalam
Al-Qur’an.[21]
Maka dengan
demikian sebagai insan dan generasi Islam telah seyogyanya menuntut ilmu
pengetahuan dan mengikuti pola perkembangan serta mengambil peran pengembangan
tekhnologi yang tentunya berlandaskan pada iman, nilai-nilai keislaman dan
budaya baik dalam bentuk memanfatan dan mengendalikan guna perwujudan
kemaslahatan hidup.
3.
Peran Islam Dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi
Al-Qur’an
menuntun umat Islam untuk mengembangan kapasitas ilmiahnya terutama dalam upaya
pengembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Manusia−umat Islam yang sadar
akan eksistensinya dan sebagai insan yang memiliki naluri ingin serba tahu
terhadap hal-hal yang dianggapnya masih misteri membuatnya terus berupaya
membuka tabir ilmu pengetahuan. Jika dieksplorasi pandangan Al-Qur’an tentang
ilmu pengetahuan dan tekhnologi ini, sebagai contoh yang membicarakan tentang
fenomena alam, dan sekaligus memerintahkan manusia untuk memahaminya maka hal
ini dapat ditelaah perintah Al-Qur’an yang terdapat dalam surat Al-Ghasyiyah
ayat 17-20 yaitu:
xsùr&
tbrãÝàYt
n<Î)
È@Î/M}$#
y#ø2
ôMs)Î=äz
ÇÊÐÈ
n<Î)ur
Ïä!$uK¡¡9$#
y#ø2
ôMyèÏùâ
ÇÊÑÈ
n<Î)ur
ÉA$t6Ågø:$#
y#øx.
ôMt6ÅÁçR
ÇÊÒÈ
n<Î)ur
ÇÚöF{$#
y#øx.
ôMysÏÜß
ÇËÉÈ
Artinya:Maka Apakah mereka tidak
memperhatikan unta bagaimana Dia diciptakan?, dan langit, bagaimana ia
ditinggikan?, dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?, dan bumi bagaimana ia
dihamparkan?. (QS. Al-Ghasyiyah [88]:17-20.[22]
Dari
pandangan Al-Qur’an tersebut umat Islam membuktikan kemampuan ilmiahnya dengan mengambil
peran terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, sebagaimana sejarah
telah mencatat bahwa puncak kejayaan ilmu pengetahuan adalah berasal dari Islam
hingga mengalami kemunduran lalu tradisi tersebut beralih ke dunia barat (non
Islam). Namun demikian hingga hari ini peranan ummat Islam terhadap kemajuan
ilmu pengetahuan dan tekhnologi patut diapresiasi sebagai kemajuan yang luar
biasa. Peranan Islam tersebut sebagai contoh yang jadi perbincangan yakni
keberhasilan dan keunggulan Negara Republik Islam Iran mengembangkan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi sehingga menjadikan negara ini disegani oleh negara
maju seperti Amerika dan sekutunya terkait tekhnologi yang diciptakannya. Ini
sebagai bukti peranan Islam dalam kemajuan tekhnologi modern.
Perkembangan kebudayaan Iran, khususnya
berkenaan dengan teknologi dan sains Iran yang sungguh luar biasa, bahkan hasil
penelitian dari Kanada menunjukkan 11 lebih cepat perkembangan sains dan
teknologi yang terjadi di Iran jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Ini
yang membanggakan kita semua karena Iran merupakan negara Islam dan bagian dari
kita. Menurut pemaparan Prof. Dr. Naderin Manesh, Wakil Menteri Sains, Riset
dan Teknologi Republik Islam Iran, perkembangan peradaban Islam yang terjadi di
Iran dilandasi; Pertama, Ijtihad yang sungguh-sungguh, kedisiplinan dan
semangat yang tinggi dalam mencapai dan belajar ilmu pengetahuan. Kedua,
Pandangan dunia yang benar. Tahap ini tidak akan tercapai. Ketiga, Semua
yang melandasi itu kemandirian berfikir, tanpa tekanan dari yang lain dan
negara manapun. Lebih lanjut Naderin mengemukakan bahwa, ihwal
kemajuan teknologi ada prinsip yang harus dipegang para ilmuan. “Apapun yang
dibentuk dari uranium dan bisa memusnahkan itu haram hukumnya untuk dilakukan.
Meskipun dari ini kita bisa berbuta dan menciptakan apa saja,” Ketika
ahli nuklir Ahmad mati dibunuh orang-orang Barat, empat ribu orang siap untuk
menggantikanya. Ini menunjukkan betapa penting dan banyak orang yang ahli
nuklir di Iran ini. Kemajuan ini
semuanya bukan untuk Iran, tetapi untuk Islam karena islam itu satu.[23]
Menurut
Alpiadi Prawiraningrat[24]
yang mengutip Rizky mengemukakan bahwa peran Islam dalam perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi pada dasarnya ada 2 (dua), yaitu: (1) Menjadikan aqidah Islam sebagai paradigma pemikiran dan
ilmu pengetahuan. Jadi, paradigma Islam, dan bukannya paradigma sekuler, yang
seharusnya diambil oleh umat Islam dalam membangun struktur ilmu
pengetahuan; (2) Menjadikan syariah Islam sebagai
standar penggunaan ilmu pengetahuan. Jadi, syariah Islam-lah, bukannya standar
manfaat (utilitarianisme), yang seharusnya dijadikan tolok ukur umat
Islam dalam mengaplikasikan iptek.
Berkaitan
dengan peran agama Islam yang pertama, aqidah Islam sebagai dasar ilmu
pengetahuan dan teknologi. Inilah
peran pertama yang dimainkan Islam dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, yaitu
aqidah Islam harus dijadikan basis segala konsep dan aplikasi ilmu pengetahuan
dan teknologi. Inilah paradigma Islam sebagaimana yang telah dibawa oleh Rasulullah
SAW. Namun di sini perlu
dipahami dengan seksama, bahwa ketika aqidah Islam dijadikan landasan iptek,
bukan berarti konsep-konsep iptek harus bersumber dari Al-Qur`an dan Al-Hadits,
tapi maksudnya adalah konsep iptek harus distandardisasi benar salahnya dengan
tolok ukur Al-Qur`an dan Al-Hadits dan tidak boleh bertentangan dengan
keduanya. Maksud dari menjadikan aqidah Islam sebagai landasan ilmu pengetahuan
dan teknologi bukanlah bahwa konsep ilmu pengetahuan dan teknologi wajib
bersumber kepada Al-Qur`an dan Al-Hadits, tapi yang dimaksud, bahwa ilmu
pengetahuan dan teknologi wajib berstandar pada Al-Qur`an dan Al-Hadits. Ringkasnya, Al-Qur`an dan Al-Hadits
adalah standar (miqyas) ilmu pengetahuan dan teknologi, dan bukannya
sumber (mashdar) ilmu pengetahuan dan teknologi. Artinya, apa pun konsep
yang dikembangkan, harus sesuai dengan Al-Qur`an dan Al-Hadits.
Peran
kedua agama Islam dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
adalah bahwa syariah Islam harus dijadikan standar pemanfaatan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam) wajib
dijadikan tolok ukur dalam pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi,
bagaimana pun juga bentuknya. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang boleh
dimanfaatkan, adalah yang telah dihalalkan oleh syariah Islam. Sedangkan iptek
yang tidak boleh dimanfaatkan, adalah yang telah diharamkan syariah
Islam. Keharusan tolok ukur
syariah ini didasarkan pada banyak ayat dan juga hadits yang mewajibkan umat
Islam menyesuaikan perbuatannya (termasuk menggunakan iptek) dengan ketentuan
hukum Allah dan Rasul-Nya.
Jika
kedua peran tersebut dijalankan oleh ummat Islam dengan semaksimal mungkin maka
kemaslahatan ummat akan terwujud diera modern sekarang ini. Kemaslahatan ummat
dengan hadirnya ilmu pengetahuan dan tekhnologi adalah cita-cita Islam dan
dambaan seluruh ummat Islam. Kedamaian, ketentraman dan kesejahteraan hidup
manusia dalam segala dimensi kehidupannya adalah wujud yang dilandasi oleh
nilai-nilai moralitas agama.
4.
Islamisasi Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi: Sebuah Analisis Urgensi
Fungsi
ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang pada hakekatnya membawa kemaslahatan umat
manusia−umat Islam, dan pada sisi lain membawa kehancuran bagi ummat manusia
tanpa memandang usia, ruang dan waktu, maka penting dilakukan penelahan lebih
mendalam terutama bagi para intelektual Islam baik dalam bentuk penggunaan dan
kemanfaatannya. Islam sebagai agama yang suci memberikan ruang terbuka bagi
manusia untuk melakukan strategi pengembangan dalam dimensi kehidupan manusia
itu sendiri terutama ilmu pengetahuan dan tekhnologi sepanjang dalam aplikatif
dapat membawa manfaat dan tidak menimbulkan kemudaratan.
Para
ilmuan-ilmuan Islam terkenal dan bahkan ilmuan barat pada sepanjang sejarah baik
dalam proses pengkajiannya terhadap ilmu pengetahuan maupun tekhnologi tidak
hanya memiliki komitmen teguh untuk membawa hasil pemikirannya pada arah
tatanan kehidupan manusia yang lebih bermanfaat dan berperadaban, namun
memiliki pula landasan filsafat ketuhanan dan nilai-nilai fundamental agama
yang mumpuni, sebagaimana contoh ungkapan Albert Einstein pada pendahuluan di
awal. Maka dengan demikian antara ilmu dan agama tidak dapat terpisahkan. Karna
sumber utama ilmu pengetahuan dapat melalui teks-teks keagamaan yang dalam
konteks ini nash Al-Qur’an dan Hadis-hadis Nabi SAW yang sahih.
Peranan
Ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang disatu sisi memiliki aspek nilai
kemanfaatan dan dapat menunjang kebutuhan dan kelangsungan hidup manusia, dan
disisi lain memiliki nilai yang dapat membawa pada kehancuran manusia atau
dengan kata lain menjauhkan manusia dari aspek moralitas dan keagamaan−(Sekularisme).
Dengan demikian disinilah pentingnya ummat Islam memposisikan diri dalam
mengambil peran untuk mengarahkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dengan
semaksimal mungkin pada tatanan kemaslahatan ummat manusia. Kajian dan
penerapan-penerapan tekhnologi sebagai bias dari ilmu pengetahuan perlu control
dan pengawalan sesuai batas-batas garis nilai agama dan kaidah syariah−Islam.
Bentuk tindakan yang demikian ini sebagai salah satu bentuk strategi Islamisasi
ilmu pengetahuan dan tekhnologi.
Islamisasi
sebagai gerakan intelektual internasional pertama kali dimunculkan oleh Isma’il
Raji Al-Faruqi dari Lembaga Pemikiran Islam Internasional (International
Institute of Islamic Thought) di Amerika Serikat menjelang 1980-an. Gagasan
Islamisasi ilmu pengetahuan sudah dicetuskan sebelumnya oleh Naquib Al-attas dari
Malaysia. Kuntowijoyo[25]
mengemukakan bahwa Islamisasi pengetahuan berusaha supaya ummat Islam tidak
begitu saja meniru metode-metode dari luar yang mengembalikan pengetahuan pada
pusatnya, yaitu tauhid. Dari tauhid aka ada tiga macam kesatuan, yaitu
kesatuan pengetahuan, kesatuan kehidupan, dan kesatuan sejarah. Selama ummat
Islam tidak mempunyai metodologi sendiri, ummat akan selalu dalam bahaya.
Kesatuan pengetahuan artinya pengetahuan harus menuju kepada kebenaran yang
satu. Kesatuan hidup berarti hapusnya perbedaan antara ilmu yang sarat nilai
dengan ilmu yang bebas nilai. Kesatuan sejarah artinya pengetahuan harus
mengabdi pada ummat dan pada manusia.
Pengetahuan
dalam Islam, dapat dikatakan bahwa pengetahuan adalah kebudayaan. Kebudayaan
sebagai sebuah rumusan adalah hal yang bermanfaat untuk berlakunya suatu ilmu
pengetahuan. Dilain halnya jika pengetahuan tersebut telah berbudaya dalam
bentuk egoisitik dan individualis maupun melebihi batasannya sehingga tidak
lagi memiliki status maka pengetahuan akan kehilangan hakekat murninya dari
Islam. Beragam bentuk eksperimen yang dilakukan oleh ilmuan misalnya terutama
ilmuan barat sehingga menyebabkan pemahaman dalam dirinya melakukan klaim
kebenaran. Agama sebagai kebenaran banyak dipersepsikan oleh manusia orientalis
akan dimusnahkan dengan pengetahuannya, karna cita-cita demikian itu dibarengi
dengan sikap penghancuran perabadan melalui sekularisme. Nilai fundamental dan
agama Islam yang mengakui objektifitasnya pengetahuan melalui metode penelahan,
suvey dan eksperimen. Penggunaan metode tersebut tentunya harus terbawa dengan
sikap kesadaran ilahiyah yang bermuatan iman sehingga resiko yang bakal muncul
dapat diatasi tanpa ada kekhawatiran.
Dalam bentuk
ilmu pengetahuan dan kesenian ada tentang dari objentive-veriable sampai
yang ke subjective. Kuntowijoyo mengutip Arthur Koestler mengemukakan
bahwa rentang itu ialah, Kimia, Biokimia, Biologi, Kedokteran, Psikologi,
Antropologi, Sejarah, Biografi, Novel, Epik dan Lirik. Untuk ilmu yang
betul-betul objektif kiranya sangat bergantung pada niyat individu, maka niat
itulah yang perlu diislamisasi, dan bukan ilmunya.[26]Jika
ditinjau demikian, penulis salah satu orang yang sepakat dengan Islamisasi niat
tersebut yang melandasi terwujudnya hasil ilmu pengetahuan, namun ilmu pun
penting berada pada lingkaran islamisasi dalam artian aplikatif ilmu
pengetahuan tersebut mestinya berada pada alur nilai keislaman yang mengarah
pada kemaslahatan dan kebahagiaan manusia. Dengan demikian islamisasi ilmu
pengetahuan dan tekhnologi menjadi salah satu hal yang terpenting bagi kita
khususnya umat Islam dalam era modernitas sekarang ini, guna mengcounter pengaruh sekularisasi Barat yang bebas
nilai.
Dalam
hal lain beberapa catatan tentang pentingnya islamisasi ilmu pengetahuan adalah
pertama, Islamisasi ilmu pengetahuan lahir sebagai koreksi dari
ilmu-ilmu modern yang dihasilkan oleh dunia Barat yang cenderung bebas nilai
dari tuntunan wahyu. Secara ontologis, Islamisasi ilmu pengetahuan memandang
bahwa realitas alam semesta, realitas sosial dan historis ada hukum-hukum yang
mengatur dan hukum itu adalah ciptaan Tuhan. Kedua, Islamisasi ilmu
pengetahuan dalam tataran epistimologinya mengkaji ayat-ayat al-Qur'an karena
sebagian ayat al-Qur'an memasuki wilayah kajian empiris dan historis sehingga
kebenaran pernyataannya terbuka untuk dibuktikan dan dihadapkan dengan
metodologi keilmuan. Ketiga, Islamisasi ilmu pengetahuan secara
aksiologi memandang bahwa ilmu pengetahuan itu sarat dengan nilai-nilai moral (moral value) dengan kata lain ilmu itu tidak netral
nilai melainkan dalam ilmu pengetahuan itu terkandung nilai-nilai luhur
berdasarkan ajaran Islam yang mengkristal pada akar-akar Ilahi.[27]
Adapun tujuan Islamisasi pengetahuan ini menurut Al-Faruqi, yaitu; Pertama, Penguasaan
disiplin ilmu modern. Kedua, Penguaasaan warisan Islam. Ketiga, Penentuan relevansi khusus Islam bagi setiap bidang pengetahuan
modern. Keempat, Pencarian cara-cara untuk menciptakan perpaduan kreatif
antara warisan Islam dan pengetahuan modern (melalui survey masalah umat Islam
dan umat manusia seluruhnya). Kelima, Pengarahan pemikiran Islam ke jalan yang menuntunnya
menuju pemenuhan pola Ilahiyah dari Allah. Keenam, Realisasi praktis islamisasi pengetahuan melalui:
penulisan kembali disiplin ilmu modern ke dalam kerangka Islam dan menyebarkan
pengetahuan Islam.[28]
Dari gambaran akan tujuan dan pentingnya Islamisasi ilmu
pengetahuan maka berikut diuraikan beberapa model pengembangan ilmu pengetahuan
dan tekhnologi sebagaimana yang dikemukakan oleh Muhaimin[29]
yaitu:
a.
Model
purifikasi, pada model ini diartikan sebagai pembersihan dan penyucian, yakni
dengan berusaha menyelenggarakan pengkudusan ilmu pengetahuan agar sesuai dan
sejalan dengan nilai dan norma islam. Seperti halnya yang telah digagas oleh
Al-Faruqi dan Al-Attas, yang telah merekomendasikan islamisasi ilmu pengetahuan
dengan : Penguasaan khasanan ilmu pengetahuan muslim, penguasaan khasanah
pengetahuan masa kini, identifikasi kekurangan ilmu pengetahuan itu dalam
kaitannya dengan ideal Islam, dan rekontruksi ilmu-ilmu itu sehingga menjadi
suatu paduan yang selaras dengan wawasan dan ideal Islam.
b.
Model
modernisasi Islam, yaitu dengan membuka mata dunia Islam untuk cenderung
mengembangkan pesan Islam dalam konteks perubahan sosial dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Serta melakukan liberalisasi pandangan yang adaftif
terhadap kemajuan zaman tanpa harus meninggalkan sikap kritis terhadap unsur
negatif dari proses modernisasi, sehingga ia lebih menampilkan kelenturan dan
keterbukaan dalam menanggapi dunia yang plural dan terus berubah. Dengan kata
lain bersikap modern berarti bersikap lentur, terbuka, ilmiah, rasional,
progresif dan dinamis, serta tanpa segan melakukan transformasi, akomodasi
bahkan adopsi terhadap pemikiran dan temuan dari ilmu pengetahuan dan
teknologi.
c.
Model
neo-modernis, yaitu berupaya memahami ajaran-ajaran dan nilai mendasar yang
terkandung dalam Al-Qur’an dan sunnah dengan mengikutsertakan dan
mempertimbangkan khasanah intelektual muslim klasik serta mencermati
kesulitan-kesulitan dan kemudahan-kemudahan yang ditawarkan oleh dunia ilmu
pengetahuan dan teknologi modern.
5.
Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi dalam Implikasi
Pendidikan: Sebuah
Wacana Langkah Strategis
Berangkat
dari pembahasan tersebut diatas maka sesuai analisis penulis, beberapa langkah
yang harus dilakukan dalam upaya menyikapi perkembangan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi dan implikasinya terhadap pendidikan−pendidikan Islam pada
masa kini yaitu; pertama, dalam pendidikan pentingnya dilakukan
pengajaran dan pembelajaran dengan mengintegrasikan dan menyelaraskan antara
ilmu pengetahuan dan tekhnologi (iptek) dengan iman takwa (imtak). Kedua,
pentingnya memperkenalkan atau mensosialisasikan dampak positif dan negative
serta pengaruh dari tekhnologi baik pada siswa ditiap tingkatan dan satuan
pendidikan, hingga masyarakat luas. Ketiga, pentingnya mengintegrasikan
nilai-nilai akhlak dan keagamaan pada tiap kurikulum materi pengajaran ilmu
terapan di sekolah-sekolah. Keempat,
Pendidikan nilai (baik nilai moralitas Islam dan nilai karakter budaya
lokal) sebagai salah satu indicator terbentuknya kepribadian yang berkarakter
dalam menghadapi dinamika perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Kelima,
dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang dalam pandangan Islam−manusia
sebagai khalifah, perlunya dipahami bahwa tujuan dari ilmu pengetahuan dan
tekhnologi tersebut adalah untuk kemakmuran manusia dimuka bumi atau sebagai rahmatan
lilalamin. Keenam, Pentingnya penelaahan lebih mendalam makna dan
hakekat ilmu pengetahuan dan tekhnologi melalui pesan-pesan (ayat) Al-Qur’an
sebagai dasar teori dan sumber inspirasi pengembangan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi. Ketujuh, berkembangnya sebuah
tekhnologi adalah bagian dari kebijakan para pemimpin negeri (penguasa, pemegang
kebijakan) yang sangat strategis dan berpengaruh, maka dengan demikian
hendaknya menyadari dan memberikan peluang kebijakan pengembangan tekhnologi
yang berbasis pada daya manfaat serta batas kebutuhan masyarakat yang
berlandaskan pada nilai-nilai keagamaan−(keislaman) dan kemanusiaan.
C.
PENUTUP
Kesimpulan
1.
Ilmu
pengetahuan adalah pengetahuan yang dimiliki oleh manusia yang didapatkan
melalui proses dan study yang berbeda baik melalui pengalaman, eksprimen,
klasifikasi−reduksi dan observasi, dan lain-lain serta menggunakan strategi dan
metode berpikir secara objektif untuk memberi nilai dan makna sehingga dapat
dimanfaatkan dalam dimensi kehidupan manusia. Sedangkan tekhnologi adalah hasil
olahan dari ilmu pengetahuan yang diterapkan sebagai hasil yang nyata meliputi
kemampuan tekhnik baik dari gabungan piranti software (perangkat lunak)
dan hardware (perangkat keras), atau dengan kata lain hasil kreatifitas
dan keahlian manusia dalam kehidupannya untuk menunjang keinginan dan kebutuhan
manusia tersebut.
2.
Ajaran Islam ia tidak akan bertentangan dengan
teori-teori pemikiran modern sehingga pengembangan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi merupakan hal yang terpenting dalam membawa kemaslahatan manusia.
Dalam pandangan Islam menurut hukum asalnya segala sesuatu itu adalah mubah
termasuk segala apa yang disajikan sebagai ilmu pengetahuan dan tekhnologi oleh
berbagai peradaban. Hal tersebut tidaklah bertentangan sepanjang niat dan
penggunaannya dapat membawa kemaslahatan manusia.
3.
Sumber
utama ilmu pengetahaun adalah Allah SWT karena Allah yang menciptakan ilmu
pengetahuan tersebut. Dialah yang menurunkan ilmu pengetahuan melalui ayat
ilahiyahnya dan insaniyahnya. Sebagai epistemology ilmu pengetahuan, maka Al-Qur’an
sebagai ayat ilahiyah dan hadis adalah basis perumusan teori dalam tradisi
penelitian umat Islam, namun sumber pengetahuan lain selain sumber ilahiyah
tersebut terdapat pula diri insaniyah atau potensi-potensi manusia. Potensi
manusia untuk berpikir untuk menemukan ilmu pengetahuan baik melalui dirinya
sendiri maupun alam sekitarnya.
4.
Ilmu
pengetahuan dan tekhnologi memiliki memiliki peranan yang cukup memenuhi
kebutuhan dan mengantarkan pola kehidupan umat manusia menjadi lebih baik,
namun disisi lain membawa pula kecenderungan manusia pada kehancuran, baik pada
kehancuran peradaban, kehancuran lingkungan dan bahkan membawa manusia pada
sikap yang jauh dari nilai-nilai spiritual keagamaan. Disinilah pentingnya
manusia memilah dan memilih pengembangan ilmu pengetahuan dan penggunaan
tekhnologi sesuai kapasitas dan kebutuhannya.
5.
Peran
Islam dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada dasarnya ada 2
(dua), yaitu: (1) Menjadikan aqidah Islam sebagai paradigma pemikiran dan
ilmu pengetahuan. Jadi, paradigma Islam, dan bukannya paradigma sekuler, yang
seharusnya diambil oleh umat Islam dalam membangun struktur ilmu
pengetahuan; (2) Menjadikan syariah Islam sebagai
standar penggunaan ilmu pengetahuan.
6.
Pentingnya
Islamisasi ilmu pengetahuan dan tekhnologi sebagai langkah mengantarkan manusia
menuju pada pola kehidupan yang damai, karena dalan aspek aksiologi memandang
bahwa ilmu pengetahuan itu sarat dengan nilai-nilai moral (moral value) dengan kata lain ilmu itu tidak netral
nilai melainkan dalam ilmu pengetahuan itu terkandung nilai-nilai luhur
berdasarkan ajaran Islam yang mengkristal pada akar-akar Ilahiyah.
7.
Pengembangan
ilmu pengetahuan dan tekhnologi hendaknya menelaah langkah-langkah yang sarat
melalui proses pendidikan yang tetap berasas pada pesan-pesan ketuhanan melalui
teks-teks keagamaan. Manusia sebagai khalifah hendaknya memiliki kesadaran akan
ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang dikembangkannya sebagai rahmatan
lilalamin.
DAFTAR PUSTAKA
Alfatih,
Sekularisasi dan Islamisasi Ilmu, dalam Website: http://alfatihberkah.blogspot.com
/2013/01/ sekularisasi-dan-islamisasi-ilmu.html.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah-Nya, Bandung:
Sigma Examedia Arkanleema, 2009.
Fahreena, Islamisasi Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi, dalam
Website, http://fahreena.
wordpress.com/2010/07/02/islamisasi-ilmu-pengetahuan-dan-teknologi/.
Firmanto, Taufik , Islam
dan Tekhnologi, dalam Website:http://humaniora.kompasiana.com
/agama /2010/11/15/3/319311/islam-dan-teknologi.html,
Ghifarie, Ibn, Revolusi Sains dan Tekhnologi untuk Kemajuan
Islam, dalam website: http://www.uinsgd.ac.id/front/detail/berita/revolusi-sains-dan-teknologi-untuk-kemajuan-islam,
http://www.al-shia.org/html/id/books/001/index.html, Iptek
dan Peradaban Islam.
Junaedi, Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi, dalam Website: http://edijunaedipoenya.
blogspot.com/2009/01/ilmu-pengetahuan-dan-teknologi-dalam.html,
Kuntowijoyo, Islam Sebagai Ilmu, (Epistemologi, Metodologi dan
Etika), Jakarta: PT.Mizan Publika, 2004.
Muhaimin, Nuansa
Baru Pendidikan Islam, Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2006.
Nazaruddin, Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Islam, dalam
website: http://kepribangkit.
com/2013/01/ilmu-pengetahuan-dalam-persepektif-islam/.
Nizar, Syamsul, dan Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam, Telaah
Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya, Jakarta: Kalam Mulia, 2009.
Prawiraningrat, Alpiadi, Peran Islam dalam Perkembangan
Ilmu, dalam Website: http://alpiadiprawiraningrat.blogspot.com/2012/09/peran-islam-dalam-perkembangan-ilmu.html,
Retnoningsih, Ana, dan Suharso
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Lux, Semarang: CV. Widia
Karya, 2011.
Siregar, Maragustam, Hand Out Perkuliahan Filsafat Pendidikan
Islam, (dalam Power Point).
Tjaya, Hidya, Thomas, Kosmos Tanda Keagungan Allah, (Refleksi
Menurut Louis Bouyer), Yogyakarta: Kanisius, 2002.
[1]Thomas Hidya
Tjaya, Kosmos Tanda Keagungan Allah, (Refleksi Menurut Louis Bouyer),
(Yogyakarta: Kanisius, 2002), hlm. 85.
[2] Suharso dan
Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Lux, (Semarang:
CV. Widia Karya, 2011), hlm. 176
[3] Maragustam
Siregar, Hand Out Perkuliahan Filsafat Pendidikan Islam, (dalam Power
Point), Slide. 48.
[4] Maragustam
Siregar, Hand Out., Ibid, slide. 51.
[5] Ramayulis dan
Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Telaah Sistem Pendidikan dan
Pemikiran Para Tokohnya, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), hlm. 75.
[6] Dari aktivitas
ilmiah dengan metode ilmiah yang dilakukan oleh para ilmuan dapatlah dihimpun
sekumpulan pengetahuan yang baru atau disempurnakan pengetahuan yang ada,
sehingga dikalangan ilmuan atau filsuf pada umumnya terdapat kesepakatan bahwa
ilmu adalah sesuatu kumpulan pengetahuan yang sistematis. H.A Fuad Ihsan, Filsafat.,
hlm. 109-110.
[7] H.A Fuad Ihsan,
Filsafat., Ibid, hlm.112-113.
[8]Taufik Firmanto, Islam dan
Tekhnologi, dalam Website:http://humaniora.kompasiana.com/agama
/2010/11/15/3/319311/islam-dan-teknologi.html, diakses, 19 Maret 2013, pukul 17.15 WIB.
[9] Suharso dan
Ana Retnoningsih, Kamus,.hlm. 542.
[10] H.A Fuad
Ihsan, Filsafat., hlm. 143,
[11]Hal ini
dikutip oleh penulis dalam Website, http://fahreena.wordpress.com/2010/07/02/islamisasi
ilmu-pengetahuan-dan-teknologi/, lihat
juga, Sindung Tjahyadi, “Ilmu, Teknologi dan Kebudayaan”, dalam
Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM, Filsafat
Ilmu, cet.
III (Yogyakarta : Liberty Yogyakarta, 2003), hlm. 153.
[13]Nazaruddin,
Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Islam, dalam website: http://kepribangkit.com
/2013/01/ilmu-pengetahuan-dalam-persepektif-islam/,
diakses, 19 Maret 2013, Pukul 21.00 WIB.
[14] Kuntowijoyo, Islam
Sebagai Ilmu, (Epistemologi, Metodologi dan Etika), (Jakarta: PT.Mizan
Publika, 2004), hlm. 12.
[15] Departemen
Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah-Nya, (Bandung: Sigma Examedia
Arkanleema, 2009), hlm. 597.
[17] Departemen
Agama RI,Al-Qur’an dan Terjemah-Nya., hlm. 328.
[18] Departemen
Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah-Nya,., Ibid, hlm. 220.
[19] Departemen
Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah-Nya,., Ibid, hlm. 320.
[20] Hal
ini dikutip oleh penulis dari Website http://www.al-shia.org/html/id/books/001/index.html, Iptek
dan Peradaban Islam, diakses pada Tanggal 20 Maret 2013, pukul 16.00 WIB.
[21] Junaedi, Ilmu
Pengetahuan dan Tekhnologi, dalam Website: http://edijunaedipoenya.blogspot.
com/2009/01/ilmu-pengetahuan-dan-teknologi-dalam.html, diakses, 19 Mater 2013, Pukul 17.15 WIB.
[22] Departemen
Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah-Nya,., hlm. 592.
[23]Semua kemajuan peradaban Iran yang diharapkan
bisa menjadi masyarakat ideal untuk dijadikan idola masyarakat dunia yang
tampil gemilang ini tidak bisa dilepaskan dari sosok Nabi Muhammad. Masyarakat
Iran ini bercermin dari Muhammad yang dalam waktu singkat bisa menguasai dunia
dengan pengetahuan dan kebudayaannya. Ibn Ghifarie, Revolusi Sains dan Tekhnologi untuk Kemajuan
Islam, dalam website, http://www.uinsgd.ac.id/front/detail/berita/revolusi-sains-dan-teknologi-untuk-kemajuan-islam, diakses, 20 Maret, 2013, pukul 13.00 WIB.
[24]Alpiadi
Prawiraningrat, Peran Islam dalam Perkembangan Ilmu, dalam Website: http://alpiadiprawiraningrat.blogspot.com/2012/09/peran-islam-dalam-perkembangan-ilmu.html,
diakses, 19 Maret, 2013, pukul 17.30 WIB.
[25] Kuntowijoyo, Islam.,
hlm. 8.
[26] Kuntowijoyo, Islam.,
Ibid, hlm. 9.
[27] Alfatih,
Sekularisasi dan Islamisasi Ilmu, dalam Website: http://alfatihberkah.blogspot.com
/2013/01/ sekularisasi-dan-islamisasi-ilmu.html.
diakses, 22 Maret 2013. Pukul 15.00.
[28] Hal ini dikuti
oleh penulis dalam Website, http://www.al-shia.org/html/id/books/001/index.html, Iptek.,
[29] Muhaimin, Nuansa
Baru Pendidikan Islam, Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2006), hlm. 61-65
Tidak ada komentar:
Posting Komentar