Senin, 23 Juli 2012

EKSPLORASI FLORA FAUNA TAHURA MA'RA PART II 2010


SEPUTAR TANTANGAN KEGIATAN INVESTIGASI FLORA DAN FAUNA
MA’RA PART II PADA TAHURA KEC. SINJAI BORONG 2010
Oleh : Achmad Darwiz (Oemar) Mapala PTM Sinjai NRA.III.28806.043.BSM
Ma’ra Investigation Team Part II Kaluhara Indonesia 2010

Kawasan Taman Hutan Raya Abdul Latif (Ma’ra) yang terletak di Kec. Sinjai Borong pada lembah pegunungan Lompobattang dan Bawakaraeng merupakan suatu kawasan hutan alami yang di dalamnya masih tersimpang beragam  jenis flora dan fauna yang terlindungi baik yang telah banyak dikenal maupun yang masih misteri atau terdata ciri dan bentuknya.
Beragamnya jenis flora dan fauna ini merupakan ciri tersendiri  bagi Tahura untuk tetap dilindungi agar kelestariannya tetap terjaga. Hal inilah salah satunya yang mendasari para pencinta alam Sinjai untuk kembali melakukan Investigasi jenis flora dan fauna tahun 2010 di kawasan hutan Ma’ra yang kedua kalinya meski sebelumnya telah terlaksana pada tahun 2006 silam. Dengan bermodalkan semangat pada musim hujan diawal bulan Juli 2010. Tim yang berjumlah enam orang berangkat pada sore hari 14 Juli 2010 dari kota Sinjai menuju Ma’ra pada salah satu rumah penduduk di Dusun Mattirotasi Desa Batubulerang Kecamatan Sinjai Borong. Keenam orang ini terbagi atas dua tim yaitu tim A terdiri Fandi Kaluhara (Navigator), Armandsyah/Dore Liar (kameraman), dan Ilalang Rimba (penulis) sedangkan pada tim B ada Agus Kaluhara (Navigator), Gam Adventure (Kameraman) dan Oemar/Ahmad Darwiz (sebagai penulis). Kedua tim ini akan menyelesaikan investigasi dengan target waktu selama tujuh hari. Tim tiba pada titik star pukul 00.00 WITA dilanjutkan dengan packing perlengkapan guna persiapan perjalanan awal besoknya.
Pada hari pertama kamis 15 Juli 2010 seusai sarapan pagi kedua tim bersiap-siap untuk mengawali kegiatan. Pagi hari langit cerah mentari menyeruak dibalik rimbunnya dedaunan saat suasana pagi yang dingin, jam menunjukkan pukul 08.00 WITA. Usai berdoa bersama tim mengawali perjalanan, jalan yang licin pada jalur terjal menuju sungai Balantieng I, volume air sungai yang besar akibat hujan beberapa hari sebelumnya hingga memaksa tim untuk antri menyeberang, perjalanan pun dilanjutkan hingga beberapa saat kemudian kedua tim pun terpisah menuju petualangannya masing-masing. Tim A akan menempuh jalur utama Ma’ra menuju camp pos 7 dan tim B akan  melalui jalur sungai Porong lembah Gunung Lompobattang. Setelah terpisah dan saling memberi harapan kedua tim melanjutkan perjalanan dengan membawa perlengkapan standar dalam menempuh rimba dan menyusuri sungai serta logistic selama tujuh hari maupun alat dokumentasi pengambilan gambar tiap objek yang dibutuhkan. Kawasan hutan yang alami dengan medan yang cukup bervariasi dan menantang bagi tim ini akan tetap menjadi tantangang untuk dilalui guna berhasilnya kegiatan, disamping musim hujan dan derasnya arus sungai yang akan dilalui oleh tim B. sepanjang kawasan ini terdapat satwa-satwa liar seperti babi hutan, monyet, anoa dll, tinggal bagaimana kelestariannya tetap terjaga. Kedua tim sepakat pada hari kelima dapat berjumpa kembali. Tim B menuju sungai Porong, disepanjang perjalanan menuju camp I tim menemukan jenis anggrek saat melewati sungai Ereburu yang berbau belerang, anggrek tersebut tumbuh di rawa hingga saat itulah tim sepakat menyebutnya dengan bunga anggrek rawa yang sedang mekar berwarna putih kekuningan.
Hari telah siang langit mendung dan kabut turun menyapu permukaan padang savanna yang terhampar luas dan punggungan bukit tempat dimana kami berada, hujan mulai turun satu persatu anggota tim mengeluarkan ponco dan plastic anti air untuk mengurangi resiko basah air hujan. Tim B beberapa kali menyusuri punggungan mencari jalur menuju sungai ditengah guyuran hujan yang sangat deras, tim mendapatkan perkebunan  kopi saat hari mulai gelap. Pukul 17.10 WITA tim sepakat untuk camp I yang kebetulan ada pondok penduduk diperkebunan tersebut yang cukup menampung anggota tim. Hujan mengguyur hingga malam, hari pertama telah usia tim lalu istirahat dibalik kehangatan Sliping Bag (kanton tidur) memulihkan energy untuk persiapan perjalanan lanjutan esok pagi.
Usai sarapan pagi 16 Juli 2010 tim kembali bergerak menuju sungai Porong pada penelusuran pertama, hujan belum reda sambil membuka jalur pada jurang terjal dengan kemiringan 700 tim melintasi sungai pada pohon yang melintang yang dibawah arus sungai Porong yang deras, saat itulah tantangan pertama yang dialami oleh tim B pada arus sungai. Pada penyeberangan kedua tim menggungakan tali webbing sebagai alat bantu penyeberangan, dengan mendahulu barang bawaan  seperti rangsel dan alat-alat elektronik dan dokumentasi pada kondisi ekstrim ini. Jam menunjukkan pukul 17.00  WITA tim akhirnya camp di tepian sungai yang tak jauh dari penyeberangan tadi. Habis makan malam hujan masih mengguyur dengan derasnya, anggota tim menghangatkan diri dengan Sleping Bag hingga pagi hari 17 Juli 2010. Volume air sungai terus mengalami peningkatan maka pertimbangan tim untuk melanjutkan perjalanan akhirnya tertunda untuk menyusuri sungai yang deras, tim  pun akhirnya camp pada tempat yang sama hingga cuaca membaik dan hujan reda.
Keesokan harinya pada hari keempat 18 Juli 2010 pagi hari cuaca mulai, anggota tim bangun pagi dan packing untuk siap melanjutkan pengembaraan, dengan pertimbangan tim untuk menyusuri sungai dengan arus yang deras maka alternatifnya adalah tim harus kembali ke punggungan untuk menyisir, saat memulai perjalanan tim mulai kewalahan membuka jalur hingga pada akhirnya tiba pada situasi sulit untuk sampai pada punggungan bukit dikarenakan tebing yang menghadang namun satu-satunya harapan adalah dengan memanjat tebing dengan kemiringan vertical melalui akar dan batang pohon untuk sampai pada punggungan tersebut. Saat melewati tebing curam ini, tim kembali melakukan hauling barang-barang dengan menggunakan tali webbing namun tim kewalahan melewatinya dengan situasi sambil buka jalur. Dibawah sana terlihat grade yang bervariasi dari difficult, very difficult, hingga ekstrem difficult. anggota tim yang antri melakukan pemanjatan kini benar-benar menguji nyali, harus bersabar dan konsentrasi saat melewati tebing dengan cara scrambling. Satu persatu anggota tim berhasil mencapai punggungan. Langit cerah, matahari menampakkan sinarnya memberi kehangatan bagi makhluk bumi dan tak mengenal lelah bagi anggota Investigasi tim B. kegiatan observasi dan pengambilan titik koordinat tiap objek flora dan fauna endemic terus berlanjut. Meskipun anggota tim terkadang menebas pada punggungan tersebut yang telah tertutupi dengan rimbunnya semak dan pepohonan. Pada beberapa tempat, tim menemukan beberapa jerat anoa yang dipasang oleh pemburu diantara semak rotan yang sulit dilalui oleh tim. Selama enam jam melintasi punggungan bukit tim akhirnya kembali menyisir tebing menuju sungai yang tidak begitu jauh lagi. Penyusuran sungai pun dilalui namun terkadang tim harus berbelok mencari jalan altenatif dengan menebas rotan berduri untuk mencari celah jalan yang dapat dilalui hingga menjelang malam tiba. Tim melakukan camp pada pinggiran sungai namun hujan lagi-lagi turun, suhu dingin begitu terasa menyatu dalam suasana lelah, lengkap sudah nikmatnya petualangan ini yang banyak duka. Usia makan malam anggota tim akhirnya istirahat dibalik kehangatan Sleping Bag hingga pagi hari. Gemuruh air sungai dan bunyi irama sang binatang malam serta deru suara mistik menyatu dalam konsentrasi ingatan. Mata sulit terpejam terutama penulis. namun akhirnya pulas juga.
Hari kelima 19 Juli 2010 tiba waktunya yang ditargetkan untuk berjumpa dengan tim A. penelusuran sungai kembali dimulai yang semula diplot jalur sungai yang berhulu pada Pasaran Anjayya. Tim tetap terkadang menebas belukar untuk melewati tepian sungai. Tantangan alam yang dihadapi oleh anggota tim dalam perjalanan mulai dari meningkatnya fluktuasi cuaca, terkadang hujan, berawan, cerah dan hujan lagi, ditambah serangan pacet dan agas yang dirasakan saat memulai perjalanan ini. Selain dengan membawa rangsel yang berat juga harus ekstra hati-hati melewati bebatuan licin pada sungai yang deras. Selama tujuh jam perjalanan namun belum ada tanda-tanda ditemukannya Pasaran Anjayya yang menjadi target akhir hari ini. Hingga pada kondisi tersebut tim akhirnya kembali dihadang oleh jalur ekstrim, dihadapan kami terdapat air terjun yang sulit dilalui untuk menempuh lintasan pada sisi kanan dan kiri air terjun. Meskipun harus melawan arus dengan cara scrambling pada celah bebatuan namun hal itulah solusi akhir. Beberapa saat telepas dari tantangan ini lagi-lagi dihadapan menghadang kembali air terjun serupa dengan ketinggian kurang lebih 20 meter. Pada sisi kiri terdapat sungai kecil yang memudahkan kami untuk melewatinya hingga tim kembali memutar menuju hulu sungai air terjun lalu menyusur sungai selanjutnya selama tiga jam hingga hari telah sore. Jam menunjukkan pukul 16.53 tim pun camp pada tepian sungai yang landai. Pukul 20.00 WITA usai makan malam, anggota tim mencoba menghubungi tim A melalui Handy Talky namun hasilnya pun nihil karena tim masih terperangkap pada lembah. Disisi lain dapat terhubung ke posko induk pemantauan (rumah P.Edi) saat itulah kami baru komunikasi setelah sekian hari terjebak  dan tanpa memberikan informasi. Kesempatan itulah kami pergunakan untuk melaporkan perkembangan jalannya Investigasi hingga pada kondisi tiap anggota tim serta suka dan dukanya perjalanan. Pada posko yang konvermasi ketim A tentang lokasi tim B saat itu dan meminta untuk tetap menunggu pada pos tujuh hingga kedatangan tim B meskipun kesepakatan akan bertemu pada hari kelima. Tim A sepakat untuk menunggu dengan kondisi kehabisan logistic. Malam itu kami saling memberi info dengan sedetail mugkin dan terkadang diiringi canda dan cerita pengalaman perjalanan dan posisi camp saat itu yang kurang lebih 200 meter dari Pasaran Anjayya, suasana suara mistik mengiringi canda kami namun terkadang membangkitkan bulu roma. Tak habis cerita malam itu tentang suka dukanya perjalanan, saat itu kami bertiga ditengah belantara yang jauh dari orang-orang hingga rasa mengundang untuk tidur dibalik hangatnya sleping bag masing-masing.
Pada hari keenam 20 Juli 2010 lengit cerah, mentari pagi menyelinap dibalik dedaunan, kicau burung pun ramai terdengar seolah ikut menyambut hangatnya mentari pagi. Udara yang masih dingin daun-daun pun basah oleh embun dan kicauan burung tersebut bagaikan simponi alam yang mengalun megah. Sebuah perasaan yang amat kontras bila dibandingkan dengan kehidupan perkotaan yang sumpek dan padat serta dipenuhi asap-asap polusi. Alangkah menyenangkannya berada di alam kebebasan, menghirup udara segar sepuasnya. Sehabis sarapan pagi dengan mengonsumsi mie instan, sereal coklat dan susu hangat tim pun packing dan bersiap menuju Pasaran Ajayya yang tak jauh lagi dari camp. Selama 3 jam berputar yang semula menyusuri sungai kecil pada sisi kiri camp, tim lalu kebingungan akan letak Pasar Anjayya yang ternyata ada pada sisi kanan 200 dan akhirnya tempat tersebut berhasil didapatkan. Perlahan dan pasti satu-persatu anggota tim memasuki  areal Pasar Anjayya yang ternyata sebuah lahan kosong  seluas setengah lapangan bola yang hanya ditumbuhi savana setinggi lutut orang dewasa, tim mencoba mengintip dibalik semak guna mengantisipasi adanya anoa di padang tersebut, akan tetapi kami pun belum beruntung.
Seputar tentang Pasar Anjayya yang anehnya tak ditumbuhi sebatang pohon pun di dalamnya, maka tak salah pula orang menyebutnya PASAR ANJAYYA (Pasar Setan) dari makna grammatical Bugis/Makasassar. Di atas sana tampak  memutih padang edelweis pada lereng-lereng Gunung Lompobattang. Berselang kemudian tim melanjutkan perjalanan menuju Lembah Karisma dengan menempuh jalur umum yang dipergunkan oleh para pendaki yang lintas dari Gunung Lompobattang menuju Gunung Bawakaraeng. Satu jam kemudian tim akhirnya tiba di Lembah Karisma, usai instirahat sejenak dan mengganjal perut keroncongan dengan cemilan-tim menuju pos 7 dimana tim B berada. Pertimbangan tim dengan memotong jalur ke pos 7 akan lebih cepat, Jalur mulai tak terlihat tim pu kebingungan. Inisiatif dengan membuka jalur dan terkadang menyusur jalur pencari rotan hingga akhirnya jalur menghilang pada semak beluka, terkadang pula menebas rotan dan belukar menuju dasar tebing dengan kemiringan 500 waktu pun tak disia-siakan agar tim tak terjebak malam pada sisi tebing. Rasa lapar dan haus yang hampir menjatuhkan mental  pada kondisi ini namun setelah terdengarnya teriakan dari punggungan bukit yang diperkirakan dari tim A yang sedang menanti. Tim B pun akhirnya bersemangat meskipun belum ada tanda-tanda mencapai punggungan bukit yang setinggi 1500 mdpl disebabkan dengan beratnya medan dengan situasi buka jalur. hari mulai gelap tim B tak mampu meloloskan diri dari jebakan tebing. Jam menunjukkan 18.30 wita tim akhirnya camp dengan tenda berdiri dengan posisi yang kurang tepat ditempat kemiringan. Usai ganti pakaian tim timpun istirahat dan menikmati cemilan yang masih tersis, sungguh berat dan menantangnya perjalanan selama ini semua tergambar pada raut muka tiap anggota tim B terutama penulis. Namun disatu sisi memberikan pelajaran dan pengalaman yang sangat berarti untuk selalu dekat dengan alam. Kedewasaan akan selalu muncul ketika dapat mengambil hikmah dari tiap pengalaman itu. Tim pun istirahat meskipun rasa lelah memaksa untuk tidup pulas pada sisi kemiringan.
Pagi hari cuaca cerah pada 21 Juli 2010, tepat sudah satu minggu pengembaraan ini. Sehabis packing tim melanjutkan pendakian menuju puncak bukit selama 3 jam yang terkadang melaluinya dengan cara srambling. Tim pun kembali menempuh jalur normal hingga beberapa saat kemudian tim pun berjumpa dengan tim A. rasa gembira pun menghangatkan suasana setelah berjumpa kembali, terkadang diiringi canda dan tawa  serta bertukar cerita dan pengalaman. Kedua tim pun beristirahat dan makan siang dari logistik yang masih tersisa. Pukul 12.00 wita kedua tim pun melanjutkan perjalanan menuju Ma’ra. Disepanjang perjalanan cerita dan kelakar pun tak ada habisnya mewarnai perjalanan. Tim tiba pada camp semula (rumah penduduk) pada pukul 18.40 wita yang disambut kawan-kawan yang telah lama menanti.
Akhirnya kami akan selalu berkata….. bahwa kami akan selalu berada pada interior alam yang tak bisa kami rancang kecuali kami hanya bisa menikmati dan menjaganya….  Karena alamlah yang selalu membelai dan memberikan pengalaman sekaligus  guru yang tak habis mendidik orang yang dekat dengannya.
Maju terus Eksplorasi,,,,,,

Ditulis oleh: Ahmad Darwis (Oemar) Mapala PTM Sinjai NRA.III.28806.043.BSM
        (Anggota Tim Investigation Ma’ra 2010)
         Kaluhara Indonesia.

1 komentar:

ODE mengatakan...

tulisan yg menarik...